Part (3)

183 15 4
                                    

"Adik-adik, hari ini adalah hari terakhir kalian melakukan MOS. Saya harap kalian betah di sini. Maafkan kelakuan kami, terutama Winda." Dito melirik Winda.

"Lah, kok gue sih." Winda menunjuk dirinya sendiri.

"Lo kan paling garang diantara kita." Nanda mencoba memanas-manasi.

Winda memberenggut. Michele dan yang lain tertawa. Tak disangka-sangka. Winda yang luarnya galak ternyata seorang yang manja.

Tak berapa lama sebuah pengumuman ditujukan kepada anak kelas 10 untuk menuju aula. Kepala sekolah mengucapkan terima kasih dan beberapa nasihat. Setelah itu anak-anak kelas 10 diperbolehkan kembali ke kelas.

"Kak Dito!" Michele memanggil Dito.

"Ya?"

"Perpustakaan sebelah mana, Kak?"

Dito menawarkan untuk mengantar Michele. Dia mengangguk. Mereka berjalan beriringan menuju perpustakaan.

"Makasih, Kak," ucap Michele setelah mereka sampai di depan perpustakaan.

Dito mengangguk lalu pergi. Michele masuk ke perpustakaan. Masih sepi karena ini jam pelajaran. Anak-anak kelas 10 sengaja dibebaskan supaya mereka bisa berkeliling dan mengenal sekolah lebih dekat.

Michele berjalan pelan-pelan di antara rak-rak buku. Beruntung karena rak-rak di sini tidak tinggi. Hanya sekitar 10 cm di atas kepalanya.

Halaman demi halaman Michele baca. Dia tidak sadar kalau sedari tadi ada yang duduk di depannya. Saat dia merenggangkan otot, dia terkejut karena Dion sudah duduk manis di depannya.

"Dion ngagetin." Michele mengurut dadanya untuk meredakan detak jantung.

"Hehe, maaf." Dion pura-pura menggaruk tengkuknya. "Baca apa?"

"Novel."

"Gue ganggu?"

Michele menggeleng keras. Kenyataannya dia tidak merasa terganggu karena kehadiran Dion.

"Lanjutin aja bacanya." Dion tersenyum simpul.

"Kamu nggak baca?"

"Gue baca pikiran lo aja."

Michele mengangguk. Dia melanjutkan bacaannya yang tadi tertunda.

Dia menjadi tidak enak karena mengabaikan Dion. Namun dia sendiri juga tidak mau melepaskan mata dari novel yang ia baca. Akhirnya dia menyudahi membaca dan mengajak Dion untuk berkeliling sekolah.

***

Michele menghempaskan tubuhnya di kasur. Lelah. Satu kata yang mewakili Michele hari ini. Baru beberapa detik dia memejamkan mata, pintu kamarnya diketuk.

Michele menghilangkan wajah lelahnya. Dia berjalan menuju pintu setengah berlari. Dia tersenyum. Ternyata kakaknya. Michele melemparkan tatapan bertanya.

"Temenin Kakak makan, yuk," pinta Andre memelas.

Michele mengangguk lucu. Andre memeluk Michele sebentar lalu dia melesat menuju kamar.

Michele sendiri segera menutup pintu kamar. Dia mengganti seragamnya dengan kaos putih polos dan jeans biru. Setelah mematut diri di cermin, Michele menyambar tas selempang dan bergegas menghampiri kakaknya.

"Yuk, Dik." Andre menggamit lengan adiknya.

Di salah satu kedai makanan di mall, Andre dan Michele duduk berhadapan. Michele dengan spaghetinya sedangkan Andre dengan ayam kremesnya.

MASKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang