Part (7)

111 9 0
                                    

Berulang kali Michele mengangkat kepalanya yang berada di lipatan tangan. Namun sedetik kemudian kembali terkulai. Dia bosan. Jam kosong memang sangat menyebalkan. Ingin rasanya Michele pergi bolos tapi ia langsung teringat Andre. Dia tidak mau membuat kakaknya kecewa.

Entah apa yang terjadi, kelas mendadak hening. Michele tidak peduli. Dia tetap menyembunyikan wajahnya.

"Ehem."

Suara deheman tidak membuat Michele mengangkat kepalanya.

"Michele Gladis."

Baru saat namanya dipanggil, Michele menegakkan badannya. Dia mencari orang yang memanggil. Ternyata di depan kelas ada Dito dan Winda. Wajah Michele sedikit memerah.

"Adik-adik," kata Dito, "bulan depan adalah ulang tahun sekolah. Kami dari pengurus OSIS ingin setiap kelas ikut berpartisipasi dalam acara ini. Oleh karena itu, setiap kelas harus mewakilkan orang untuk mengisi acara. Durasinya maksimal sepuluh menit. Ada yang ditanyakan?"

Michele mengangkat tangannya tinggi. "Kak, ada guest star-nya?"

"Ada," kata Winda. "Tahun lalu guest star kita Last Child. Tahun ini, sesuai voting dari kelas XI dan XII, guest star kita Raisa."

Mata Michele terbelalak. Raisa penyanyi favoritnya. Dia harus lihat. Harus.

"Dan," Dito melanjutkan, "biaya untuk ulang tahunnya sebesar Rp90.000,00. Pembayaran paling lambat seminggu sebelum acara. Ada yang ditanyakan lagi?"

Tidak ada yang mengangkat tangan. Dito menganggap semua sudah mengerti.

"Baiklah, hanya itu yang kami sampaikan. Oh iya, satu lagi. Michele tolong ikut saya ke ruang OSIS sekarang. Terima kasih."

Winda mengisyaratkan Michele untuk mendekat. Michele menatap Winda dengan tatapan ada-apa?

"Elo disuruh tampil di acara nanti. Gue nggak tau sama siapa," bisik Winda tepat di telinga Michele.

Seperti mendapat ilham, Michele kembali ke kelasnya. Winda dan Dito menatapnya bingung. Michele kembali bersama seseorang.

Dito mengernyitkan dahi. "Kenapa elo ngajak dia?"

Michele hanya mengedikkan bahu. "Michele pikir Dion nanti akan berguna."

Dengan berat hati, Winda harus membawa Dion bersama mereka. Di perjalanan menuju ruang OSIS, Winda dan Dion berdebat sengit. Entah apa yang diperdebatkan. Dito meminta penjelasan tentang mereka tapi Michele hanya mengedikkan bahu.

"Hai, guys. Gue bawa pesenan kalian. Bonus satu orang nih," kata Dito begitu mereka memasuki ruang OSIS.

Nanda langsung berdiri dan menyilakan Michele duduk di sampingnya. Anak-anak OSIS menyoraki Nanda.

"Modus lo, Nan."

"Liat cewek cakep langsung melek."

"Gue aduin sama pacar lo. Eh, dia jones, bukan?"

"Tingkatkan, Nda."

Dan masih banyak lagi sorakan tidak bermutu yang keluar. Nanda hanya nyengir kuda saja.

Dion memutar bola matanya malas. "Sebenernya gue disuruh ngapain, sih di sini?"

Dito melirik Michele sekilas. Michele hanya tersenyum polos melihat Dito. Seakan itu bukan salahnya.

"Oke, kalian berdua gue bawa ke sini untuk mewakili OSIS di hari ulang tahun sekolah."

Michele membelalakkan matanya. "Michele nggak mau. Kenapa nggak Kak Shinta aja? Kak Adnan juga ada."

MASKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang