Bab 38 : In Memori.

2.3K 333 9
                                    

Untuk sementara aku menginap dirumah Nara, tadinya aku menolak tapi karna dia kesepian akhirnya aku pun menyetujuinya.

Rasanya aku beruntung sekali, disaat yang lain dibuang oleh keluarganya mereka terlihat kesusahan mencari tempat untuk tinggal, bahkan makan pun susah.

Aku? Ah.. sungguh beruntung, ada Namjoon yang bersedia menyediakan tempat bahkan makan, Jin Seonsaengnim, bahkan Nara.

Terima kasih tuhan.

Nara menyalakan DVD playernya.

Aku menatap aktivitasnya dari sofa kamar, didepanku sudah ada minuman dan makanan ringan yang sudah siap untuk disantap.

"Ini film dokumenter, lihatlah." Ia menekan tombol play.

Lampu pun ia matikan, untuk menambah suasana serunya saat menonton film.

Film ini kualitasnya masih hitam putih, film dimulai ketika mereka sedang makan bersama.

"Yang merekam adalah Appa." Aku menoleh ke Nara yang fokus ke film.

Aku pun kembali menatap layar tv, heii.. ada Taehyung ah.. lucunya.

"Ahahahahhaaaa..." Aku tertawa ketika arah kamera terfokus pada Taehyung yang tengah menggaruk bokongnya yang gatal.

"Ewh..." Sikecil Taehyung mencium tangan yang sehabis menggaruk bokongnya.

Saat Ia tahu dirinya direkam, tanpa malu-malu ia makin mengendus tangannya dalam-dalam lalu ia menunjukkan kedua ibu jarinya kekamera.

Sungguh itu menjijikan sekali, apa aku akan menceritakannya pada Taehyung? Pasti dia akan malu pada dirinya sendiri.

Setelah itu ada video Nara yang tengah melukis, lukisannya sungguh bagus untuk dikritik.

Hanya warna hijau dan coklat saja yang ia pakai.

Mungkin hanya orang seni yang tahu arti lukisannya.

"Itu lukisan pertamaku, kau pasti bingung itu gambar apa, ya kan?"

Aku mengangguk menatap Nara, Ia tertawa lalu kembali fokus ke film.

"Itu rumput hehehe.."

Apa? Rumput? Ah.. maklumi sajalah anak kecil usia sekitar 8 tahun mana bisa langsung jago melukis.

Film kemudian menunjukkan aktivitas para Yeoja yang sedang merajut sembari mengobrol.

Ketika dipanggil oleh Appanya Nara, semua Yeoja itu menatap kekamera malu-malu sambil melambaikan tangannya.

"Itu Eommaku yang pakai drees putih, sebelah kanannya bibiku, dan sebelah kirinya tanteku, nah itu yang baru datang membawa minum dia siapa ya? Oh ya, eung.. pembantu kami hehehe.."

Aku mengangguk, di film ini mereka terlihat masih muda, kemudian kamera kembali fokus pada Taehyung yang mengganggu Nara melukis.

Nara mendorong Taehyung, hingga Taehyung terjatuh lalu berdiri mengangkat kedua tangannya.

"I'm Okay." Ucapnya lalu berlari-lari sendiri di taman.

Benar-benar Hyper.

Film menunjukkan aktivitas dihari selanjutnya, dimana hanya ada Taehyung yang sedang menggambar.

"Aku sedang sekolah, Eomma kerja dan kebetulan Appa sedang ambil Cuti."

Aish.. Taehyung apa yang kau gambar?

"Ular.. shhssss.." Tunjuknya pada kamera sambil menunjukkan gaya ular dengan tangannya.

Kudengar suara berat yang tertawa, itu pasti Appanya, lalu tangan Appa mengelus puncak kepala Taehyung.

Ia pun tersenyum lebar lalu kembali menggambar.

Tiba-tiba filmnya macet, hanya ada kotak-kotak kecil yang ada dilayar Tv.

"Film lama pasti seperti ini, selalu macet." Nara berjalan ke arah DVD Player.

Brag..

Ia memukul DVD itu, sepertinya Kasetnya yang rusak bukan DVDnya.

"Ah sudahlah ya, kita nonton yang lain saja." Saat ingin mengganti film, aku mencegatnya.

Mungkin lebih baik mendengar cerita saja darinya.

"Tunggu, lebih baik kau bercerita tentang kelanjutan Film tadi, bagaimana?"

Ia pun mengangguk, "Ok." Lalu mematikan DVD Player dan Tv.

Aku menggeser tempat dudukku, Ia pun duduk disampingku.

Nara mulai menceritakan kelanjutan filmnya, dari:

- Taehyung yang mulai bisa membaca dan menulis.
-Nara ranking 10.
-Eommanya wisuda S2 kedokteran.
-Appanya naik pangkat dikantor.
-Sifat Taehyung yang seperti alien, bahkan sampai dibawa ke psikiater oleh Eomma.

Itulah yang kudengar dari Nara, tidak ada tangis dalam ceritanya, semuanya bahagia.

Namun bahagia itu kandas ketika si kecil Taehyung  hilang dan Appanya kecelakaan saat pulang dari kerja.

Eommanya depresi, bibinya pun mengurus Nara dari jauh, tantenya sibuk akan urusannya sendiri, namun terkadang ia menjenguk Nara.

Inilah cerita Nara, kehidupan itu tidak bisa ditebak.

LIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang