Bab 34: Pulang.

2.3K 344 14
                                    

Selepas dirawat aku pun diantar Jin kembali pulang ke Myeondong naik kereta.

Tiket dan biaya makanku selama di Seoul pun ditanggung olehnya, kulihat ia tengah memikirkan sesuatu.

"Gwenchana?" Ucapku menatapnya, ia mengangguk dan tersenyum kecil padaku.

Ada apa dengannya? Apa ia memikirkan gaji-nya yang habis karenaku? Atau..

"Sangmi tolong.. sekali lagi seonsaengnim ingatkan lupakan saja Yoongi." Ucapnya memelas.

"Apa sih yang dipikirkan seonsaengnim? Sepertinya kau tak suka kalau aku ingin bertemu dengannya, sudah kubilang berkali-kali kalau aku ingin mengatakan sesuatu padanya, hanya itu saja." Kesalku.

"Bu..bukan seperti itu maksudku, tapi mungkin saja kalau Yoongi ingin menjauh darimu karna suatu hal."

Aku yang tadi kesal menjadi down akan perkataannya.

"Atau tidak ia sedang menenangkan diri dulu di tempat lain." Lanjutnya.

Mungkin saja.

Aku harus menemui Taehyung nanti.

***

Aku melambaikan tangan dan mengucapkan terima kasih pada Jin yang telah mengantarkanku pulang, walau hanya sampai di pintu keluar stasiun.

"Gomawo seonsaengnim.."

"Faighting!!" Ucapnya menyemangatiku.

"Faighting!" Balasku tertawa dan menunjukkan semangat.

Setelah ia kembali masuk kedalam stasiun, langkahku pun siap untuk menemui Taehyung.

Rumahnya tak jauh dari rumahku yang dulu, hanya berbeda gang saja.

Dari kemarin hingga sekarang aku masih mengenakan seragam, namun ini jauh lebih baik sudah wangi dan bersih dari pada sebelumnya yang masih basah dan bau, ah.. Aku harus balas budi kepada Jin seonsaengnim.

Aku berhenti menatap trotoar yang ku pijak, ini bukan jalan menuju rumah Taehyung, ini jalan menuju rumahku.

Kuangkat kepalaku menatap rumah yang ada disamping kiriku.

Masih sama tidak ada yang berubah.

tinningting....
tingting....
rmmm...

Kudengar suara tuts piano didalam sana, sejak kapan mereka membeli piano?

Pintu rumah terbuka, aku segera mengumpat di balik tembok dekat pagar.

Keluarlah seorang yang kukenal, Jimin.

Ia mengacak-acak rambutnya kesal lalu berjalan menuju bagasi mengambil motornya.

Dia mau kemana?

Aku pun berlari menjauh dari sana, saat mendengar suara knalpot Jimin aku langsung berjalan normal.

Suara knalpot motornya semakin kencang hingga telingaku kesakitan.

Ia melewatiku begitu cepat, hingga angin yang dibawanya membuat rambut dan seragamku terangkat.

Dia terlihat kesal sekali. Disaat seperti itu biasanya aku akan mengajaknya ke kedai ice dekat rumah Taehyung, dia suka ice dan ice bisa menenangkannya.

Aku membenarkan rambutku lalu kembali berjalan menuju rumah Taehyung.

***

TingNung..

TingNung..

Kuharap Taehyung ada didalam.

Ah.. syukurlah orang yang kuharapkan ada disana, sepertinya ia baru bangun tidur hanya pakai boxer ungu dan kaos oblong.

Ia berjalan menuju pagar sambil menguap dan menggaruk rambutnya.

"Taehyung.." Ucapku menggoyangkan pagar rumahnya.

"hmmm... nugu?" Ucapnya ngelantur dan matanya masih merem-melek.

"Sangmi." Aku menahan tawaku melihat tingkahnya.

"hmm.. Changmin? kau salah rumah, ini bukan rumah Changmin tapi ini rumah Taehyung, setahuku disini tidak ada yang namanya Changmin, adanya Charming dan itu aku sendiri." Taehyung mengucek-ngucek kedua matanya lalu kedua jari telunjuknya ia tempelkan pada pipinya sendiri.

"SANGMI, S-A-N-G-M-I." Teriakku ditelinganya dengan mengeja namaku.

Ia pun terkejut, matanya langsung membesar sempurna, nyawanya sudah kembali.

"Sangmi? Sangmi?? Yakkk!!! Kemana.. aishh.." Ia berusaha memelukku namun terhalang pagar rumah, akhirnya ia membuka pagar dan berlari memelukku.

"Sanngggmmmiii.... kemana saja kau ini, yaakkk.. Namjoon mencarimu tahu, aishhh.." Ia menjitak kepalaku lalu memelukku kembali.

Aku hanya bisa tersenyum dan tertawa.

"Sangmiii...." Ucapnya berulang-ulang.

"Taehyung, lepaskan aku kau belum mandi." Aku berusaha melepas pelukkannya namun ia menarik tubuhku lebih rapat.

"Shirreo, kau milikku."

LIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang