Part (10)

112 9 0
                                    

Sembilan bulan kemudian ...

"Akhirnya gue naik kelas. Nggak sia-sia les sana-sini." Teriakan Dion membuat Michele menutup wajahnya menahan malu.

Mereka berada di tengah kerumunan siswa-siswi kelas X, XI dan XII yang berada di halaman. Melakukan upacara pembukaan tahun ajaran baru bersama murid baru.

"Chele, nanti kita lihat dapet kelas apa ya?" Pertanyaan antusias Dion dihadiahi cengiran lebar oleh Michele.

"Sstt ... Jangan ribut mulu. Nanti dihukum," ucap salah satu siswa yang kebetulan berada di samping Dion.

Dion langsung menutup mulut begitu mendengar nasehat dadakan dari temannya. Upacara berlangsung dengan khidmat. Walaupun ada bisikan kecil serupa dengungan lebah, tapi itu tidak berlangsung lama mengingat guru-guru dan pengurus OSIS yang menatap tajam.

Sembilan bulan di SMA Permai membuat Michele tahu seluk-beluk dan sifat teman sekelas lamanya. Dan selama itu pula, Michele tak henti-hentinya memenangkan beberapa lomba menyanyi dan membuat namanya semakin melambung.

Seusai upacara, Dion langsung menarik tangan Michele menuju papan pengumuman. Dicarinya nama Dion Wira Atmaja dan Michele Gladis Orlando di sana.

"Yes ... Kita sekelas lagi, Chele." Dion menarik tangan Michele lalu mengajaknya berjoged.

"Dion. Malu-maluin." Sekuat tenaga Michele menutupi wajahnya dari pandangan orang yang berlalu lalang.

"Seharusnya 'kan yang malu gue. Kenapa wajah lo yang ditutup?"

Michele tidak menjawab. Dia lebih memilih meninggalkan Dion yang masih berjoged. Beberapa anak melihat Dion dengan tatapan apa-cogan-gitu-semua?

"Chele, ayo ca–" ucapan Dion terputus karena Michele tidak ada di tempatnya.

Sebelum dia melangkah mencari Michele, sempat-sempatnya Dion mengerling kepada perempuan yang lewat. Tentu saja pipi perempuan tadi merona.

Tanpa disadari, Winda sudah berada di samping Dion lalu menjewer telinga laki-laki itu. "Bagus ya. Baru aja masuk sekolah udah genit. Lupa ama pacar yang di sini? Hah?!"

"Aduh, say. Sakit."

"Rasain tuh. Salah siapa mata keranjang!" bentak Winda tanpa melepaskan tangannya di telinga Dion.

"Ampun, say. Lepasin, nanti gue nggak ganteng lagi."

Winda mengencangkan jewerannya. "Biar lo nggak ganteng terus nggak genit lagi."

"Genit itu bawaan semua cowok, say. Kalo ada cewek yang bening dikit pasti digodain."

Winda semakin geram mendengar jawaban Dion. Gadis berambut lurus itu menginjak kaki Dion sebelum meninggalkannya.

"Pacar gue sekarang kaya' emak-emak nagih hutang. Galak."

Selesai bermonolog, Dion meninggalkan tempatnya untuk mencari Michele.

***

Jarum jam menunjukkan pukul dua siang lewat sepuluh menit. Cuaca yang panas membuat para siswa ingin cepat-cepat menuju rumah. Ada juga yang mampir ke Perhap Cafe untuk minum atau sekedar ngadem dari cuaca yang menyengat.

Lain halnya dengan Michele. Gadis berambut coklat itu malah berpanas-panasan di depan gerbang. Berulang kali matanya melirik jam tapi setelah itu dia akan mendesah lelah.

"Kak Andre mana sih?" gumamnya.

Beberapa menit kemudian, Andre datang dengan mobilnya. Mata merahnya menandakan kalau pemuda itu baru saja bangun tidur.

MASKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang