Aku bangun pukul setengah 5 pagi. Aku langsung mengganti baju tidurku dengan baju kaos dan celana training. Kemudian memakai sneakers. Dengan crop hoodie yang berwarna navy. Rambutku kuuraikan dan aku memakai topi yang berwarna putih. Aku siap berolahraga di Puncak karena udaranya sangat sejuk dan segar. Aku menuruni anak tangga. Tanpa sengaja aku melihat pintu depan villa terbuka aku mengintip dari dalam jendela untuk memastikan bahwa siapa itu? Ternyata itu adalah Genta. Dia seperti bersiap-siap ingin jogging.
Akupun lewat didepan matanya tanpa melihatnya. Lalu dia berteriak.
"Alleta tunggu aku!"ucap Genta dengan berteriak.
Aku tidak menjawab perkataan Genta aku hanya diam. Mencermati keadaan,suasana,dan pemandangan disana. Sangat Indah menurut ku. Kami berdua pergi jogging keliling.
Hingga tiba-tiba kami berdua. Aku dan Genta tersesat di hutan. Aku tidak berhenti-hentinya meringis dan menyalahkan Genta.
"Genta,kenapa kita bisa disini??kata kamu,kamu tau jalan pulangnya tapi kenapa malah nyasar kesini?"rengekku kepada Genta.
"Alleta maafin aku,mungkin jalanan disini sudah sedikit berbeda. Aku terakhir kali kesini sekitar 5 tahun yang lalu"ucap Genta dengan suara yang kecil.
"HAH!!Genta kenapa kamu tidak bilang?harusnya aku tidak mempercayaimu"ungkapan ku dengan penyesalan yang amat mendalam.
Genta sibuk mencari jalan yang benar sedangkan aku mengikutinya dari belakang. Genta terlihat cukup letih mencari jalan keluar dari dalam hutan. Sekitaran 2 jam kami masih berada di hutan.
"Kita harus sampai sebelum malam Genta!!!!"rengekku kepada Genta.
"Baiklah aku akan berusaha!, aku yakin aku bisa nemuin jalan keluar dari hutan ini dan kembali ke villa kamu"jawab Genta dengan optimis.
1 jam berlalu, aku merasa tidak kuat lagi. Aku haus. Kaki terasa sakit. Tanpa Genta sadari aku jatuh dengan lemas. Genta pun mendengar suara dan melihatku yang sudah berbaring diatas tanah. Genta mendatangiku dan mengatakan.
"Alleta!Alleta kamu kenapa?aku minta maaf ya ini semua salah ku"ucap Genta.
Genta kelihatan panik melihat kondisiku yang seperti itu. Aku melihat dirinya sangat khawatir akan terjadi apa-apa kepada diriku. Dengan sekuat tenaga "Genta Marcelino" menggendongku. Walaupun tenaganya juga mungkin akan habis dia berusaha menggendongku. Jujur saja aku kasihan melihat Genta tapi mau diapain lagi. Setelah 15menit akhirnya Genta menemukan jalan keluar dari hutan tersebut. Dan aku tidak percaya aku dan Genta sudah sampai pas didepan villa papaku. Genta langsung membawa ku masuk kekamar dia meletakkan ku ketempat tidur. Lalu, dia pergi. Tidak lama kemudian dia datang dengan segelas air putih. Dia berkata.
"Alleta minumlah air ini!aku yakin kamu pasti haus!"ucap Genta yang terlihat sangat perhatian kepada Alleta.
"Makasih Genta, kamu gak minum?"tanyaku kepada Genta.
"Aku tidak memperdulikan diriku. Yang terpenting sekarang keadaan mu harus baik-baik saja"ucap Genta yang membuat aku merasa tersanjung kepadanya.
Mengapa Genta menjadi seperti ini? Aku tidak tahu. Kenapa dia seperhatian itu, sepeduli itu, sekhawatir itu entahlah. Mulutku terasa kaku untuk mengatakan suatu kata saja kepada Genta.
"Ohiya!aku tidak melihat Tasya dan Dimas?dimana mereka?"tanya Genta kebingungan.
Aku merasa diriku sudah agak mendingan aku beranjak dari tempat tidur. Genta berkata
"Mengapa kamu berdiri?sekarang kamu harus istirahat?kamu mau apa akan kuambilkan?"tanya Genta yang bersedia melakukan apa saja demi aku.
"Tidak perlu seperhatian itu kepadaku Genta!!"ucapku dengan lantang kepada Genta.
Sontak Genta terdiam sejenak. Kurasa dia sakit hati atas perkataan ku. Biar saja dia sakit hati aku tidak memperdulikan nya. Perkiraan awalku Tasya dan Dimas sedang berada didalam kamar Dimas dan Genta. Ternyata salah aku tidak menemukan mereka disana. Aku mencarinya disekiling rumah. Hingga akhirnya aku menemukan mereka berdua dihalaman belakang sedang menikmati pemandangan. Tasya pun melihatku.
"Alleta sayang?!darimana saja kmau?"tanya Tasya dengan nada penasaran.
"Hmm,aku habis jogging bersama Genta"kataku menjawab pertanyaan Tasya.
Tidak lama kemudian Genta datang...
"Genta aku mohon jangan ceritakan sama mereka berdua kalau kita tersesat dihutan,kumohon?"ucapku dengan nada memelas kepada Genta.
"Baiklah Alleta,apa yang ngak untuk kamu?!"kata Genta dengan santai.
Kurasa Genta memang telah berubah dia begitu aneh. Begitu mengharapkan ku sekarang apa yang terjadi?. Aku bingung. Intinya hingga sekarang aku tidak BAPER dengan perlakuan dan perkataan yang dilakukan oleh Genta. Aku hanya menganggap nya biasa saja.
Kami berempat pun berkumpul bersama. Membicarakan tugas kelompok kami. Aku membacakan yang akan diketik, Genta yang mengetik. Lalu, Tasya dan Dimas mencari foto-foto pemandangan dari belakang villaku itu. Kami mengerjakannya kurang lebih 1jam. Akhirnya tugas itu selesai. Karena sudah jam 3sore. Kami memutuskan untuk pulang kejakarta. Karena besok kami berempat akan bersekolah. Didalam mobil masih sama dengan yang kemarin. Aku duduk samping Genta.
"Alleta senang bisa dekat denganmu"ucap Genta secara tiba-tiba.
"Benarkah?oh"jawabku dengan jutek kepada Genta.
Seperti nya aku melukai hatinya lagi. Aduh kenapa aku selalu melukai hatinya. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Alleta dan Genta?.Pak tarjo mengantarkan yang paling awal adalah Dimas. Karena rumahnya dekat dengan pintu gerbang kompleks. Lalu, kemudian Tasya. Dan yang terakhir adalah Genta. Tepat sampai didepan rumah milik Genta. Dia masih terlihat kecewa. apakah aku benar-benar melukai hati Genta. Genta tidak pamitan kepadaku hanya kepada pak tarjo. Genta pun masuk kedalam rumahnya.
Aku sampai dirumah dan hal yang paling awal aku cek adalah hapeku. Aku melihat 1 pesan baru dan membukanya.
Noname: Hai!,kamu tidak usah berpikir bahwa aku marah kepadamu soal perkataan mu tadi.
Alleta: Siapa ini? Genta?
Noname: iya aku Genta.kenapa?
(Noname) itu adalah Genta.
Alleta: Darimana kamu mendapatkan nomor hapeku?
Genta: Dari sahabatmu,Tasya.
Alleta: Oh dari Tasya yasudah!.
Genta: Kenapa kamu jutek sekali kepadaku?
Alleta: Aku tidak tau,kamu tidak perlu tau!!!
Genta: Baiklah,selamat malam Alleta.
Aku tidak menjawab pesan dari Genta setelah itu. Jika saja dia menembak ku atau ingin menjadi pacarku. Percaya saja aku akan menolaknya. Aku sama sekali tidak tertarik dengannya dia pikir aku tertarik, kalau dia memikirkan itu berarti dia telah salah. Aku tidak akan pernah menerimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haruskah diakhiri? [✔]
Novela JuvenilCompleted ✔ Hanya kisah seorang gadis bernama Alleta yang jatuh cinta pada lelaki bernama Genta. Lelaki yang sangat dingin, cuek dan bersifat tertutup. Tapi mampu membuat seorang alleta luluh padanya. Akankah mereka memiliki akhir yang bahagia? Ata...