Alam yang mereka masuki sama sekali berbeda. Kaki tak menapak permukaan tanah, namun mereka mampu berjalan seperti biasa. Alam kenangan ini dipenuhi oleh jaring-jaring maya berkilauan perak, berhampar-hampar kerumuman titik kerlap kerlip. Gejolak udaranya menyerupa ombak tenang lautan.
Tiga pendekar abu-abu berjalan beriring bersama Jaka. Ketiga pasang mata mereka tak lepas dari pandangan kagum. Titik tempat pintu alam kenangan ini berletak sesungguhnya jauh sekali dari padepokan Nyai Laksmi. Jaka si Legenda begitu mudah melipat jarak. Meski tahu sejatinya Jaka itu berasal dari golongan mana, tak menghentikan mereka untuk mengagumi. Golongan Jaka itu memang golongan yang misterius, tak mau ikut campur urusan alam Watukayu. Kisah mengenai Jaka sebagai pengelana dimensi cukup ramai dibincangkan oleh golongan pendekar, empu padepokan, para Gandarupa, dan bahkan siluman-siluman pun ikut serta. Seperti yang diketahui, Jaka si Pengelana telah mengarungi bermacam dimensi dan mengetahui banyak rahasia dunia. Dipenuhi pemikiran-pemikiran begitu, membuat tiga pendekar abu-abu merasa kunci yang mereka pegang tidak ada apa-apanya.
Tadi pun ketika Darto mencari-cari kunci yang tepat bagi pintu alam kenangan yang berupa belahan batang sebuah pohon, Jaka langsung saja menyentuhkan jarinya di lubang kunci, serta merta terbuka dengan mudah.
Jaka menyadari tatapan mereka. "Ada apakah gerangan?"
Pendekar abu-abu Eko menjawab gugup, "tidak ada apa-apa, hanya memenuhi pikiran dengan legendamu."
"Apalah artinya legenda bila ia tidak ingat apa-apa." Jawab Jaka meniru ucapan Nyai Laksmi. "Ingatanku baru sepotong-potong. Yang kutahu, justru kalianlah tiga legenda yang sesungguhnya. Kalian yang mengawali terbentuknya alam ini bukan?"
"Benar. Peristiwa itu sudah berlalu begitu lama serta terasa baru saja kemarin terjadi. Kau tahu sendiri, pergerakan waktu di alam ini memang unik." Jawab Pendekar Takim.
"Benarkah penciptaan alam ini dimulai dari sebotol kecil benih putih?" tanya Jaka.
"Sebetulnya alam Watukayu sudah lama ada, sebagai kurungan Raja Siluman. Peristiwa yang kami alami itu bermaksud untuk menenggelamkan belenggu Raja Siluman dengan tumpukan dunia-dunia. Siluman jahat itu kini berada di alam paling bawah. Setiap alam memiliki pintu dan kuncinya masing-masing. Karena begitu banyaknya alam-alam ini, orang seperti kami ada di belahan dunia mana pun. Kami hanya memegang beberapa kunci." Darto menjelaskan. "Memang betul pemicunya adalah sari kehidupan para pendekar putih."
"Dan menurut legenda, aku tahu semua itu?"
"Kau adalah pengelana dimensi yang tak memerlukan kunci untuk memasuki alam-alam. Kau diketahui banyak menguasai riwayat setiap alam."
Jaka serta merta merasakan sesuatu yang ganjil, ia tahu itu. Sesuatu yang rasanya membahayakan. "Karena itu, dengan banyaknya ingatan yang hilang ini, aku menjadi rentan."
"Benar, kami bersyukur pada akhirnya kau bertemu kami. Pihak yang menginginkan keseimbangan."
"Kami sangat ingin tahu bagaimana bisa kau kehilangan jati diri dan kenangan." Kata Eko.
"Aku pun sama ingin tahunya. Karena rasanya ada yang masih bolong dalam diri ini." Jaka menunjuk dadanya.
"Cawan kenangan ada di pusat alam ini. Sebuah kolam riwayat." Darto menunjuk jauh ke depan. "Alam ini tidak banyak yang mengetahui, hanya mereka-mereka yang telah mumpuni dan arif serta bijaksana yang mampu menyingkap keberadaan alam ini. Cawan kenangan memuat riwayat jati diri seseorang bahkan sampai ke riwayat hidup dan misteri para leluhurnya. Jika kau nanti menyelami cawan itu kau akan menemui seorang dewi yang menjagai jembatan alam, sampaikan salam kami kepadanya."
"Baik, akan kusampaikan. Satu hal, benarkah kalian awalnya adalah dari golongan manusia?"
Ketiganya saling menatap dan tertawa sebentar, membuat Jaka mengernyit. Eko yang menjawab, "Betul, kami dulu adalah remaja nakal yang kena batunya dan diembani tugas mulia menjaga batas alam yang pada akhirnya menyaksikan sendiri terbentangnya alam-alam. Karena satu hal, kami tidak dapat kembali ke alam manusia karena jangkar kami sudah terlepas. Maka sang dewi yang akan kau temui itu memberi kami hembusan nyawa baru di tubuh kami di atas sana. Meski begitu, kami masih terhubung."
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTRAL TRAVEL AGENT
ParanormalSemenjak peristiwa yang hampir saja meregangkan nyawanya, Jaya tak mau lagi memejamkan mata. Karena bisa saja ia benar benar mati. Peristiwa itupun perlahan menyeretnya hingga lupa pada jati diri, sampai ia merasakan lubang menganga dalam tubuh. Seb...