Pernah kau mengalami sedetik rasanya selamanya? Ada sebuah film yang karakternya menjelaskan teori relativitas Einstein yang terkenal itu dengan begitu gampang dimengerti. "Bermesraan sama cewek seksi, walau satu jam atau satu malam rasanya cuma sedetik. Tapi menyentuh panci panas, sedetik rasanya satu jam."
Begini yang dialami Jaya atau Jaka ketika bibir lembut Sukma Ayu mengecup keningnya.
Hangat menjalar geli-geli di sekitar kulit kening, seperti meresap ke dalam pori-pori lalu merambati saraf-saraf otak, memompakan senyawa kenyamanan. Mata yang tadinya membelalak karena tiba-tiba saja Sukma Ayu mencondongkan tubuh menciumnya, kini menutup.
Denyar-denyar nyaman itu meninabobokan, mengatupkan mata hingga terkuasai kantuk. Kantuk yang mengantar ke dalam ruang gelap di bawah kelopak mata. Terjun sebentar untuk tenggelam ke dalam lautan pikiran. Kesadaran yang mewujud tubuh Jaya yang lebih kecil, masuk ke dalam inti jiwa. Satu titik cahaya di antara kegelapan.
Lalu... BYAAAR! Serupa ledakan bintang. Jaring-jaring kesadaran melontarkannya. Membuka mata batin. Tubuh kesadaran Jaya menyerupa sosok raksasa transparan, dengan jaring-jaring biru metalik yang berdenyar. Dia duduk di atas sebuah kelopak bunga. Melayang di ruang kehampaan. Banyak titik-titik cahaya bertebaran.
Buka matamu.
Sebuah suara menuntunnya. Jaya membuka mata. Membiarkan tubuh kesadarannya disetir meluncuri lorong-lorong berjaring biru metalik dan gegap gempita ledakan warna menjelang.
Perjalanan yang sebetulnya amat singkat. Mengisi pandangan mata dengan serpihan kenangan-kenangan. Dimulailah pada momen pertemuannya dengan Sukma Ayu.
Jaya atau Jaka adalah seorang pengelana ruang dan waktu. Dia tahu ia dan kaumnya tidak mau repot-repot terlibat pertikaian manusia alam Watukayu dengan para siluman dan Gandarupa. Dia memilih untuk menghindar. Menjelajahi setiap lekuk dunia jingga keunguan ini. Banyak pohon-pohon dengan batang besar yang memiliki enam sisi, menjulang menyentuh langit. Batu-batu berbentuk segi enam, menghampar. Jaya atau Jaka tahu bilamana ia menancapkan kayu, muncullah tanaman, yang sesuai keinginannya. Ia tancapkan dengan mengharap bunga mawar tumbuh. Maka tumbuhlah, ia petik bunga mawar merah itu.
Mawar itu menanti untuk dipersembahkan kepada sang jelita. Sayangnya pada waktu itu Jaya atau Jaka belumlah mengenal satu wanita dari kaumnya yang mampu mencuri hati.
Jaya atau Jaka genggam saja mawar itu, dan melanjutkan perjalanan. Sampailah di sebuah telaga. Dia mendapati seorang gadis yang meringkuk. Sepertinya tengah terluka.
"Kau tidak apa-apa?"
Gadis itu merintih. Tangannya memegangi perut yang tampak berdarah.
"Kau berdarah. Mari kubantu." Jaya atau Jaka mengangkat tubuh mungil gadis itu. Dibawanya menuju pondokan miliknya sendiri. "Kau terluka parah." Gadis itu hanya mengangguk lalu menutup mata.
Untunglah Jaya atau Jaka tidak terlambat untuk menangani luka itu. Dengan ilmu yang didapatinya dari setiap padepokan, ia mampu mengobati luka tusukan di perut si gadis.
Ketika si gadis bangun. Jaya atau Jaka berkata, "kau tidak berasal dari alam ini."
Si gadis yang masih lemah, mengangguk seperti tertangkap basah. "Aku tak sengaja."
"Kau dari dunia manusia fana. Siapa namamu?"
Di situlah pertama kalinya Jaya atau Jaka mengenal Sukma Ayu.
Pada pertemuan pertama, Jaya atau Jaka mau mengembalikan Sukma Ayu ke dunia manusia. Namun Sukma Ayu menolak.
"Aku tidak mau kembali. Aku mau di sini. Tempat ini lebih indah."
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTRAL TRAVEL AGENT
ParanormalSemenjak peristiwa yang hampir saja meregangkan nyawanya, Jaya tak mau lagi memejamkan mata. Karena bisa saja ia benar benar mati. Peristiwa itupun perlahan menyeretnya hingga lupa pada jati diri, sampai ia merasakan lubang menganga dalam tubuh. Seb...