Bab 16 : Yoongi-yaa

2.9K 406 18
                                    

Pagi ini aku bangun dengan malas, duduk sebentar diujung kasur untuk menetralkan pandanganku yang agak buyar.

Setelah kembali normal aku segera pergi kekamar mandi, menggosok gigi, cuci muka, mandi.

Ahh.. rasanya segar sekali.

Ku pilih bajubyang ada dilemari, eum.. kaos polos putih panjang dan celana jins hitam.

Setelah kupakai, aku ambil sepatu vans ku di rak sepatu.

Selesai, tinggal kutata rambutku dan sedikit bedak atau lipgloss.

Kulihat jam sudah menunjukan pukul 07.30, aku ambil tas kecil selempang dan kupakai jam tangan karetku.

"Huhh... ayo buat harimu berbeda." Semangatku didepan cermin.

Aku pun segera pergi dari rumah, tak lupa aku kunci pintu dan menyimpannya di tasku.

Sekitar 5 menit menunggu bus dan 7 menit perjalanan, syukurlah hari ini macet.

Jam sudah pukul 08.01, ah.. sayang sekali aku telat 1 menit, Yoongi maafkan aku ya..

Setelah turun dari bus, aku segera berjalan cepat menuju sekolah.

Ketika sampai gerbang, kupelankan jalanku, dilapangan terlihat para Namja dari klub futsal, disana juga ada Taehyung.

Aku melihat permainannya, lumayan bagus. Taehyung melihatku lalu meminta waktu sebentar pada teman-temannya, Ia tersenyum dan menghampiriku.

"Mau kemana?" Taehyung

"Eumm.. kelas." Tunjukku keruang kelas dilantai 2.

"Kelas?"

Aku mengangguk, Taehyung pun tersenyum padaku,

"Kau ikut klub ya?"

Aku mengangguk dan menatap Taehyung dalam,

"Kau tak marah padaku?"

"Hmm.. marah? Untuk apa, aku tahu dirimu Sangmi, ohya hari Senin aku akan bertanding, kuharap kau datang, eu.. tiketnya elektronik saja ya lewat e-mail, kuharap kau datang." Taehyung menepuk pundakku.

"Hmm.." Aku mengangguk menyetujuinya, terima kasih tuhan, Taehyung memang berbeda dari temanku yang lain, walau dia sedikit miring, tapi dia punya perasaan.

Taehyung pun pamit padaku untuk bermain futsal, aku mengangguk dan melambaikan tangan.

Selesai membuang nafas gugup, ya.. kukira Taehyung sama dengan Jungkook akan mengatakan sesuatu yang tajam padaku, ternyata tidak.

Kulangkahkan kakiku kelantai 2, dan masuk kedalam ruang klub, ada Yoongi yang tengah memainkan tuts piano, sepertinya dia sudah menungguku lama.

"Maaf aku telat." Aku mencoba memberi hormat padanya, ia tidak marah padaku? Ia malah  tersenyum padaku.

"Akhirnya kau datang, kemarilah." Ia tersenyum menepuk bangku piano.

Aku pun duduk dibangku piano, kami bersebelahan duduk dibangku ukuran sedang ini.

"Eu.. maaf mengganggu acara keluarga mu Oppa." Aku menatapnya melihat wajah putih bersih milik dirinya.

'Aku kalah sebagai perempuan.'

"Hmm.. ditunda dulu, nanti pukul 10 acaranya."

Aku hanya mengangguk lalu menaruh tas selempangku dilantai.

"Aku tidak melihat Yura, kemana dia?"

"Maksudnya?" Tanyaku bingung, kenapa tiba-tiba membicarakan Yura.

"Biasanya aku melihatnya di klub ballet."

"Owhh.. dia pergi kerumah Saudaranya, bersama Jimin, Eomma dan Appa." Aku menekan satu tuts piano hingga terdengar satu nada berat.

"Kau tidak ikut?"

Aku menggelengkan kepala,

"Ayo ajarkan aku, ohya lagunya?" Aku mengadahkan tanganku.

"Sepertinya harusku revisi lagi."

Aku menurunkan kembali tanganku,

"Aa.." Ucapku melemah, tiba-tiba moodku kurang baik.

"Mianhae.. sebagai gantinya, mau bermain ke rumahku, akan kukenalkan kau pada Saudara-saudaraku, mau? Ah.. jangan takut mereka baik dan lucu." Yoongi menatapku dan mengusap bahuku.

"Eh.. memangnya boleh?" Kagetku,

"Bukankah akan mengganggu?" Lanjutku.

"Tidak, mereka akan senang dengan kedatanganmu."

Aku pun mengangguk.

"Hari ini latihan piano, akan kuajarkan lagu waktu itu ya."

Yoongi mengajarkanku permainan pianonya waktu itu, dia mengajarkanku sangat lembut dan perhatian.

Selesai mengajarkanku, Ia mengajakku makan di kedai dekat sekolah.

Diselingi pembicaraan kecil mengenai beberapa lagu.

Setelah makan kami menaiki bus menuju Dousan Utara.

Yoongi menawarkanku untuk mendengarkan lagu-lagu ciptaannya, aku menyetujuinya dan memakai satu earphone miliknya.

Lagunya bagus-bagus, rata-rata lagu yang Ia ciptakan bebau ballad dan hiphop.

Tak terasa kami hampir tiba, pemandangannya seperti di perdesaan, bukan.. ini benar-benar desa, berbeda dengan di Myeondong, astaga Yoongi kau sekolah jauh sekali.

"Ayo turun." Ia menggenggam tanganku membawaku turun dari bus.

Sepi sekali, udaranya pun masih terasa sejuk.

"Kau menyukainnya?" Yoongi menatapku sambil menyelipkan rambut kecilku yang ikut menari karna angin.

Aku mengangguk cepat dan tersenyum.

"Aku senang sekali." Ucapku semangat.

"Kkajja kita kerumahku."

Sedikit berjalan untuk menuju rumahnya, ditambah jalanannya yang masih mulus dan bukit-bukit yang tertutupi embun, ini sangat nyaman sekali.

Kami pun berhenti menatap rumah besar dan klasik.

"Ini rumahku." Tunjuknya menatapku dan melepaskan genggaman tangan.

'Panti Asuhan..'

LIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang