Jilid 33 : Pouw Liok It meninggalkan duniawi

2.7K 34 0
                                    

"Kelihatan tempat kediamannya siauw-sancoe bukan di dekat-dekat sini," kata orang yang kedua. "Kalau benar disini. Lo loosoe mesti memasang orang-orangnya. Lihat gunung kosong dan sunyi begini. Tapi benar, kita memang sudah lolos dari ancaman bahaya..."
Baru orang itu berkata demikian itu, dari samping mereka lantas terdengar tertawa yang menyeramkan.
"Belum tentu!" demikian satu suar menyusul.

Dua orang itu kaget. Mereka lantas menoleh, mengawasi tajam ke arah dari mana suara tadi datang.
Tak usah mereka berdua menanti lama, lalu mereka lantas melihat munculnya enam orang, yang rupanya sejak tadi bersembunyi diantara pepohonan. Mereka semua gesit gerak-geriknya. Yang maju di depan seorang berjubah biru, kata menyeringai: "Kamu berdua bangsa orang-orang ternama, mana bisa kamu lolos dari tanganku si orang tua? Sebabnya kenapa aku tidak segera membekuk kamu iaiah supaya kamu dapat menjadi petunjuk jalan untuk kami supaya kami dapat mencari Kang Siauw sancoe kamu" Lantas orang tua itu tertawa, suaranya memecah kesunyian gunung.

Dua orang itu bermuka pucat. Dengan cepat mereka sudah terkurung. Mereka bingung: "Lari atau terima binasa?"
Selagi mereka itu tak berdaya, mendadak mereka mendengar suara meletup beberapa puluh tombak disisi mereka. Ditengah udara lantas melihat muncratnya lelatu api, yang disusul dengan suara bersuit keras. Kawanan pengurung itu nampak kaget. si orang tua berbaju biru tidak takut. Dia bahkan tertawa.
"Terangiah bocah she Kang itu sembunyi tak jauh dari sini" katanya. "Mudah saja aku si orang tua mendapatkannya"
Baru dia berkata begitu, tapi dalam pepohonan lebat terlihat keluarnya kira sepuluh orang, diantaranya ada Tok-Pie Teng koan coei Kiat Him dan Sim Yok serta Lauw chin.

Melihat coei Kiat Him yang berlengan satu, si orang tua baju biru tertawa tergeiak. Kata dia jumawa. "Manusia bercacad, kau masih berani banyak tingkah? Jangan kau jangan bikin kotor tanganku si orang tua"
Kiat Him paling mendongkol orang menyebut cacadnya itu, ia lantas maju kedepan orang seraya sebelah tangannya diluncurkan, Sembari menyerang itu, ia kata keras: "Mari kau rasai pukuian udara kosong dari orang tanpa daksa"
sijubah biru terkejut menyaksikan serangan itu, akan tetapi ia menangkis. Dengan begitu tangan mereka berdua beradu keras. Kesudahannya dia jadi bertambah terkejut. ia terhuyung mundur beberapa tindak.

"Apakah kau masih belum mau menyerah. tanya Kiat Him tertawa tawar.
si baju biru gusar bukan main, mukanya menjadi pucat dan padam. Segera ia menghunus pedang dipunggungnya.
"Jangan jumawa" katanya bengis. "Aku menghendaki kau menyerahkan kepalamu" Sim Yok berlompat maju, tangannya memegang dua batang pedang pendek.
"Loo-enghiong siiahkan mundur" kata dia, "Serahkan bangsat tua ini pada aku si orang muda"
Mulanya Sim Yok menggunai cambuk Peng coa-pian yang lunak tapi sejak di In lam. Tiong Hoa menganjuri ia menukarnya sebab katanya cambuknya itu banyak cacadnya cuma dipakai berkeiahi renggang kalau rapat lantas tak merdeka lagi.
Si jubah biru mengerti dia lagi menghadapi lawan-lawan tangguh dia tidak mau banyak iagak lagi, dengan lantas dia mengulapkan tangannya, memberi isyarat untuk kawan kawannya maju. Maka merangsaklah enam musuhnya.
Melihat demikian- coei Kiat Him juga tidak berdiam saja. Maka kedua pihak lantas bentrok.

Si baju biru sendiri meiayani sim Yok. dengan pedangnya dia lantas menikam ke pundak.
Orang she Sim itu berlaku sabar. Mengenai ilmu pedang, kecuali dari Tiong Hoa, ia pun telah dapat petunjuknya Cek In Nio. ia menunggu sampai ujung pedang sampai, dengan gesit ia berkelit kekiri.
Musuh itu terkejut mendapatkan serangannya kosong. Lekas-lekas ia bergerak mundur guna menukar kedudukan- ia lantas serang lawannya. Sim Yok merangsak. tiga kali dia menikam saling ganti begitu lekas tusukannya yang pertama gagal.

Si baju biru mengeluarkan keringat dingin. Syukur ia keburu menyedot dadanya, kalau tidak. celakalah ia Walaupun begitu, bajunya kena tertubias bolong, ia menjadi sangat gusar, maka waktu lawan maju lagi, ia memberikan perlawanan dengan gigih. Tiba-tiba terdengar jeritan kesakitan, dua kali beruntun. baju biru terkejut.
"Tahulah ia bahwa ada kawannya yang telah dirobohkan musuh. ia menjadi semakin gusar. maka ia mengulangi serangannya dengan bengis sekali. Tiga kali Sim Yok di serang hebat hingga dia terpaksa mundur dua tindak.
Sembari berkelit itu si baju biru mencoba melihat kearah kawannya. ia mendapat kenyataan lima kawannya, dua sudah roboh, jatuh ke lembah dan tiga yang lain nya juga terancam bahaya.

Bujukan Gambar Lukisan - Wu Lin Qiao ZiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang