Part (19)

121 10 0
                                    

Sudah dua hari ini Andre mencari Michele. Waktu tidurnya juga semakin berkurang. Kantong matanya tercetak jelas. Andre belum menyerah. Dia masih mencari adik kesayangannya.

Bruk ...

Andre menjatuhkan tubuhnya di kasur king size. Dia baru saja pulang dari kuliah. Hari ini jadwalnya padat. Beberapa tugas juga sudah menunggu untuk dikerjakan. Dia menghela nafas lelah.

"Andre? Udah makan?" Suara Natasha menelusup ke telinga Andre.

"Udah."

Natasha duduk di pinggir kasur. Menatap Andre yang tampak semrawut. "Kamu masih nyari Michele?"

Andre mengangguk. Matanya terpejam. Seolah takut melihat langit-langit rumahnya sendiri.

"Sudahlah. Berhenti nyari dia. Toh, dia juga nggak ketemu. Biarin aja."

Andre membuka mata lalu menoleh kepada mamanya. "Kenapa Mama ngomong gitu?"

"Andre, lihat Mama. Kamu udah seneng, kan, tanpa Michele? Kamu udah nemuin kebahagiaan kamu, kan? Lydia. Jadi tolong, biarin Michele pergi. Dalam waktu seminggu, kalau dia enggak kembali, namanya akan dicoret Papa dari Kartu Keluarga. Tapi kalau dia kembali, Papa nggak akan melakukannya."

Natasha meninggalkan Andre yang masih mematung. Mencerna semua yang dikatakan mamanya. Kepala Andre terasa mau meledak. Informasi dari Natasha benar-benar membebaninya. Andre harus menemukan Michele.

***

Mata Andre jelalatan memilah satu persatu orang yang berlalu lalang di trotoar. Dia berharap bisa menemukan Michele dan membawanya pulang.

Andre memukul stir mobilnya lalu berdecak. Kenyataannya, dia tidak bertemu dengan Michele di mana pun. Dia berhenti di sebuah taman yang letaknya jauh dari rumahnya. Pohon-pohon berjejer rapi. Menaungi siapa saja yang berlindung di bawahnya. Andre duduk di salah satu bangku yang disediakan. Dia memejamkan mata. Menikmati semilir angin.

"Kak Andre ..."

Suara itu lirih tapi Andre mampu mendengarnya. Dia membuka mata lalu bersitatap dengan seorang gadis yang selama ini dicarinya.

"Michele!" Andre bangkit dari duduknya. Menghampiri Michele yang masih mematung. Laki-laki itu memeluk orang di depannya dengan erat. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Akhirnya Kakak nemuin kamu."

Perlahan Andre mengurai pelukan tersebut. Menatap lembut gadis di depannya.

"Michele, ayo pulang." Tangan Andre sudah bersiap menarik Michele. Namun, adiknya menjauhkan diri.

"Aku nggak mau pulang."

Aku? Sejak kapan Michele menggunakan kata itu? Andre mengerutkan kening.

"Michele?" Suara lain menginterupsi mereka.

Randi berdiri tegak agak jauh. Matanya memandang Michele dan Andre bergantian. Tangannya dimasukkan ke saku jaket. Andre yang melihat Randi langsung naik pitam. Sebelum dia melangkah menghajar Randi, Michele sudah lebih dulu menahan kakaknya.

"Randi nggak ada sangkut pautnya sama ini," kata Michele. Suaranya terdengar tegas dan dingin bersamaan.

Lagi, Michele membuat Andre terkejut. Apa yang terjadi sampai adiknya menjadi seperti ini? Apa yang dilakukan papanya?

"Michele, kamu kenapa?"

Michele tersenyum sedikit lalu menjawab, "Aku nggak pa-pa."

Andre menggeleng. "Enggak. Kamu bukan Michele. Michele nggak pernah ngomong pake aku-kamu. Dia selalu manggil pake nama orang yang mengajak berbicara."

MASKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang