Bab 15 -Masih sama.

881 60 2
                                    

Aku bangun pagi. Rasanya aku sama sekali tidak ingin sekolah. Aku sangat kesal jika mengingat kejadian semalam yang aku lihat di mall. Waktu menunjukkan pukul 7 pagi. Sedangkan aku belum bersiap-siap mandi saja aku belum.

Aku pun telah siap dan meminta pak tarjo untuk mengantarkan aku kesekolah. Aku melirik ke jam tanganku dan waktu telah menunjukkan pukul 7 lewat 25 menit. Aku telah terlambat 10 menit. Bagaimana kah ini?.

Sampai didepan gerbang. Gerbang nya tampak tertutup. Aku mulai panik. Aku menunggu didepan gerbang. Dan tidak lama kemudian. Aku melihat Dave. Ternyata Dave juga terlambat sama denganku. Dave menyapaku...
"HaiLeta!bagaimana ini?"tanya Dave pada ku.
"Aku juga bingung"jawabku kepada Dave.

Kami berdua pun berusaha membuka gerbang. Tapi tidak bisa kami berteriak didepan gerbang. Dan tiba-tiba seorang satpam membukakan gerbang. Kami sangat berterima Kasih kepada satpam itu. Aku dan Dave berpisah di koridor sekolah. Karena aku harus berjalan ke sebelah kiri dan Dave harus berjalan ke sebelah kanan. Aku dan Dave tidak sekelas.

Aku pun berjalan kekelas. Tampak aku melihat bu serly yang mengajar didalam kelas. Aku sangat beruntung mungkin saja bu serly akan memberikan hukuman yang tidak terlalu parah kepadaku. Karena bu serly sangat baik.

Aku mengetuk pintu kelas. Dan aku masuk kekelas. Tampak semua pandangan menatap ku. Karena baru kali ini seorang Alleta yang rajin telat datang ke sekolah. Dan aku melihat Genta. Genta sedang menatapku dengan tatapannya. Bu serly pun memberikan aku hukuman untuk berlari keliling lapangan. Ketika hendak aku ingin menjalankan hukuman dari bu serly. Genta bersuara...
"Tunggu!"teriak Genta yang membuat keadaan hening.
"Kenapa Genta?"tanya bu serly kepada Genta.
"Bu saya juga ingin dihukum seperti Alleta"ucap Genta kepada bu serly.
"Tapi kenapa?"tanya bu serly kepada Genta.
Tanpa menjawab pertanyaan bu serly. Genta beranjak dari tempat duduknya dan datang menghampiriku yang sedang berdiri melihat kejadian barusan didepan kelas.

Sepanjang perjalanan aku tidak berbicara sama sekali kepada Genta. Genta berkali - kali mengajak ku berbicara. Genta juga berkali - kali minta maaf kepadaku. Tetapi aku mengabaikan nya.

Ditengah perjalanan. Aku melihat Dave. Yang sedang menuju lapangan. Kurasa dia juga dihukum sama seperti aku. Aku berteriak memanggil Dave. Dan meninggalkan Genta.

Lalu aku berlari mengelilingi lapangan bersama Dave. Sedangkan Genta menyusulku dibelakang. Akhirnya aku dan Dave berhenti untuk beristirahat.
"Let,tuh anak ngapain lari juga?"tanya Dave kepadaku.
"Mana aku tau dia yang mau"jawabku kepada Dave.
"Kamu juga dari tadi gak menegur dia?"tanya Dave kepadaku.
"Aahh sudahlah!jawabku kepada Dave.

Kami berlari dan akhirnya berpisah didepan koridor sekolah.
Tidak lama kemudian Genta datang mendekat. Genta menyapaku aku mencueki Genta. Genta minta maaf aku juga mencueki nya.
Hingga akhirnya Genta berkata.
"Kamu tau?aku akan pergi lagi"kata Genta secara tiba-tiba.
Yang membuat langkahku dan langkah Genta terhenti. Aku kaget banyak pertanyaan yang tersimpan dihatiku. Bahwa Genta akan pergi kemana lagi?.
"Kemana?"jawabku kepada Genta.
"France,kurang lebih seminggu"jawab Genta.
"Ngapain?"tanyaku kepada Genta.
"Menemani keluarga ku berobat"ucap Genta kepadaku.

Aku terdiam sejenak. Ngapain lagi dia menemani keluarganya berobat. Apakah tidak ada keluaraga nya yang lain selain Genta. Dan tiba-tiba pemikiran ku yang sudah ku lupa muncul lagi. Bahwa apakah Genta menemani keluarga nya berobat. Ataukah dirinya yang berobat.

Ketika sampai dikelas. Bel tanda isitirahat berbunyi. Aku menarik tangan Genta. Aku membawa Genta ketaman belakang. Tempat dia membawaku pada hari itu.
Genta bertanya mengapa aku membawa dirinya ketaman ini?.
Dan aku hanya mengabaikan perkataan Genta.

Hingga akhirnya kami duduk di kursi Taman.
"Gen,aku akan bertanya. Aku mohon jawab dengan jujur"ucapku kepada Genta.
"Tergantung"jawab Genta secara singkat.
"Tergantung?Maksudmu"tanya ku kepada genta. 
"Kalau itu memang terlalu rahasia. Aku tidak akan menjawabnya secara jujur. Jika tidak aku akan menjawabnya secara jujur"kata Genta  kepadaku.

Aku termenung sejenak. Dan langsung aku bertanya.
"Gen,sebenarnya yang berobat itu keluarga kamu,atau kamu?"tanyaku kepada Genta.
Ketika Genta ingin menjawabnya...
Hapeku bergetar dan bersuara. Ada sebuah sms. Genta pun berdiam sejenak. Sms itu dari Dimas.

Dimas: Alleta datanglah ke UKS, Tasya pingsan.

Lantas aku panik mendengar keadaan Tasya. Yang telah pingsan dan sekarang berada diruang UKS. Aku lansung pamit kepada Genta dan berlari menuju UKS.

Sampai di UKS aku melihat Tasya. Yang terbaring lemah di ranjang tempat tidur. Dan aku bertanya.
"Apa yang terjadi?"tanyaku kepada Tasya.
"Kepalaku rasanya sakit sekali"jawab Tasya kepadaku.
"Itu sebabnya kamu pingsan"tanyaku kepada Tasya.
"Maybe"ucapnya pelan kepadaku.

Aku menemani Tasya di ruang UKS. Lalu aku menerima pesan singkat dari Genta.

Genta: Ku tidak bisa memberi tahumu.

Umm alisku langsung berkerut. Coba saja Tasya tidak pingsan. Pasti tadi Genta akan mengatakan hal yang sebenarnya kepadaku. Mungkin saja dia telah berubah pikiran. Dan lebih memilih tidak menjawab nya. Padahal tadi dia sudah ingin menjawabnya.

Dan kurasa yang berobat itu adalah Genta bukan keluarga nya. Lagian juga ngapain Genta nemenin keluarganya berobat.

Dan pertanyaan ku sekarang apakah aku sudah memaafkan Genta. Kurasa aku sudah memaafkan nya.
Entahlah aku tidak tau. Dan perasaan ku kepada Genta lagi-lagi masih sebatas kagum padanya. Aku belum menyukainya.

Hai salam dari autor😘
Bagaimana ceritanya makin seru ya?
Kalau nda juga gak apa kok.
Ohiya btw jangan lupa
Vote dan komen yaaa
Nantiin aja kelanjutan ceritanya
Okokkbyeee💖😄

Haruskah diakhiri? [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang