"Kantin yuk, Chele."
Michele menoleh dan mendapati Dion sedang memegangi perut dengan dramatis. Akting setiap dia sedang lapar. Memang, hari ini pelajaran belum terlaksana dengan baik. Ada beberapa guru yang masih mengurusi berkas-berkas.
"Nggak mau."
"Ayolah, Chele. Lo nggak mau 'kan gue laporin ke polisi atas dasar-"
Ucapan Dion terhenti. Tangan Michele sudah bertengger cantik di mulutnya. "Iya, Michele anterin."
"Lo baik banget, Chele. Gue traktir deh."
Michele hanya memutar bola matanya. Sebenarnya, Michele sedang menjaga energinya untuk latihan vokal nanti. Dia malas keluar kelas jika tidak ada guru.
"Duduk dulu. Lo mau pesen apa?" tanya Dion begitu mereka sampai di kantin.
"Jus stroberi."
Setelah mendapat jawaban, Dion meninggalkan Michele seorang diri. Bahkan kantin lumayan ramai di jam kosong seperti ini. Mata Michele tertumbuk pada dua orang yang berjalan ke arahnya.
"Hai, Chele," sapa Dito begitu dirinya sampai di hadapan Michele.
"Hai Kak Dito. Hai Kak Winda."
"Hai kesayangan." Dion mengerling ke arah Winda lalu menyerahkan segelas jus stroberi pada Michele. "Nih, pesanan lo."
Winda melengos begitu mendapati Dion duduk di hadapannya. Niatnya ingin menjauhi Dion malah tidak terealisasikan.
"Lo cantik kalo ngambek."
Walaupun Winda marah, pipinya masih bersemu juga. "Bodo amat. Gue mau pergi."
Winda beranjak dari duduknya diikuti Dion yang berulang kali meneriakkan namanya. Meninggalkan Dito dan Michele yang duduk berhadapan.
"Lucu ya mereka." Dito membuka suara setelah beberapa detik hening.
Michele mengangguk. Entah ini perasaan Dito saja atau Michele memang benar-benar tambah cantik?
"Em ... Nanti sore mau jalan? Ke Perhap Cafe?"
"Maaf, Kak, nggak bisa. Michele ada janji. Kapan-kapan aja ya."
Dito menghela nafas lalu mengangguk. Sekali lagi, dia melihat wajah Michele. Mengaguminya untuk sesaat.
"Michele ke ruang guru dulu ya, Kak. Mau ketemu sama Bu Mirna," kata Michele sambil tersenyum.
"Ya. Hati-hati."
Tinggallah Dito seorang diri. Kantin semakin ramai seiring bel istirahat berbunyi. Merasa jenuh dengan suasana kantin, Dito beranjak tanpa membawa apapun.
***
Michele berjalan tergesa-gesa keluar dari ruang seni musik. Dia terlambat. Randi pasti sudah menunggunya dari tadi.
Benar saja.
Randi duduk manis di kap mobilnya. Menghembuskan asap rokok yang berada di sela-sela jarinya. Ketika melihat Michele di gerbang, Randi membuang rokoknya lalu menginjaknya.
"Maaf, Kak. Telat." Michele ngos-ngosan karena berlari menuju mobil Randi yang terparkir cukup jauh.
"Nggak papa." Randi turun dari kap mobilnya. "Sekarang?"
Michele mengangguk antusias. Selang beberapa detik, dua insan itu sudah duduk di mobil. Tak ada yang bicara.
Sesampainya di Perhab Cafe, Randi dan Michele berjalan bersisian ke dalam. Terakhir Michele menginjakkan kaki di Perhab Cafe kira-kira sembilan bulan yang lalu. Saat Andre mengajaknya kemari. Cukup lama memang. Dan baru sekarang dia kemari lagi.
"Kamu tunggu sini dulu, aku pesenin jus stroberi."
Belum sempat Michele menjawab, Randi sudah pergi dari hadapannya. Akhirnya dia duduk. Tak banyak yang berubah. Hanya beberapa pergantian dekorasi di sisi kasir.
"Michele?"
Michele menoleh dan mendapati Dito melihatnya dengan alis tertaut.
"Ke sini sama siapa?"
Haruskah Michele mengatakan jika dia ke sini bersama Randi? Tak ada yang tahu Michele berteman dengan Randi. Tidak juga Andre. Dan hari ini Dito mengetahuinya.
"Sama Kak Randi," jawab Michele pasrah.
Bertepatan dengan selesainya jawaban Michele, Randi datang membawa nampan berisi jus stroberi dan kopi. Berdiri di antara Michele dan Dito. Seolah melarang Michele untuk berbicara lebih lanjut.
Dito menyeringai kecut. "Oh, jadi lo janjian sama cowok ini."
Michele menunduk. Tidak menyahut. Membiarkan Dito dengan asumsi-asumsinya. Dan Randi dengan segala pemikirannya.
"Gue mikir. Gimana reaksi Andre kalau tau adik kesayangannya janjian sama cowok nggak jelas begini."
"Siapa yang kamu bilang nggak jelas?!" Suara Randi terdengar dalam. Mengintimidasi siapa saja yang mendengarnya.
Bukan Dito namanya kalau dia takluk dengan suara Randi. "Emang lo nggak jelas." Matanya memandang Randi jijik. "Rambut acak-acakan, baju nggak bener, celana sobek-sobek. Apa namanya kalau nggak jelas?"
Jika Michele bisa menghilang, Michele ingin menghilang sekarang daripada berhadapan dengan dua lelaki yang beradu di depannya.
Namun, nyatanya Michele tidak bisa melakukannya. Dia masih duduk diam. Tertunduk mendengarkan geraman-geraman marah. Michele benar-benar muak. Dia menyambar tasnya lalu pergi dari cafe. Meninggalkan Randi dan Dito yang mungkin masih berdebat.
Michele kira dia akan sendirian. Michele kira dia akan jauh dari dua laki-laki tadi. Sayangnya, perkiraan Michele salah.
Bukannya menjauh, Randi malah mengejarnya. Sekarang mereka berhadapan di trotoar. Mengabaikan kendaraan yang berlalu lalang. Michele tidak menangis. Tidak ada yang boleh melihatnya menangis.
"Maafin aku."
Dua kata itu mampu membuat Michele mendongak. Memaksakan senyum tipis.
"Bukan salah Kak Randi juga. Tadi 'kan Kak Dito tiba-tiba dateng."
Pancaran mata Randi menyiratkan kekaguman. Kagum kepada Michele yang dapat menahan tangisnya.
"Pulang yuk," ajak Randi.
"Tapi, Kak Andre ...."
Ucapan Michele terpotong. Kalimat yang diucapkan Randi selanjutnya membuat hati Michele menghangat.
"Aku yang bakal jelasin semua ke Andre. Kamu tanggung jawab aku."
Satu kesalahan Michele. Memperbolehkan Randi untuk mengantarnya.
------------------------------------------------------
A/N:
Nulis part ini butuh perjuangan. Kaya' ada Goblin dan Malaikat Pencabut Nyawa di samping gue lagi main pisau melayang yang diputer-puter. *abaikan, efek nonton drakor*
Btw, gue bingung mau bilang apa lagi. Intinya, makasih buat yang udah baca cerita ini. Kok tiba-tiba gue pengen lihat drakor? *abaikan lagi*
Semisal Kamis depan gue enggak update, berarti gue lagi belajar buat UTS. Hari ini classmeeting-nya, eehh UTS-nya minggu depan. Lucu emang sekolah gue. Kita lagi mematahkan pribahasa 'Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian'.
Kalian intip mulmed, deh. Ada abang Garfield. Ituloh cast-nya Randi. Jangan digebet. Itu pacar gue.
Udahlah. Capek gue nulisnya. Tadi gue abis ikut lomba. Hayati lelah, bang. *lah curcol*
Yaudah, See you soon.
Tertanda,
Luke Hemmings's future wife
![](https://img.wattpad.com/cover/84620512-288-k96043.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MASK
Teen FictionThe amazing cover by @fazafalah21 ------------------ Hidup Michele semula baik-baik saja. Keluarga yang sayang padanya, teman-teman yang mendukung keputusannya, dan sesosok laki-laki yang selalu ada di sampingnya. Namun, bagaimana jika semua itu dir...