14 - Confused

1.7K 88 6
                                    

Gadis itu seakan membeku, mencerna semua perkataannya. Suasana yang sudah sepi seakan bertambah sepi. Mengapa jantungnya berdegup sangat cepat? Mengapa matanya tidak berani melihat manik mata hazel di hadapannya?

Waktu sudah menunjukkan pukul 23.45 namun gadis ini benar benar tidak bisa tidur. Satu kalimat bisa mengubah semua moodnya menjadi campur aduk. Mengapa pikirannya penuh tertuju pada dia, apakah lelaki itu membuat suatu sulap atau hipnotis belaka?

*****************

MICHELE'S POV

"Gue cinta sama lu,Chele"





Perkataan itu masih melekat di pikiranku sampai saat ini. Sudah lewat seminggu dia menyatakan perkataan yang mengandung banyak arti di dalamnya. Aku pun sangat tidak percaya padanya. Bagaimana bisa seseorang bisa jatuh cinta hanya dalam 3 minggu? Secepat itukah?

Semenjak perkataan tersebut, aku semakin dekat dengannya dan ia sangat peduli padaku. Entah apa ini hanya perasaanku atau memang dia yang berniat melakukan ini.

Tapi, aku merasa. Ada sesuatu yang berbeda bila aku bersamanya. Rasa yang muncul kembali setelah setahun aku memutuskan untuk tidak ingin merasakannya. But, No! Tidak mungkin. Jangan sampai aku bisa jatuh pada perangkapnya. Aku tak mau jatuh di lubang yang sama. Aku lebih memilih menjadi biarawati bila harus memasuki lubang buaya yang mematikan.

Oke, kembali ke dunia nyata. Hari ini adalah hari terakhir aku latihan untuk persiapan lomba band antar sekolah tingkat nasional. Tahun ini diselenggarakan di SMA Cahaya Harapan. Aku tahu, sekolahku selalu menang dalam perlombaan ini namun aku tidak mau berbesar hati dan kepala. Karena persiapan inilah latihan sampai jam 18.30. Ya, larut malam bagi para pelajar bukan?

"Oke. Kalian udah berlatih keras. Sekarang kita sudahi latihan ini. Semoga kita bisa tetap mempertahankan prestasi band untuk Pelita"

Pak Teguh berdiri diantara kami dan kami pun mengangguk.

"Jaga kesehatan. Khususnya Michele. Lu langsung istirahat,ye" ia menunjukku. Aku pun mengangguk. Ya, semenjak kejadian penyakitku kambuh, Pak Teguh sudah membatasi waktu latihan band untukku. Ya, dia tau semua tentangku. Kepribadianku, penyakitku, kebiasaanku. Aku mengenalnya semenjak aku menginjak kelas 4 SD. Dia adalah teman seperjuangan papaku saat berada di perkuliahan. Setelah Papa tiada, ia lah yang menggantikan posisi papaku di sekolah. Ia sama pedulinya dengan papa. Namun, tak ada yang bisa menggantikan posisi papa.

Selesai membereskan alat alat band, kita bergegas turun menuju tempat parkir. Ya, kalian pasti tahu aku pulang dengan siapa. Ya, bule berdarah Argentina bermata hazel. Aku pun juga tak bisa menolaknya. Karena motorku pun dibawa Eron pulang.

"Chele, mau makan?"  Tanyanya saat aku sudah siap duduk di belakangnya. Sebenarnya aku sangat lapar saat ini.

"Hmm gak deh" jawabku.

"Serius nih?" Ia melihat ke arah kaca spion sambil melihat pantulan wajahku dari kaca itu.
Aku hanya mengangguk melihat pantulan wajahnya yang hanya terlihat kedua matanya karena tertutup helm full face.

Motor ini melaju. Tidak ngebut,tidak pelan juga. Menembus jalan aspal yang dingin.

Hawa dingin malam menusuk tubuhku. Aku benar benar tidak suka dingin,hujan dan petir. Ku memeluk tubuhku sendiri, menghangatkan diri.

"Chele"

Dia memanggilku dan aku menengok kearahnya.

"Kalo dingin, peluk gue aja"

WHAT?! GODDAMN ASS

"lah modus bat lu anoa"  jawabku berdecak. Bisa bisanya ia mengatakan itu. saat berhenti di lampu merah, tiba tiba saja ia meraih kedua tanganku. Dan,

CLOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang