Jilid 4 : Tiong Hoa terjebak di Yan-kee-poo

4K 49 0
                                    

"Saudara Lie," kata Pek Kie Hong, menunjuk ke rumah yang gelap itu, "itulah tempat ditahannya murid-murid Koen Loen pay. jalanan di dalam rimba ini istimewa, baik kau ikuti aku, tempat di mana aku menaruh kaki, di situ tidak ada bahayanya."
Habis berkata, ia jalan mendahului, ia jalan cepat, ke kiri dan kanan tak ada ketentuannya.
Tiong Hoa mengawasi kaki-kaki orang, Tiba di dekat rumah besar itu, ia kaget, ia kena injak tanah yang seperti tak pegangannya ia kaget, Percuma kagetnya ini, belum sempat ia memikir apa-apa, kedua kakinya sudah kejeblos, tubuhnya turun sama cepatnya, terus telinganya mendengar Pek Kie Hong tertawa bergelak. Lalu tertawa itu.

Selagi kejeblos itu, anak muda ini tidak melihat apa-apa. Gelap di sekitarnya, itulah pasti liang perangkap. Ketika ia tiba, di bawah entah berapa dalamnya, ia kaget, ia seperti terbanting sampai ia roboh, lantas hidungnya mencium bau tempat demak dan amis juga, hingga ia ingin muntah, Ketika jatuh itu, ia hampir pingsan, maka itu sampai sekian lama, baru ia dapat bangun berdiri.

Karena tempat gelap, tangannya meraba-raba, sampai ia memegang tembok di sekitarnya.
"celaka aku..." ia mengeluh. ia berada dalam lubang dengan tembok besi, Hawa di situ pun menyesakkan dada, Kalau ia tidak lekas lolos, ia bakal mati kehausan dan lapar, inilah hebat,
"Heran kenapa Kie Hong menipu aku..." pikirnya, "Mungkinkah dia mencurigai aku? Kalau benar, itu bukanlah soal sukar, dapat ia mencari tahu..."
Sebagai seorang hijau, pemuda ini sangat kurang pengalamannya. ia main percaya setiap orang, ia seperti lupa halnya Yan Hong hitam makan hitam dan Lao San Sam eng penasaran, ia tak tahu Yan Hong dititahkan Yan Loei mengundang ia datang ke Yan Kee Po, untuk menguji ia, kalau ia benar berpihak pada orang luar, ia hendak disingkirkan.

Yan Hong pun bersedia membinasakan ia, cuma tuan muda dari Yan-kee-po itu masih ingat budi pertolongan orang, kalau bisa dia ingin ia membantu Yan-kee po. Tapi ia di curigai Yan Loei, karena Yan Loei menerima laporannya Pek Kie Hong bahwa ia menolong orang Koen Loen Pay, maka itu Yan pocu tak bersangsi pula, terus dia menyuruh Kie Hong memancing dan menjebaknya, perbuatan itu dilakukan diluar tahunya nyonya Yan dan Yan Hee si nona.

Setelah berpikir lama, Tiong Hoa menjadi jemu terhadap orang Rimba Persilatan, kalau ia lolos, ingin dia membinasakan Kie Hong dan orang-orang sebangsanya, ia gusar hingga ia menggertak gigi.
Sementara itu tadi, ketika terdengar suara bok hie terakhir, pintu Coei Tek Hian lantas terpentang, dari situ keluar seorang budak perempuan berbaju hijau. yang membekal sapu, untuk menyapu lantai di depan pintu.

Dia belum berumur dua puluh, tubuhnya langsing, romannya menarik hati. Gesit kerjanya dia.
Di ruang dalam, yang disebut hoed-tong, ruang pamujaan, ada duduk bersila seorang wanita tua yang rambutnya sudah ubanan, mukanya bundar, kulitnya belum keriputan, matanya bersinar tajaro, suatu tanda dialah ahli silat.
Ditengah-tengah ruang tergantung gambarnya Cian cioe Koan im yaitu dewi Koan Im bertangan seribu, berikut sebuah gambar Thay Kek. yang diapit sepasang lian atau pigura huruf yang tulisannya bagus. Di atas meja ada bok khie serta pendupaan yang asapnya mengepal harum, Nyonya tua itu bersila sambil meram.

Tak lama dari kamar samping keluar seorang nona berbaju merah, Karena sinar matahari yang masuk dari pintu, maka nona itu tampak cantik manis.
"lbu." ia memanggil, suaranya merdu dan bernada aleman, Terus ia mendekati si nyonya, untuk menanya: "lbu lagi pikirkan apa?" Dialah Yan Hee, puterinya Yan Loei atau adiknya Yan Hong. Nyonya itu membuka matanya terus ia bersenyum manis,
"Aku memuja sang Buddha, sekarang aku telah memperoleh kesadaran," sahut ibu itu. "Sekarang hatiku tenang bagaikan air, tapi sudah dua hari ini, aku merasai ketenanganku
terganggu, Air seperti berombak perlahan mungkin ada sesuatu yang bakal menimpa aku. Aku ingat ketika delapan tahun yang lalu aku membinasakan si orang aneh yang kumisnya panjang aku mendapat alamat seperti ini, Tapi tak mau aku memperdulikan itu" ia tertawa,
"Anak. mari aku tanya kau, selama yang belakangan ini kau telah dapat mencari orang yang kau penuju atau belum?"

Bujukan Gambar Lukisan - Wu Lin Qiao ZiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang