11 - Give Me a Chance (1)

2K 94 7
                                    

"Oke! Selamat bagi kalian, Kezia dan Matthew telah bergabung menjadi anggota TE generasi ke 2"

Suara lantang yang berasal dari lantai 5 di depan ruang studio band. Ya, siapa lagi kalau bukan Pak Teguh. Guru gaul nan tampan ini memang memiliki suara berat namun lantang. Kalau ia sedang mengajar, pasti suaranya akan terdengar sampai ke luar kelas, bahkan pernah terdengar sampai lapangan upacara.

Matthew dan Kezia pun tersenyum dan mengangguk. Mereka sedang berkumpul untuk simulasi. Untuk mempersiapkan lomba yang akan diadakan 2 minggu lagi.

"Oke. Ini kita bakal sibuk sesibuk sibuknya orang sibuk,dah. Lu pada tau kan dua minggu lagi kita bakal lomba di SMA Cahaya Bangsa. Mulai besok sampe h-1 kita bakal latihan sepulang sekolah"

"Pak" Andrew mengangkat tangan kanannya. Pak Teguh menaikkan kedua alisnya pertanda "apa"

"Sekarang ga latihan berarti?"

"Enggak. Gue ngumpulin kalian disini cuman pengen ngasih tau ini aja."

Semuanya mengangguk tanda mengerti.

"Ohiya, Chele. Bilang emak lu mulai besok dah pulang sore ye. Entar nyari nyariim lagi" Pak Teguh menunjuk Michele dengan terkekeh geli.

"Iya elah" Michele memutar bola matanya.

"Oke dah. Ada yang mau ditanya lagi gak? Kez, lu bilang ke ortu jan lupa ya"

"Okee siap pak!" Jawab semangat Kezia.

"Lu juga ye,Matt"

"Ohh iya pak" jawab Matthew. Dalam benaknya, tak perlu meminta ijin. Orang tuanya saja jauh darinya. Kakaknya pun pulang malam karena kerja dan kuliah. Resiko anak laki.

"Yaudah. Lu pada pulang dah. Dah jam 2 ni" Pak Teguh mengakhiri pertemuan hari ini. Semuanya berdiri dan bersaliman dengan gurunya. Mereka pun turun bersama menuju hall bawah.

"Gue bawa mobil nih. Ada yang mau bareng gak?" Edward angkat bicara setelah mereka telah menginjak lantai bawah.

"Barengg dongg" jawab Andrew.

"Ama lu mulu. Bosen ah. Michele pulang naik apa?"

"Eh bukannya Michele dah pacaran ya sama Matthew?"  Tanya Kezia tanpa dosa.

Mata kedua pihak itu membulat, terutama Michele. Wajahnya langsung berubah 180 derajat.

"Apa apaan? Kata siapa wey?!" Seru gadis itu yang tidak terima dengan pertanyaan konyol tersebut.

"Lah kan kalian lagi deket kan?" Wajah Kezia hanga melengo. Untung saja cantik.

"Kaga anjir Kezia!" Gadis itu menegaskan.

"Udeh udehh. Ed, lu ngapain ngajak Michele. Dia mah pasti sama Matthew" Andrew menambahkan membuat darah Michele menaik. Matthew hanya tersenyum karena melihat muka Michele memerah. Bukan karena blushing atau merona, tapi karena emosi.

"Terserah!!" Seruan Michele membuat mereka tertawa.

"Ohiya, Kezia pulang sama aku ajaa yahh??" Tawar Andrew yang memang memaksa adalah tujuan utamanya.

"Lah? Bukannya lu sama Edward?" Kezia hanya bingung.

"Gak ah. Lagian aku bawa motor. Kalo bareng dia, nanti kita gabisa berduaan dong"

Matthew dan Edward tertawa sejadi jadinya melihat tingkah konyol dan genit temannya itu. Michele memutar bola matanya karena sudah gerah melihat kelakuan temannya itu. Kezia menautkan dahinya,

"Lah mending gue pulang sendiri!" Tukasnya

"Heh! Gaada penolakan. Mari pulang sama abang ganteng"

CLOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang