Bab 36: Tenggelam.

2.5K 332 3
                                    

Aku berjalan kembali kerumah Namjoon.

Pintunya terkunci kurasa ia sedang bekerja, dari pada bosan menunggu aku pun berjalan-jalan ke sungai dekat sini.

Huffttt...

Yoongi pergi ke Seoul apa bertemu Yura sebenarnya? Berarti Ia masih ada disekitar sini.

Sekarang aku ingin menenangkan diriku sendiri, aku berfikir untuk mengurangi menyakiti diri sendiri dan rasa emosi.

Udara sejuk disekitar sungai memanglah menyenangkan, tak banyak orang disini, hanya ada beberapa orang lewat dan duduk di pinggir sungai.

Aku berjalan cukup jauh dan duduk sendiri di tanggul, aku melepas sepatu dan kaos kaki lalu ku turunkan ke dalam air sungai yang jernih.

Hwa.. dingin.

Dingin merambat hingga kekepalaku rasanya sejuk sekali.

Aku merasa melupakan sesuatu, aku mencoba mengingatnya.

Tasku.

Ohya, astaga dimana tasku? Kuingat-ingat dimana terakhir kali aku bawa.

Saat kerumah Taehyung aku tidak membawa tas, berarti tasku masih di rumah Jin Seonsaengnim. Astaga Sangmi, kenapa kau melupakannya?

Aku menepuk dahiku sendiri.

Hari sudah semakin sore, aku pun segera memakai kembali sepatuku. Saat aku berdiri dan merapihkan pakaianku,

Dari belakang sebuah sepeda dengan kecepatan tinggi menyenggolku hingga aku oleng ke samping dan tercebur kedalam sungai.

Kudengar teriakkan dari orang tersebut.

Aku tidak bisa berenang.

Aku akan menemukan akhir dari hidupku.

Aku berusaha menggerakkan kedua kaki dan tangan selayaknya orang berenang, namun usaha itu sia-sia aku tidak seimbang saat bergerak.

Aku lelah, aku menatap cahaya matahari yang menembus permukaan air yang semakin dalam.

Lambat-laun aku merasa sesak didadaku, aku butuh oksigen tapi aku sudah lelah tidak bisa bergerak lagi karna kram.

Aku menutup mataku, dan berharap seseorang menolongku saat ini.

***
'Tanpa kau sadari seseorang memperhatikan dan menjagamu."

"Tanpa kau sadari seseorang berusaha menjauhimu, walau itu terpaksa."

"Tanpa kau sadari kau menjadi seorang yang kuat."

"Tanpa kau sadari seseorang telah menolongmu, sadarlah.."

"Hei.. sadarlah.."

***
Aku merasa tubuhku diguncangkan dan dadaku ditekan.

Uhukk..uhukkk..

Yang pertama kulihat adalah seorang Yeoja manis tersenyum padaku.

"Ahh.. syukurlah, Mianhae ne." Ucapnya membantuku duduk.

"Maaf remku blong, sekali lagi aku minta maaf ya." Ia berdiri dan membungkuk padaku berulang-ulang.

"Ya tidak apa.. uhukk.. uhuukk.."

"Sebaiknya aku menghangatkanmu, ayo.."

Ia memegang bahuku dan membantuku duduk dijok sepedanya.

"Aku harus bertanggung jawab." Ucapnya mulai mengowes sepeda, tampaknya keberatan.

"Tidak apa." Ucapku pegangan pada jok sepedanya.

"Namaku Kim Nara, kau bisa panggil aku Nara, sekali lagi aku minta maaf."

"Ne.. aku maafkan, gomawo ne, kau menyelamatkan nyawaku."

Ia mengangguk lalu menambah kecepatan.

Sesampainya dirumah besar miliknya, ia menarik tanganku lalu dibawa masuk kedalam ruang ganti.

"Pakai bajuku saja dulu." Ia memberikanku stelan baju dan celana tidur bahkan sampai pakaian dalamnya.

"Hm.. gomawo." Ucapku merasa tidak enak.

"Sudahlah tidak apa-apa setelah itu tunggulah di ruang tamu, aku juga ingin ganti baju."

Aku pun mengangguk dan segera mengganti bajuku.

Lumayan tidak terlalu besar atau kecil.

Ku keringkan rambutku lalu kusisir, setelah itu baju seragamku yang basah ku jemur di belakang rumah yang kebetulan ada tempat kosong untuk menjemur.

"Sepertinya aku lancang sekali." Ucapku merasa tidak enak.

Aku merasa bosan dan memutuskan berkeliling ruang tamu.

Ada foto-foto dirinya dan keluarga besarnya.

Kutatap seluruh keluarga besarnya, hm.. harmonisnya.

Tapi tunggu sepertinya aku mengenal anak kecil yang duduk dipangkuan seorang yeoja, dia Kim Taehyung.

LIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang