Part (9)

110 7 0
                                    

Brukk

"Maaf. Michele nggak sengaja." Tangan Michele meraih beberapa buku yang berjatuhan.

Laki-laki di depan Michele tersenyum. "Nggak papa."

Mereka berdiri bersamaan. Laki-laki tadi merapikan buku di gendongannya lalu menatap Michele.

"Nama aku Randi." Laki-laki itu mengulurkan tangannya.

Michele tersenyum dan menyambut uluran tangan itu. "Michele."

"Kelas berapa?"

"Sepuluh. Kamu?"

"Kuliah. Semester satu."

Michele manggut-manggut. Dia menatap Randi dengan kening sedikit mengerut. Mencoba mengingat-ingat sesuatu. Dia sepertinya pernah melihat Randi tapi lupa di mana.

"Aku pergi dulu ya. See you next time." Randi melangkah meninggalkan Michele yang masih asyik berpikir. Michele baru sadar saat Andre menepuk bahunya dan mengajaknya pulang.

Di rumah, Michele menghampiri ibunya yang sedang memasak. Tanpa ba-bi-bu dia membantu ibunya menyiapkan makan malam.

"Gimana sekolahnya, Chele?" Robert memasukkan makanan setelah bertanya kepada Michele.
"Baik, Pa. Temen Michele ada yang jadian sama kakak kelas," kata Michele seperti anak kecil.

Tingkahnya membuat Natasha dan Andre tertawa. Michele tersenyum lebar. Makan malam itu diisi dengan candaan. Seperti biasa, Michele kembali ke kamar setelah makan.

Tubuh Michele tenggelam di kasur king size-nya. Dia menatap langit-langit. Memikirkan apapun yang lewat di pikirannya. Kelopak matanya perlahan terpejam. Dia tidak peduli kalau dia habis makan. Pikirannya terngiang pada Randi. Sontak kedua matanya terbuka lebar. Dia ingat siapa laki-laki itu.

***

"Michele Gladis Orlando!"

Suara kencang itu membangunkan Michele dari tidur cantiknya. Mata bening Michele mendapati Andre yang berkacak pinggang di depan pintu kamarnya. Dia melirik jam yang ada di nakas. Pukul 06.10.

Buru-buru Michele ke kamar mandi. Bagus. Hari ini dia akan terlambat dan diomeli oleh kakaknya. Lihat saja wajah menyeramkan Andre. Seperti ingin menerkam Michele hidup-hidup.

Lima belas menit berlalu. Michele sedang merapikan dasinya di dalam mobil. Wajah Andre masih ditekuk.

"Done," teriak Michele setelah dasinya terpasang sempurna. Dia menolehkan kepala. Menatap Andre yang fokus menyetir.

"Kak."

Andre hanya menjawab dengan deheman.

"Maafin Michele."

Jawaban Andre masih sama. Berdehem.

"Ih, Kak Andre nyebelin." Michele membuang pandangannya. Sebal dengan tingkah Andre.

"Kok jadi kamu yang marah?" Andre bertanya bingung.

Michele mengedikkan bahu acuh. Mungkin dia akan mendiami Andre selama beberapa waktu. Michele membuka pintu mobilnya tanpa mengucapkan satu patah kata pun pada Andre. Di mobil, Andre hanya cekikikan melihat adiknya ngambek. Setelah dipastikan Michele memasuki sekolah, Andre menjalankan mobilnya.

"Pagi, Chele. Muka lo kenapa tuh? Kusut amat," sapa Dion disertai kekehan.

"Kak Andre nyebelin. Ada orang minta maaf malah dikacangin."

Dion terkekeh pelan lalu mengacak rambut Michele. Bibir pink Michele manyun sambil menggerutu. Tidak menyadari Dion sudah pergi dari tadi.

"Loh, Dion ke mana?" Michele bertanya pada dirinya sendiri. Bibirnya makin maju gara-gara ditinggal oleh Dion.

MASKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang