Bab 17: Kesedihan.

2.6K 396 10
                                    

"Lihat-lihat siapa yang datang dengan Eonni cantik.."

Suara anak kecil mengintip kami dari balik jendela, astaga malunya aku.

Kulihat anak-anak kecil lainnya mulai berebut untuk melihat kami berdua, Yoongi terkekeh geli melihatnya.

"Mereka adik-adikku." Ditengah tawanya sambil melihatku.

Aku ikut tersenyum lalu tertawa,

"Mereka lucu.." Ucapku menatap mereka dari luar.

Brakkkk...

Pintu kayu terbuka lebar, salah satu anak perempuan menatap kami dengan tatapan, er...

"Suga Oppa,.. bersama Yeojachingunya.. Ahh.." teriaknya menunjukku.

Suga Oppa? Yoongi menarik tanganku memasuki rumahnya,

Saat dihadapan gadis kecil itu, ia menggendongnya lalu menarik kembali tanganku masuk kedalam.

"Suga Oppa sudah pulang, yeay..." teriak yang lain menghampiri kami.

Lihatlah mereka, masih tampak kecil-kecil dan tingginya pun rata-rata sepinggangku.

"Ini Yeojachingunya Oppa.." tunjuk gadis kecil dalam gendongan Yoongi.

"Benarkah??"

"Eonni cantik.."

"Mau digendong.."

"Cantik sekali.."

Mereka merumbungku, Yoongi menurunkan anak gadis dalam gendongannya itu lalu melindungiku.

"Hei.. hei.. kalian, ini teman Oppa ok."

Ucapnya membuat semuanya sedih, begitu lucu wajah mereka.

"Kenapa tidak pacaran saja sih huh.." Ucap salah satu gadis berambut coklat pendek.

"Irene.." halus Yoongi menatap Irene.

"Aaa..~" Irene memanyunkan bibir kecilnya.

"Kalau gitu bagus, biarkan aku jadi Namjachingumu.."

Aku tertawa menatap anak laki-laki polos ini, dia baru saja menembakku ahahaaa.. astaga lucunya.

"Yakk.. Kim Mingyu.."

Sepertinya Yoongi sudah mulai kesal..

"Baliklah ke asrama kalian, nanti kalian dimarahi Nayeon.." Yoongi menunjuk salah satu koridor, mungkin itu arah asrama mereka.

"Boleh nanti kami main bersama Eonni??" Manja salah satu anak laki-laki padaku.

"Shir.."

"Ya, pastinya."

Aku memotong ucapan Yoongi, dia menatapku bingung, aku hanya menggidikkan bahu.

Mereka pun kembali keasrama mereka.

"Jayeong jangan dorong-dorongan.." Yoongi menatap mereka memastikan tidak ada yang saling dorong-dorongan.

"Mianhae atas perilaku mereka." Ia menatapku.

"Tidak perlu meminta maaf, aku juga disini untuk bermain." Ucapku mengelus bahu Yoongi.

Yoongi menatapku seperti orang gugup, ada apa dengannya.

"Ba..baiklah, ayo aku akan tujukkan sesuatu."

***

"Min Suri, dia adikku."

Yoongi mengajakku kesalah satu kamar rawat, disana ia menujukkan kamar kecil yang didalamnya penuh alat-alat dan kabel-kabel kedokteran yang dipasangkan pada tubuh gadis kecil.

"Sudah 1 tahun 5 bulan ia belum sadar, terakhir sadar.. huf.." Yoongi menunduk memegangi tangan adiknya.

"Aku tidak ada disampingnya." Yoongi menatapku dengan mata yang berkaca-kaca.

"Sebaiknya kita keluar, jangan ganggu dia dulu Oppa." Aku memegang tangan kirinya lalu membawa keluar dari ruang rawat.

Dia menangis, layaknya seperti orang yang sedang kehilangan arah.

"Aku takut kehilangannya.." tangisnya pun pecah, Ia memelukku hampir saja aku jatuh, jika aku tidak menyeimbangkan badannya.

"Aku selalu sedih melihatnya, aku selalu menangis didalam hatiku sendiri, aku memikirkan Suri, aku khawatir padanya, aku takut kehilangan untuk yang ke-3 kalinya." Tangisnya dipundakku.

Dia sama sepertiku, kami sama-sama takut kehilangan orang-orang yang disayangi.

"Sama, aku juga sama sepertimu, aku takut kehilangan." Aku ikut menangis.

Kami sama-sama menangis di koridor sepi ini, hanya ada aku dan Yoongi.

LIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang