Lemas sekali, jam sudah menunjukan pukul 06.00, ahh.. rasanya ingin meliburkan diri.
Pusing, mungkin efek mandi malam dan goresan di tanganku.
Mungkin lebih baik aku meliburkan diri saja.
Aku diam sebentar menatap kaca jendela balkon, sinar perlahan-lahan mulai masuk kedalam.
Masuk sajalah.
Aku bangkit walau agak linglung, mandi 5 menit, lalu memakai seragam tak lupa gardigan dan baju kerja yang aku masukan kedalam tas.
Walau berpakaian berantakan aku tetap bersekolah, bagaimana tidak bajuku lupa distrika dan rambutku kusut dikuncir asal.
Aku berjalan kebawah, tanpa pamit aku langsung keluar rumah, saat di ruang keluarga aku tak sengaja melihat Yura tengah merapihkan majalah, dan Jimin meminum susunya, bodoamatlah, yang penting aku mau cepat sampai kesekolah.
duh..
Perutku mulai demo, aku berjalan pelan menatap sekitar melihat toko, namun sepertinya semua toko disini masih tutup.Otthoke, Aku lapar sekali.
Dengan rasa lapar aku duduk dihalte bus sambil memegangi perutku yang terus berontak.
Tiba-tiba dihadapanku ada tangan seseorang yang memberiku roti dan susu kotak, tangan siapa ini?
Aku mendongakan kepalaku, astaga..
Orang yang waktu itu,
"Bagaimana kuenya?" Ucapnya duduk di dekatku, lalu menaruh susu kotak dan roti ditanganku.
"Ah.. gomawo.." aku menerima roti dan susu lalu menyimpannya dalam tas.
"Hmm.. sepertinya kau sedang sakit, makan saja sekarang." Ucapnya menunjuk tasku.
Aku hanya diam dan menggeleng, dia pun berdiri lalu berjongkok didepanku.
"A..apa yang kau lakukan huh?" Baru saja aku ingin berdiri, tapi tangannya menahanku.
"Luka ini kena gores pisau/cutter/silet atau apa?" Ia menunjuk tangan kiriku, kenapa bisa ia tahu? Padahal gardigan yang kukenakan panjang.
"Sepertinya kau harus mengobati rasa sakitmu," Namjoon kembali berdiri dan duduk ketempatnya tadi.
"Bagaimana?"
"Psikotrapi, untukmu bayar Rainbow Cakenya saja dulu ya." Ia menepuk pundakku lalu pergi, aishh.. miris sekali hidupku dikatakan seperti itu.
***
Aku melangkahkan kakiku di koridor lantai 2, niatnya aku ingin menemui Yoongi, tapi yang kudapat hanya ada jin Seonsaengnim yang tengah berdiri di dekat loker klub dance.
"Seonsaeng.." aku menunduk hormat padanya, ia tersenyum lalu pergi dari ruang klub.
Aku menatapnya bingung, tiba-tiba seseorang mengagetkanku, ahh.. Yoongi dari mana saja dia,
Ia menariku masuk dan berjalan mendekati piano hitam besar.
"Piano baru, Jin seonsaengnim yang memberikannya." Ucapnya bahagia.
"Owhh.. jadi ini, euh.. Oppa latihan?" Aku mendekati Yoongi yang duduk di kursi piano.
"Tutup pintunya." Ia menujukku lalu menujuk pintu yang masih terbuka.
Dengan malas aku menutupnya dan mendekat kembali padanya.
(Instrument : Sparkle - Kimi No Na Wa Ost).
"Dengarkan.." ia mulai memainkan pianonya, menekan terus tuts piano hingga membentuk alunan musik istimewa, aku menyukainya.
Aku baru tahu Yoongi sangatlah pintar.
Dengan wajah serius ia memainkan pianonya, sementara aku hanya diam menatapnya dan mendengarkan alunan musiknya.
Lagu ini seperti sedang memasuki klimask cerita, wahh.. bagus sekali, kedengarannya lagu itu memiliki emosi kuat, dan instrumen ini cocok untuk orang berdansa.
'Melodi itu nyaman sekali seperti permen kapas.'
"Mau ku ajari?" Yoongi menatapku namun sambil memainkan pianonya.
Aku mengangguk menatapnya yang kembali fokus pada piano.
"Datanglah hari Sabtu disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
LIE
FanfictionTolong temukan aku yang tidak bersalah, Tolong kembalikan senyumku yang terjebak dalam kebohongan, Bebaskan aku dari neraka ini , Aku tidak bisa lepas dari penderitaan ini, Tolong selamatkan aku. Aku ingin, Aku hilang dan tersesat, jauh dari mereka...