Bab 20: Aku.

2.5K 377 19
                                    

Saat makan malam aku duduk dihadapan Yura, masih dengan senyumku.

Jimin menatapku lalu tersenyum kikuk.

Saat ingin menyendok nasi, aku segera berdiri dan menyendokki satu-persatu mangkok mereka.

Mereka hanya menatapku aneh.

"Anak baik." Aku tersenyum saat Halmonie mengatakan seperti itu.

Saat makan, hanya ada suara sendok dan sumpit yang saling beradu dengan mangkok.

Aku menyumpit daging lalu ditaruh dimangkok Yura, ia menatapku lalu tersenyum.

Appa dan Eomma hanya fokus pada makanannya.

Aku pun menyumpit kacang polong di mangkok Appa, ia menatapku datar, aku tersenyum menatapnya saat ia memakannya, walau ada rasa sakit seperti dipaksakan saat dimakan.

"Eomma mau?" Saat aku menyumpit kacang polong untuknya, ia menolak aku pun mengangguk dan kembali makan-makananku.

***

Kami pun berpamitan pada Halmonie, dan kembali lagibkerumah tercinta.

Dimobil sangat hening, aku duduk di paling belakang, sendirian.

Aku mencolek Jimin, ia pun menoleh padaku.

"Jimin Oppa, Saranghae." Ucapku dan menyenderkan punggungku pada kursi lalu tidur.

Aku tak tau ekspresinya seperti apa, tapi aku sudah lama ingin mengatakannya.

"Aku menyayangi kalian semua." Ucapku sembari menutup mataku.

Tidak ada yang membalas, aku tersenyum dalam tidur.

-----

Mobil berhenti sebentar di Rest Area, Appa dan Jimin tertidur dimobil, Yura sedang ketoilet, sementara Aku dan Eomma sedang berbelanja membeli cemilan.

"Eomma kau suka ini bukan?" Aku menunjukan coklat padanya, ia pun menatapku lalu mengangguk tanpa senyum.

'Aku anaknya, tapi diperlakukan layaknya orang asing.'

Aku pun mengikutinya dari belakang membawa keranjang merah yang sudah terisi penuh.

"Eomma, boleh kubilang sesuatu." Aku berhenti menatapnya, ia pun menoleh dan mengangguk padaku.

Kutarik nafas dan menatapnya teduh,

"Sangmi sayang Eomma, apa Eomma sayang Sangmi?"

"Aku menyayangimu." Ia pun mendatangiku lalu memelukku, ingin rasanya aku menangis dipelukkannya, tapi ntahlah rasanya Ia mengucapkannya seperti bukan dari hatinya.

"Jjinjja?" Aku menatapnya, ia mengangguk.

"Appa?" Tanyaku lagi, ia pun masih sama tersenyum dan mengangguk.

"Tapi kenapa kalian selalu membuatku sedih?"

"Eh?.." Ia melepas pelukanku dan sedikit mundur.

"Jika kalian sayang padaku, kenapa kalian tidak mau berfoto denganku saat hari kelulusan waktu itu? Jika kalian menyayangiku kenapa kalian selalu memarahiku? Jika benar Appa menyayangiku, kenapa ia berani menampar anaknya sendiri? Jika benar aku ini anakmu, kenapa kalian tidak memperlakukanku sebagai anak kalian? Kenapa?" Ucapku panjang lebar.

"Sangmi Mianhae.. hks.. Mianhae.. Mianhae.." ia kembali memelukku sangat erat, aku pun ikut menangis dipelukkannya.

"Aku sayang kalian, aku perlu kasih sayang juga." Ucapku sesegukkan.

"Siapa aku sebenarnya dimata kalian?"

"Eomma sayang padamu, benar-benar sayang, hks.."

"Lalu kenapa?"

"Eomma dan Appa sangat sibuk dan terlalu fokus pada pekerjaan, dan Jimin juga selalu sendirian tidak ada teman disampingnya, maka itu kamu ada untuknya."

"Ma.. maksud Eomma?"

"Mianhae Sangmi, Eomma baru menceritakan ini padamu, Jimin selalu sendirian ia perlu seseorang, dan itulah kamu, kami mangambilmu di panti asuhan, Jimin menyayangimu selayaknya adik sendiri, jadi maaf kalau kami tidak memperhatikanmu sebagai anak, karna Jimin yang menginginkan seorang adik untuk menemaninya." Ucapnya.

Jantungku seperti berhenti berdetak, saat Ia mengatakan seperti itu, jadi aku ini bukan anak mereka.

Pantas saja.

"Bagaimana dengan Yura?"

"Yura juga sama dengamu, tapi ia titipan dari sahabat Appa, agar menjaga Yura, jadi maaf jika Appa selalu memihak Yura."

Aku pun mengangguk, dan berusaha tersenyum.

"Gwenchana, aku menyayangi kalian, karena kalian sudah mengambilku dan menganggapku seperti keluarga, jadi Gomawo." Aku membungkukkan badanku.

"Ayo, mereka sudah menunggu."

Ini adalah pertama kalinya tanganku digenggam erat olehnya, berbicara panjang padanya, dan yang lebih penting aku sekarang tahu, kenapa mereka memperlakukanku seperti ini.

Walau ini sangat sakit, tapi aku senang mengetahui ini.

LIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang