Bab 2 -Permintaan maaf

4K 117 8
                                    

Aku pulang kerumah, sesampainya dirumah aku langsung membuka WA untuk chatan sama Tasya.
Aku mengirimkan pesan ke Tasya.

Alleta : Tasya apakah kamu tidak sibuk? Aku ingin curhat.

Tidak lama kemudian,sekitaran 5menit. Tasya menjawab pesan tersebut.

Tasya : Tidak, datanglah kerumahku sore ini jam 4.

Alleta : Ok,baiklah.

Tasya menyuruhku datang kerumahnya seperti apa yang dia minta aku datang tepat jam 4 sore dirumahnya.
Rumah Tasya dan rumahku jaraknya tidak terlalu jauh. Hanya beda blok saja dari rumahku,jadi aku ngak perlu meminta Pak Tarjo untuk mengantarku.
Sesampainya aku disana, aku mengetuk pintu rumah Tasya.
Tidak lama kemudian, bi Ira membukakan pintu.
"Eh,ada mba Alleta masuk mba,mba Tasya ada dikamarnya"ucap bi Ira sembari memberitahu dimanakah keberadaan Tasya.
"Oke,baiklah bi"kataku selagi berjalan meninggalkan bi Ira menuju kekamar Tasya.
Kamar Tasya letakknya ada dilantai dua, aku tidak perlu lagi di antarkan kekamarnya. Karena aku sudah mengetahuinya. Aku dan Tasya bersahabat sudah sejak SMP. Toh jadinya aku sudah mengenalinya dan seluruh keluarganya. Begitu juga Tasya dia mengetahui semua tentang Alleta,bahkan sampai keluarga pun.

Aku mengetuk,lalu kemudian membuka kamar Tasya dan melihatnya sedang berbaring membaca buku ditempat tidurnya.
"Tasya,akuu ingin curhat"ucapku selagi tidak sabar membahas topik yang ingin ku katakan dari pulang sekolah tadi.
"Alleta, curhatlah aku akan mendengarkan mu"kata Tasya sambil  menunggu kata yang terucap dari mulutku.
"Tasya,apakah kamu ingat. Kejadian dimana aku menumpahkan makanan di seragam milik Genta?"ucapku memulai curhatan.
"Oh, yang dikantin itu!bukannya Genta udah maafin kamu Alleta?"kata Tasya selagi tidak tau-menau.
"Nah itulah masalahnya,aku Alleta udah minta maaf sama Genta berkali-kali,dia tidak sama sekali meresponnya. Menengok kearahku saja dia tidak ingin"ucapku selagi mengakui apa yang terjadi diantara dirinya dan Genta.
"Oh jadi begitu, jadi kamu ingin minta maaf kepadanya?baiklah besok aku akan membantumu,tenang saja. Btw, kamu kenapa begitu cemas hanya karena tidak dimaafkan oleh Genta. Apa jangan-jangan,Alleta?"ucap Tasya selagi menebak-nebak apa yang terjadi pada diriku.
"Lah,tasya. Kok nyambung nya malahan kesitu. Aku hanya merasa sangat bersalah dengan Genta,itu saja kok"kataku mantap.
"Baiklah. Jadi kamu ingin aku membantumu?"tawar tasya kepadaku.
"Hmm, aku ingin berusaha sendiri dulu. Jikalau aku tidak bisa melanjutkannya aku ingin kamu membantuku"ucapku selagi menolak tawaran Tasya.
"Ok,panggil saja diriku!"kata Tasya.
Setelah itu aku kembali kerumahku. Aku lega akhirnya aku telah menceritakan itu semua kepada sahabatku. Aku pulang cukup larut yaitu jam setengah 9 malam. Jika berada dirumah Tasya aku akan lupa waktu. Toh mama dan papaku juga tidak marah kepadaku karena mereka berdua sibuk bekerja palingan 2 minggu sekali baru pulang kerumah. Jadi dirumah hanya ada aku, Pak Tarjo, Bi Irma, dan kakak laki-laki ku namanya Alif. Kak Alif sekarang udah kelas 12. Dia lebih memilih sekolah yang berbeda denganku.

Keesokan paginya aku turun sekolah, diantar oleh Pak Tarjo.
Aku pun langsung memasuki kelas. Dan ternyata Genta,Dimas dan Tasya sedang berkumpul bersama. Aku bingung apakah aku akan ikut bersama mereka atau hanya melihat mereka saja. Akan lebih baik aku hanya melihat mereka saja. Genta tidak sama sekali menatapku ataupun menyapaku. Hanya Tasya dan Dimas saja yang menyapaku.
"Pagii Alleta!"ucap Tasya dan Dimas dengan penuh semangat pagi.
"Pagi Tasya, pagi Dimas!"kataku dengan lesu.
Kebetulan sehabis ini, akan ada jam pelajaran olahraga. Kami pun langsung memakai baju olahraga. Tasya pun memulai percakapan.
"Alleta!kapan kamu ingin minta maaf kepada Genta!?"ucap Tasya dengan kesal.
"Ak..aku tidak tau Tasya. Mungkin sehabis jam pelajaran olahraga ini"kataku dengan penuh persiapan.
"Ok baiklah aku akan menunggumu!bye Alleta aku duluan!"ucap Tasya sembari pergi dari hadapanku.

Jam pelajaran olahraga dimulai. Tidak lama setelah itu cowok pun bermain basket dan bertanding bersama. Aku dan Tasya hanya menonton dipinggir lapangan. Pertandingan pun dimulai tanpa kuketahui sebuah bola basket melayang tepat diatas kepalaku. Dan tidak lama kemudian aku pingsan,terakhir kali aku melihat Genta yang datang mendekatiku.
Aku membuka mataku kulihat diseluruh ruangan berwarna putih, alat p3k. Aku ada diuks. Aku melihat Genta yang ada disampingku.
"Genta kenapa kamu disini?"kataku dengan suara lemas.
"Ah,aku disini karena aku yang telah mengenakan bola itu tepat dikepalamu. Aku minta maaf Alleta"ucap Genta penuh pengakuan.
"Kamu begitu mudah mengucapkan maaf kepadaku. Tetapi aku tidak, kamu malah tidak memaafkan ku"kataku dengan penuh emosi.
"Baiklah aku memaafkanmu Alleta, sekarang apakah kamu memaafkanku?"tanya Genta selagi menunggu jawaban dariku.
"Iya aku memaafkanmu Genta"ucapku dengan penuh lega.
"Apakah kepalamu masih sakit?"tanya Genta menunggu jawabanku.
"Tidak,ini sudah agak mendingan. Kamu bisa meninggalkan ku Genta"perintahku untuk menyuruhnya pergi.
Tetapi kemudian dia malah menatapku tepat dimataku. Rasanya aku tidak bisa bergerak. Rasanya bumi telah berhenti berotasi. Rasanya waktu terhenti. Kenapa dia menatapku dengan tatapan itu. Membuat badan ku kaku. Jangan sampai aku menyukai dirinya, aku tidak mengingikan itu.
Tidak lama setelah dia menatapku, dia beranjak dari tempat duduknya.
"Baiklah,jika terjadi apa-apa kepadamu, beritahu aku ya Alleta!"ucap Genta sembari pergi dari ruang uks.
Astaga kenapa dia seperhatiaan itu kepadaku, apakah itu sosok Genta yang asli. Sangat jauh dari tampangnya. Tetapi, aku sangat lega karena telah mintaa maaf kepadanya dan dia menerimanya.
Meskipun telah dimaafkan olehnya, tetapi diriku masih saja merasa canggung ketika berada didekatnya.

Haruskah diakhiri? [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang