Kebenaran bisa didapat melalui penelusuran ruang dan waktu, menyaksikan suatu kejadian dengan mata sendiri. Jaka Wiranggaleng mengendalikan laju luncurnya, memasuki lorong-lorong waktu yang melaju cepat berkelok-kelok, menembus portal alam lain. Jaka memasuki masa lalu.
Jati dirinya sudah komplit. Sudah diketahui olehnya siapa sejatinya diri. Seorang Wayah Kelana yang menyerupa legenda di alam Watukayu. Kisah hidupnya sudah merentang lama sejak pengungkapan dunia. Dia telah ada semenjak awal, beberapa kejadian dalam alam Watukayu dapat dikaitkan kepadanya, termasuk terciptanya golongan baru yang disebut Gandarupa. Adalah berasal darinya, sebuah dosa manis masa lampau ketika dirinya jatuh cinta terhadap seorang siluman cantik, menimbulkan kecaman dan perselisihan berdarah. Saat itu dirinya belum mengenal Sukma Ayu.
Jauh sebelum dirinya mendapati seorang anak manusia terdampar di alam Watukayu, Jaka Wiranggaleng telah terlebih dahulu melanglangbuana mencari petuah bijak. Semenjak kemunculannya di dunia percabangan, tempat awal golongan Wayah Kelana muncul, Jaka Wiranggaleng bukanlah seperti yang lain.
Semenjak dini dia telah menanamkan ke dalam diri sebuah sikap keingintahuan tinggi. Dia tidak sepakat dengan kebijakan golongan Wayah Kelana yang tak mau tahu urusan dunia-dunia.
"Kemunculanmu ke permukaan akan menyebabkan golongan jahat memburumu. Kita Wayah Kelana diberkati kemampuan melintasi ruang dan waktu, menembus dunia-dunia serta multidimensi. Kau tidak tahu mengapa Wayah Kelana memiliki kebijakan ini? Kuberitahu kau, agar kita tidak terjebak di tengah konflik kepentingan. Kita adalah pihak netral. Jangan macam-macam dengan tatanan waktu, Jaka. Jalan untuk kembali sangatlah sulit." Adalah perkataan ibundanya saat Jaka memutuskan untuk membaur di permukaan alam Watukayu. "Jika kau memang berniat pergi, maka jangan pernah kembali."
Waktu untuk menyesali sudah terlambat, jalan yang disuguhkan kepada Jaka memang berliku. Berkali-kali ia terjebak dalam konflik golongan, terutama para pendekar dan musuh bebuyutan mereka, siluman.
Meski begitu, tidaklah merugikan telah mengetahui banyak rahasia alam-alam. Pengetahuan yang banyak bisa membuat bijaksana. Hanya saja, sebijak-bijaknya orang tetap bisa terjatuh dalam kubangan kekeliruan.
Kekeliruan itu dinamai jatuh cinta. Jaka mencintai Sukma Ayu semenjak pertama ia menyelamatkannya. Karena itu Jaka begitu mudahnya berbagi rahasia dunia kepada Sukma Ayu, untuk kemudian ia sesali di penghujung masa. Kehausan Sukma Ayu terhadap rahasia alam melampaui Jaka sendiri. Sukma Ayu akan melakukan apa pun demi mencapai tujuannya. Itu yang berbahaya. Ilmu tak boleh didapat dengan paksaan.
Barulah mereka berpisah karena ketidaksepahaman, Sukma Ayu telah melakukan perjanjian dengan pihak kelam. Pihak kelam itulah yang telah memporakporandakan padepokan milik Nyai Sekar Jati. Kemunculannya menciptakan geger dunia persilatan. Perpecahan berdarah yang merusak tatanan mandala pendekar pancawarna.
Namun sayang, Jaka Wiranggaleng hanyalah pengelana kesunyian. Mengarungi alam seorang diri. Sementara Sukma Ayu telah mampu membudakki para siluman berkekuatan tinggi. Jaka turun kewaspadaan, Sukma Ayu telah mengepungnya.
"Jaka Wiranggaleng, jika kau mencintaiku, serahkan jantungmu!" seru Sukma Ayu dengan tangan telah bersiap memegang senjata keris bergagang kepala naga.
Perkataan itu tak masuk akal. "Ini tidak patut, Sukma Ayu. Sampai kapan pun aku tak akan menyerahkan jantungku."
"Jika begitu. Akan kuambil paksa." Sukma Ayu menghentak lalu terbang bersama ribuan siluman berkekuatan tinggi.
Sayang seribu sayang. Dari begitu banyaknya ilmu yang diserap melalui pengembaraan antar alam, Jaka Wiranggaleng tak begitu berminat mempelajari ilmu bela diri. Maka yang dilakukannya adalah mengirim serbuan siluman itu ke alam lain melalui bukaan portal yang berasal dari jentikan jarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTRAL TRAVEL AGENT
ParanormalSemenjak peristiwa yang hampir saja meregangkan nyawanya, Jaya tak mau lagi memejamkan mata. Karena bisa saja ia benar benar mati. Peristiwa itupun perlahan menyeretnya hingga lupa pada jati diri, sampai ia merasakan lubang menganga dalam tubuh. Seb...