Part (8)

103 8 0
                                    

Ketiga orang di panggung itu menempati posisi masing-masing. Dion mengambil gitar yang sudah disediakan. Dito dan Michele menyapa penonton sebentar.

"Hai," sapa Michele. "Saya ditunjuk sebagai perwakilan OSIS oleh ... laki-laki di samping saya–"

Dito memotong ucapan Michele, "Kok gue, sih?"

"Kan kemarin Kakak yang nyuruh Michele ikut."

"Itu disuruh sama anak-anak."

"Tapi–"

"Woi, kita mau tampil. Jangan debat dulu, oke?" Dion menyela perdebatan kecil itu.

Beberapa anak tertawa mendengar perdebatan Michele dan Dito. Yang di panggung cuma nyengir tanpa dosa.

"Baiklah, silakan mendengar suara pas-pasan saya," kata Dito memulai penampilan.

Petikan gitar Dion mengalun lembut. Penonton terhanyut dalam alunan musik. Sampai suara Dito membuat mereka tambah meresapi lagu yang dibawakan.

(Dito)
Aku yang tak akan melepaskan
Kamu yang menggenggam hatiku
Kita tak kan mungkin terpisahkan
Biarlah terjadi apapun yang terjadi

Dito dan Michele saling menatap. Mengunci pandangan pada satu titik.

(Michele)
Aku yang tak bisa melepaskan
Kamu yang miliki hatiku

(Dito)
Walau mungkin terlalu cepat

Dito kembali menatap lurus ke arah penonton, diikuti Michele.

(Michele)
Bagi kita berdua
Untuk mengatakan

(Dito-Michele)
Selamanya kita akan bersama
Melewati segalanya
Yang dapat pisahkan kita berdua

Selamanya kita akan bersama
Tak kan ada keraguan
Kini dan nanti
Percayalah

(Michele)
Aku yang tak bisa melepaskan

(Dito)
Kamu yang mengenggam hatiku

(Dito-Michele)
Walau mungkin terlalu cepat
Bagi kita berdua
Untuk mengatakan

Selamanya kita akan bersama
Melewati segalanya
Yang dapat pisahkan kita berdua

Selamanya kita akan bersama
Tak kan ada keraguan
Kini dan nanti
Percayalah

Tanpa sadar, Dito menarik tangan Michele. Menggenggamnya erat.

Hanya dirimu satu-satunya
Tercipta untukku

Selamanya kita akan bersama
Tak kan ada keraguan
Kini dan nanti
Percayalah

Tak kan ada keraguan
Kini dan nanti

Tak kan ada keraguan
Kini dan nanti
Percayalah

Lagu diakhiri dengan tepuk tangan riuh dari penonton. Sorakan dan teriakan memenuhi lapangan yang hari itu penuh dengan siswa dari SMA Permai dan SMA Harapan Bangsa. Dito sudah melepaskan tautan tangannya dari Michele.

Ekor mata Michele menangkap sosok Andre yang berdiri sambil bertepuk tangan. Dia melambai kecil dan dibalas dengan acungan dua jempol dari Andre.

"Wah ... Gila, suaranya bagus banget. Gue mau jadi shipper MiDi, dong," kata Winda setelah dia berdiri di panggung bersama Nanda.

"MiDi apaan?" tanya Nanda.

"Michele-Dito." Winda berteriak sambil lompat-lompat kecil.

"Yang bagus dikit napa?"

MASKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang