Jilid 13 : Bertemu kembali dengan Koay bin-Jin Him

3.3K 47 3
                                    

"Tak perduli dia atau bukan." kata Pek see tertawa dingin, "Kita bertempur, kita membikin banyak berisik, kenapa dia tetap tidur nyenyak? pastilah ini mencurigai" Ia lompat masuk ke dalam kamar, tangannya diulur untuk menyamber selimut. Mendadak selimut itu, bagaikan sebuah tembok baja, terbang memapaki orang she-Koe itu.
Pek see kaget, inilah ia tidak sangka, Terpaksa ia lompat mundur, kedua tangannya dipakai mengibas, hingga selimut itu jatuh ketanah, ia merasakan benda lunak itu menjadi keras sekali dan berat, Tentu sekali ia menjadi bertambah heran.

Segera juga Kim Liong Kiam melihat di depannya berdiri seorang muda yang tampan yang mengenakan pakaian putih yang mengawasi ia dengan roman gusar, ia melengak ketika sinar matanya bentrok s inarmata pemuda itu. ia merasakan suatu pengaruh luar biasa.
"Jikalau kamu mau berkelahi kamu dapat berkelahi dengan sepuas kamu" kata pemuda itu, suaranya berat. "Kenapa kau mengganggu aku yang lagi tidur ? Apakah mesti ada orang luar yang menonton untuk menyaksikan kejelekanmu ?"
Bukan main gusarnya Koe Pek see, Tak dapat dia mengendalikan diri lagi. "Aku si orang tua mau tanya kau kenapa kau membunuh muridku ?" dia tanya membentak.
"Kau siapa ?" tanya Tiong Hoa, si anak muda, sambil tertawa dingin. "Siapa itu muridmu? Apakah kau lihat dengan matamu sendiri orang membinasakan muridmu itu? Ataukah orang lain yang melihatnya?"

Pertanyaan nyerocos itu membikin bungkam Koe Pek see tak perduli dialah seorang Kang ouw ulung, Dia sampai menganga saja dan lantas menoleh keluar jendela mengawasi Jie siong Gan.
Ketua Thian Hong Pang itu lantas berkata cepat: "Koe Loosoe janganlah kau melimpahkan kesalahan kepada lain orang. Aku si orang she Jie tidak mengatakan Lie siauwhiap yang membunuh muridmu itu. Tadi kau tanya di daLam kamar ini siapa penghuninya, aku menjawab dengan sebenar benarnya saja, sebagai ketua sebuah partai mana dapat aku lancang menuduh orang?"
Kata-kata itu beralasan Koe Pek see menjadi bingung.

Tiong Hoa maju satu tindak. la memandang bengis pada orang she Koe itu.
"Kenapa kau lancang masuk kedalam kamar orang?" dia menegur, "Kenapa kau berniat mengangkat selimutku? Apakah maksud mu yang sebenarnya?"
Pek see demikian terdesak. dari melongo dia menjadi gusar, hingga rambut dan kumisnya seperti pada bangun berdiri. Dia berdiri tegak. Menampak demikian Kok It berlompat masuk kedalam kamar.
"Inilah salah mengerti," ia berkata, tertawa, "siauwhiap harap kau tak memandangnya secara sungguh-sungguh. Dan kau, Koe Loosoe, cukup asal kau mengatakannya bahwa kau berbuat lancang tanpa disengaja."
Mendengar itu sikapnya Tiong Hoa menjadi tenang pula.

Justeru itu diluar kamar terdengar suaranya Kongsoen Bok Liang yang sambil menghela napas seorang diri: "Eh, mengapa see-boen Loosoe pergi secara diam-diam?"

Belum berhenti suaranya anak muda itu. Thian ciat sin-Koen sudah berteriak keras: "Bsgus bocah she seeboen Bagaimana berani kau menghina aku si orang tua?" sembari berteriak. dia berlompat lari.
Kok It bersama Koe Pek see menoleh ke luar jendela dengan bantuan sinar rembulan mereka melihat tubuhnya Lee Yauw Hoan berlari keras lalu menghilang diatas genting didepan taman.
Menyusul Thian ciat sin-Koen, beberapa tubuh lainnya pun turut pergi.

Menyaksikan demikian, Pek see berpaling pada Tiong Hoa dan berkata: "Aku nyesal telah mengganggu siauwhiap, maaf. Biarlah lain kali kita bertemu pula" Kata-kata itu diakhiri dengan tubuhnya lompat keluar dari dalam kamar."
Dengan kepergian mereka itu maka disitu tinggal Ceng shia Jie Ay bersama Kongsoen Bok Liang, begitupun Boan In dan Hoet Goat serta Cian Tiauw Hong, Lo siauw Hong dan Lie Tiong Hoa sendiri, Ceng shia Jie Ay mau mengajak muridnya pergi tapi Tiauw Hong mencegah.
"Jangan pergi, loocianpwee, pergi pun percuma," kata orang she Cian itu Kok It heran.
"Kau mengatakan begini apakah kau melihat sesuatu yang aneh?" dia tanya.
"Silahkan loocianpwee beramai masuk ke dalam, nanti aku memberikan keterangannya," kata Tiauw Hong.

Ceng shia Jie Ay menurut, maka mereka semua masuk kedalam kamar. Tiauw Hong mengawasi orang.
"Dari semua tetamu tidak ada seorang yang mengetahui," ia berkata, "dari dua- ratus lebih orangnya Kwie chungcoe, satu pun tidak ada lagi kecuali kami beberapa gelintir yang menemani semua tetamu disini. Jiewie, tahu kah kamu apa sebabnya itu?"
Kok It semua mengawasi. Ia menggeleng kepala.
"Aku tidak dapat menduga," ia menyahut-"Mungkinkah pada ini ada rahasia apa-apa?"
Cian Tiauw Heng mengangguk " Warta tentang Lay Kang Koen Pouw tersiar luar biasa cepatnya," ia berkata, "Itulah diluar sangkaannya Kwie Chungcoe, Kwie Chungcoe tidak menghendaki rumahnya ini termusnah, maka itu dia telah mengambil tindakannya, sebenarnya tidak ada orang yang mengetahui Kwie Chungcoe telah berhasil memiliki kitab ilmu silat itu, hanya kemudian, tak tahu bagaimana jalannya, see-boenBoe Wie mengetahui juga, setelah itu berulang kaliBoe Wie minta chungcoe mengeluarkan kitabnya, untuk mereka berdua memahamkannya bersama, akan tetapi chung coe menyangkal bahwa ia memiliki itu.
Karena penolakan itu, seeboen Boe Wie lantas mengambil tindakan keras, Dia menawan isteri, gundik dan anaknya chungcoe, dia kurung mereka disuatu tempat lantas dia memaksa chungcoe menebusnya dengan kitab itu. Meskipun demikian Kwie Chung-masih saja menyangkal itulah kejadian satu tahun yang lalu. Kedua saudara seperguruan itu, soeheng dan soetee, menjadi seperti api dan air yang berdiri berhadapan, masing-masing terus menggunai kecerdikannya."

Bujukan Gambar Lukisan - Wu Lin Qiao ZiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang