Jilid 27 : Pertempuran di Giok Lok Tong

2.5K 36 0
                                    

Baru sin Kong Tay berkata begitu atau dan empat penjuru mereka muncul belasan toosoe atau imam, yang segera mengambil mengurung mereka. Salah satu imam setengah umur, yang berjubah abu-abu, maju mendekati sampai sekira satu tombak.
Dia beroman bengis. Mukanya merah dan ada tai-lalat hitam ditengah dahinya, matanya bersinar bengis. Terutama dia segera mengawasi tajam pada pedangnya Lee Hoen.
"Mau apa sam-wie mendaki gunung ini?" menegur tiga orang itu, sedang matanya menatap Sin Kong Tay.
Lee Hoen sambil tertawa kata dengan tajam: "Semua gunung indah dikolong langit dapat orang mendaki dengan merdeka Kenapa kamu hendak mengekang kemerdekaan kami?"
"Nona benar juga," kata imam itu, yalah kalau nona bertiga pelancong biasa Tapi kamu bertiga orang-orang Rimba Persilatan Bukankah kamu hendak menyelidiki sesuatu mengenai gunung kami ini?"

Panas hati Lee Hoen, hendak ia membentak. atau mendadak angin bersiur keras disisinya dan telinganya mendengar bentakan, ketika ia berpaling dengan segera, ia mendapatkan Tiong Hoa sudah mencekuk lengannya seorang imam muda, hingga muka dia itu menjadipucat dan keringatnya membanjir serta tubuhnya menggigil.
ooooo

BAB 1
IMAM itu melihat si nona yang dia rupanya kenali sebagai Ceng song-Kiam, pedang pusaka partainya, maka itu, selagi rekannya bicara, dia maju mendekati Lee Hoen, guna dirampas. Sama sekali dia tidak menyangka, Tiong Hoa liehay sekali, waktu si anak muda berlompat kepadanya. tangannya lantas kena dicekal tanpa dia sempat menarik pulang atau berlompat mundur. pula cekalan anak muda itu demikian keras hingga tak sanggup dia bertahan

Kejadian itu membikin kaget semua belasan imam itu, dengan paras berubah, mereka melengak mengawasi si anak muda dan kawannya yang tercekal itu.
Tiong Hoa mengawasi semua imam, dia kata dengan tawar: "Aku yang rendah kenal ceng Shia Jie Ay, yalah Kok Loosoe dan Ang Loosoe, bintang-bintangnya Partai kamu, kita menjadi sahabat-sahabat satu dengan lain, karenanya aku kagum terhadap partai kamu, akan tetapi hari ini menyaksikan kelakuan kamu, kamu membikin aku mendapat kesan lain-Siapa sangka diantara kamu ada menyelip ini setan cilik, inilah bukti bahwa suatu partai, maju atau mundurnya bergantung juga kepada anggauta-anggautanya lurus semua atau tidak."

Mukanya si imam usia pertengahan menjadi merah. Dia jengah sekali. Dia pun terkejut.
"Kalau begitu sie-coe yalah Lie Siauwhiap yang namanya kesohor sekali?" kata dia. "Inilah benar-benar suatu salah paham dari pihak kami. Pintoo bertanggung jawab atas kekeliruan ini sudi kiranya sie-coe memaafkannya."
Mendengar itu, Tiong Hoa pun insaf ia telah bicara terlalu keras, maka lantas ia melepaskan cekalannya, sembari bersenyum ia kata: "Maaf, aku pun menyesal telah menuruti hawa amarahku hingga aku sudah keterlepasan omong. Dapatkah tootiang perkenalkan diri kepadaku yang rendah?"
"Maaf. sie-coe, pintoo yang rendah yalah Hian Yang, ciang-boen-jin yang baru dari Ceng Shia Pay," sahut imam itu.
"Ooh, kiranya Hian Yang Ciang-boen-jin" kata Tiong Hoa. "Maaf, benar-benar aku tidak tahu. Tapi, kami mempunyai urusan penting untuk mana kami mesti lekas kembali ke Tiam Chong San, karena itu, ciang boen-jin persilahkanlah, lain hari saja aku yang rendah datang pula guna menghaturkan maafku"

Ketua Ceng Shia Pay itu nampak terkejut.
"Selama yang belakangan ini gempar tersiar berita tentang suatu pertemuan besar di Tiam Chong San benarkah itu untuk urusan kitab ilmu silat Lay Kang Koen Pouw tanya dia. Pintoo golongan suci tak sudi pintoo terlibat urusan itu. Entahlah dengan kedua paman-guru kami Kok dan Ang itu, karena sampai sekarang keduanya belum kembali. Mungkin kedua paman-guru itu pergi kesana, Sie-coe, untuk urusan apa sie-coe beramai datang kegunung kami ini?"

Sin Kong Tay tidak sabaran, dia mendahului Tiong Hoa. Dia pun bicara dengan tawar: "Hian Yang, kau terlalu doyan bicara. Tahukah kau bahwa jiwanya puluhan orang berkenamaan dari Siauw Lim Pay dan Ngo Bie Pay tengah terancam bahaya maut? Lie Siauwhiap ini datang kemari guna minta bantuan kedua nona tunangannya untuk mengobati mereka itu, batas tempo- nya cuma tujuh hari, sedang untuk tiba di-sini, kami telah menghabiskan tempo tiga hari. Kami bukan datang untuk mengganggu kau, Hian Yang, maka itu pergilah kau mengajak mereka ini lekas pulang ke kuil, di-sini tidak ada urusan kamu"

Bujukan Gambar Lukisan - Wu Lin Qiao ZiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang