Part (6)

138 10 4
                                    

Michele celingukan di depan kamarnya. Sudah dua hari ini dia tidak menjumpai kakaknya. Andre pun tidak menjemput Michele juga. Sambil menghela nafas Michele masuk ke kamarnya.

Setelah meletakkan tas hijaunya di meja belajar, Michele ke kamar mandi untuk mengganti baju.

Tok ... Tok ... Tok ...

Suara ketukan pintu menginterupsi Michele. Dia berbalik langkah menuju pintu. Andre menunjukkan senyum jenakanya.

"Siang, Michele." Tanpa dipersilakan, Andre nyelonong masuk ke kamar Michele.

Michele bingung sesaat lalu mengedikkan bahu. "Kenapa, Kak?"

"Nggak papa. Cuma pengen ke sini aja."

"E ... Michele mau ganti baju dulu."

Sepersekian detik berikutnya, Michele sudah berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Beberapa menit kemudian, Michele kembali.

"Jadi apa yang akan kita lakukan sore ini?" Dengan semangat, Michele duduk di samping kakaknya.

"Gimana kalau kita main game?"

Usul Andre diterima Michele. "Game ap-"

Pertanyaan Michele mengambang begitu mendengar dering ponsel Andre. Michele melirik sebentar. Tertera nama 'Princess Lydia' di sana.

"Kakak angkat telepon bentar ya." Andre meninggalkan Michele seorang diri.

Michele mengangguk pelan. Menatap kepergian kakaknya. Dia menunggu Andre sambil memainkan jari kakinya.

5 menit ...

15 menit ...

30 menit ...

1 jam ...

Satu jam berlalu tapi Andre belum juga kembali. Michele jengah sendiri. Dia berdiri dari duduknya dan keluar. Dilihatnya pintu kamar Andre yang terbuka, lantas Michele mengintip ke dalam sedikit.

Ternyata Andre sedang tiduran di atas kasurnya. Suara tawa menggema di ruangan itu. Michele tertawa kecut. Dia berjalan perlahan, kembali ke kamarnya.

Di bawah langit mendung sore ini, Michele bersedih. Bukan, bukan menangis. Dia sudah berjanji pada kakaknya kalau dia tidak akan menangis sendiri. Hati Michele perih. Ini pertama kalinya Michele merasakan sakit.

***

"Jika ada dua atom yang berbeda jenis ...."

Penjelasan dari guru kimia itu membuat Michele menguap lagi. Ini sudah yang ketiga kalinya Michele menguap. Tepat saat dia menguap untuk yang keempat, bel tanda istirahat berbunyi nyaring.

Guru kimia itu pun membereskan barang-barangnya dan keluar meninggalkan kelas Michele. Semua teman Michele sudah pergi, menyisakannya yang sedang memasukkan buku.

Tak lama, dia beranjak pergi ke kantin. Ramai. Satu kata yang cocok untuk menggambarkan keadaan kantin. Seperti biasa, Michele memesan semangkuk soto. Dia celingukan mencari tempat duduk. Matanya tertumbuk di meja sudut. Michele langsung menghampiri meja tersebut.

Michele memakan makanan yang dipesannya tadi dalam diam. Baru beberapa suapan ada seseorang duduk di depannya.

"Hai, Chele."

Michele mendongak. Dia terkejut setengah mati. I ... Itu ... Kak Winda? batinnya.

"H-hai." Kegugupan Michele menjadi-jadi

MASKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang