Jilid 7 : Pedang Pusaka Khong Tong pay

4.4K 53 0
                                    

Si imam kaget hingga mukanya menjadi pucat.
"Anak muda ini entah murid hantu yang mana...." pikirnya, "Dia lihai dan telengas sekali, dia tak kalah telengatnya dengan aku baiklah aku tanyakan dulu asal usulnya. Asal dia bukan murid orang kenamaan, baik aku bokong padanya, membinasakan dia dengan pukulan cit Pou Toan Hoen sekarang ini aku mesti berdaya meloloskan In Loei dulu."

Maka ia mengawasi si anak muda, otaknya berputar mencari akal, Lantas ia mengasi lihat muka menyeringai.
Tiong Hoa balik mengawasi ia berlaku waspada ilmu silatnya telah maju pesat, ia cuma kurang pengalaman. Melihat sikap orang demikian rupa, ia perkeras cekalannya.
In Loei meringis, keringatnya mengucur deras, otot-otot di jidatnya rada keluar, ia mau membuka suara tapi tak bisa, suara-parau tak keruan.
Tatkala itu banyak orang berkumpul menyaksikan peristiwa itu. semua orang heran hingga mereka pada mendelong.

Si imam merasakan hatinya sakit sekali menampak muridnya diperlakukan demikian macam. ia pun menjadi sangat malu, Maka ia jadi benci pada Lie Tiong Hoa. Dasar dia seorang yang telah banyak pengalamannya dalam keadaan seperti itu, dia bisa bawa dirinya, setelah mengendalikan diri, bukan^n^a dia mendamprat, dia justeru tertawa, hingga mukanya nampak menjadi manis.
"Yaa, kau begini muda, ilmu silatmu mahir sekali, kau membuat orang kagum" demikian dia berkata. "Aku lihat ilmusilatmu ini mirip dengan kepandaiannya satu sahabatku. Akulah Koe louw sin-Koen Pek Yang dari gunung Tay Liang san, mungkin gurumu pernah menyahut namaku."

Tiong Hoa tertawa dalam hatinya, "Rupanya dia habis daya maka sekarang dia memperkenalkan diri dan menyebut nyebut guruku," pikirnya, "Tapi dialah Pek Yang. Memang dulu pernah satu kali guruku menyebut namanya, cuma dulu hari itu soehoe menyebut Koe-Iouw Mo Koen dan dia sekarang merubah Mo Koen menjadi sin-Koen-"
"Koe-louw Mo Koen" berarti " Hantu Tengkorak" sedang " Koe-louw sin-Koen"" berarti "Dewa Tengkorak," dengan begitu Pek Yang mau membikin namanya menjadi harum, Tapi Tiong Hoa tidak mau mengasi dirinya dipermainkan, ia bersenyum dan menyahuti: "Aku yang rendah pernah mendengar nama kau, cuma guruku membilangi aku bahwa kau, tootiang, kau tak ada harga untuk disebut-sebut."

Mukanya Pek Yang menjadi pucat, lalu merah. Dia malu dan gusar sekali, Dia menjadi beroman sangat bengis, dua kali dia tertawa kering.
"Siapa gurumu itu?" dia tanya membentak, "Mana dapat aku diperhina begini macam? Jikalau kau beritahukan nama gurumu, nanti aku lakukan perjalanan bagaimana jauh dan sukar juga untuk menemukannya guna mengadu kepandaiannya."

Tiong Hoa mengawasi tajam, dia kata tawar: "jikalau totiang mau mengantarkanjiwamu kepada guruku, itulah pekerjaan yang mudah sekali. sekarang lebih dulu aku hendak tanya, tootiang berada di Kimleng ini untuk kelewatan saja atau untuk berdiam lama?"

Pek Yang Mo Koen mendongkol bukan main, beberapa kali ia hendak mendamprat tapi senantiasa gagal.
"Sekarang ini aku lagi lewat di kota Kim-leng ini," akhirnya dia menjawab keras, "Apa maksudmu kau menanya begini?"
Di dalam hatinya, Tiong Hoa tertawa girang, Mulanya ia menyangka orang yalah orangnya Kimleng Jie Pa.
"Nama guruku tidak dapat sembarang di umumkan." ia menyahut tawar, ia bersenyum,
Lantas ia melihat kelilingnya.

Pek Yang membade hati orang, dia tertawa dingin, Lantas dia mengibas keras dengan tangan bajunya, membikin banyak orang di sekitarnya pada mundur dengan tersipu-aipu hingga banyak yang jatuh- bangun. Mereka itu kaget dan kuatir, lantas mereka pada menyingkir.
Tiong Hoa mengawasi, ia bersenyum.
"Jikalau tootiang ingin mengadu jiwa dengan guruku," ia kata, ia sudah lantas dapat pikiran baik, "baiklah sebentar malam to-tiang pergi ke depan panggung Ie-hoay-tay, Di sana kebetulan guruku hendak membereskan satu urusan, maka urusan dengan tootiang boleh diselesaikan sekalian. Guruku she Khioe, namanya Cin Koen dan gelaran nya Boe-Eng Hoei Long."

Pek Yang terperanjat. Dalam hatinya dia gatal pantas anak ini lihai, kiranya dia muridnya Thian Gwa It shia Boe Eng Hoei Long, Akan tetapi dia tidak mau kalah gertak. Dia kata sembari tertawa menghina: "Baik, sebentar malam jam dua aku nanti pergi ke Ie Hoa Tay untuk menemui gurumu itu."
Tiong Hoa tertawa terbahak, selagi mencekal terus lengannya In Loei itu, dengan jeriji tengahnya ia menotok dijalan darah toa-Ieng, setelah itu dengan dikageti, ia melepaskan cekalannya. "silahkan, totiang." dia berkata.

Bujukan Gambar Lukisan - Wu Lin Qiao ZiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang