Chapter 4

2.8K 83 4
                                    

DAK memang berbeda dengan sekolah lain. Hanya ada beberapa mata pelajaran umum dan ditambah mata pelajaran dari DAK sendiri.

IPA, MTK, Bahasa, dan Bahasa Inggris. Ditambah Musik1, Seni1, atau Seni-Musik1. Boleh memilih.

Sekolah ini mengasah kemampuan seni dan musik anak-anak SMA. Biasanya, orangtuanya-lah yang memasukkan anaknya kesini. Tapi, Raina itu beda. Dia ingin masuk kesini tanpa paksaan ayahnya.

Kembali ke cerita!

05.59 Mampus gue belom mandi. Kinas mandi lama amat!

"KIIIN LIMA LIMA LAPAN KIINN PARAH LU!"

Ceklek
Pintu kamar mandi terbuka

"Seger banget."
"Gila lama banget lu!" Dengan terburu-buru, Raina mengambil baju yang ia sudah siapkan diatas kasur.

Gedebuk!

"AAAHHHH"
"Lu kenapa Rei?"
Badannya sudah terpapar di lantai kamar mandi yang basah. Kepalanya membentur sisi kiri tembok kamar mandi.

"E-eeehhh. Lu pelan-pelan makannya." Kinas seraya membantu Raina berdiri.

"Abis, lu mandinya lama amat. Liat jam dong!"
"Di kamar mandi gaada jam."
"Terus sekarang kita ngapain?" Ucap Raina sambil mengelus-elus kepalanya yang sepertinya benjol.

"Hmm.. Ngapain ya..." Sahut Kinas bagai orang sedang berfikir. Tiga detik kemudian,
"MANDI WOOYYY!!"

"OH IYA MAMPUS!"

Ya begitulah. Walau jam sudah menunjukkan pukul 06.02 Raina belum juga mandi. Anak-anak lain sudah berangkat duluan sebelum Kinas selesai mandi. Alhasil, Kinas harus menunggu Raina hingga selesai mandi.

7 menit kemudian

Raina dan Kinas berlari mengelilingi koridor, mencari-cari dimana letak aula ruang makan.

Kira-kira 3 menit kemudia mereka menemukan tulisan besar yang terpampang diatas pintu masuk sebuah ruangan berpuluh puluh meja panjang.

Hanya mangkuk-mangkuk kosong yang tersisa. Gelas bekas susu putih dan coklat yang terlihat melekat pada dinding-dindingnya.
"Udah Kin. Mati kita. Hari kedua masuk sekolah, alias hari pertama masuk kelas kita udah telat. Mati kita mati! Mana kepala gue masih ngilu lagi!"

"Udaaah ayo lari ke gerbang! Ntar gerbang sekolah keburu di tutup."

Hampir saja Pak Harjo menutup pintu gerbang gedung inti. Tapi untung, Pak Harjo melihat dua anak berlari-lari sambil melambaikan tangan.

"PAAAKKK." Teriak Kinas.
"PAAAK JANGAN DITUTUP PAK." Sahut Raina.

"E-eh. Ayoo jangan telat lagi loh! Besok kalau satu menit telat saja, bapak sudah bakal catat, dan nggak akan bapak buka-kan pintu gerbang ini!" Jelas Pak Harjo

"Loh, pak? Emang sekarang jam berapa? Belum masuk?"

"Sebenarnya belum. Tapi, terbiasa kata kepala sekolah, pintu gerbang ditutup dua menit sebelum jam aslinya. Untuk jaga-jaga."

"Untuuungg untung! Makasih pak!" Teriakku sambil menarik tangan Kinas lalu berlari menaiki tangga dan menyusuri koridor yang sepi.

"Mati! Gurunya udah dateng!"
"Lu si! Lama mandinya. Gue juga jadi molor ini! Mana tadi pake acara kejedot segala!"

"Ekhem. Ada apa ini?"

Dua orang laki-laki datang. Yang satu memasukkan kuas kecil kedalam bibirnya. Yang satu lagi memakai topi yang dikebalikkan.

Kaya kenal.

Jangan bilang! Jangan bilang, ini kakak yang waktu itu main piano? Jangan bilang!

"Sepertinya, mereka telat Pak. Hukum!" Ucap lelaki berkuas itu.
"E-eh. Apaan nih?" Sahut Kinas.
"Shuuttt! Jangan rame," lelaki itu menengok ke arah dalam kelas lewat jendela. "eh, gakpapa sih rame aja. Ibu-nya baik."
"Hah?"

Hening sejenak, sampai guru materi hari ini keluar. Bu Talia. Terkenal sangat ramah.

"Ada apa ini? Aditya, Juna? Kenapa kalian nggak masuk kelas?"

Oh, jadi namanya Aditya. Apa Juna?

Tiba-tiba, lelaki berkuas itu langsung saja lari, meninggalkan lelaki bertopi itu.

"Junaaaa! Aduh, Dit, ibu nggak kuat kalo disuruh ngejar." Kata Bu Talia sambil berjinjit dan memegangi tangan Aditya.

"Nanti tolong panggil Juna suruh menghadap ke ibu. Haduuhh YaAllah. Kamu balik ke kelas ya Dit!"

"I-iya bu."
"Yasudah balik sana! Nunggu apa lagi?"
"I-ini tangan ibu."
"Eh. Oh iya. Hehe. Maaf Dit. Sudah sana."

Setelah itu, Aditya berlari menyusuri koridor, lalu berbelok menuruni tangga. Raina melihat punggung Aditya yang meninggalkan koridor dengan kagum.

Ternyata murid berbakat juga bisa nakal. Hahaha.
Oh Aditya!

Namanya Adityaaaaaaa.

Angin Pada Raina [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang