Chapter 18

1.6K 60 0
                                    

     Masih dirumah. Raina duduk sendirian ditengah ruang makan. Ketiga kursi lainnya kosong. Ia makan siang sendirian. Rasanya lesu, melihat ketiga kursi itu kosong. Kursi bunda, biasa. Ayah dan Bang Tian? Ia tau, Ayah bekerja sedangkan Tian kuliah.

Raina hanya berdua dirumah bersama Mbak Suci. Setelah selesai makan, ia putuskan untuk tidur siang saja.

Musik mulai.
Aku terbangun. Terik matahari begitu terang menyilaukan mataku. Suara rerumputan terdengar sangat jelas.

Aku berada ditengah padang rumput. Aku menengokkan kesegala arah, mencari tahu dimana aku.

Bunda?

Dirinya membuatku berdiri dari tengah tengah barisan rumput itu. Membuatku menghampirinya untuk bertanya 1001 pertanyaan yang terbayang dibenakku.

"Nak, ayo pulang."

Tunggu. Bukankah itu pertanyaan yang ia tanyakan sebelumnya? Lalu dia menjadi-

Belum menjawab, Raina langsung berlari menjauhi ibunya itu. Saat ia tengokkan kembali, tetapi bunda hilang.

Duk

Seseorang mengetuk bahuku.
"Ayo pulang, Raina.."

Hah?

Raina kembali berlari mencari jalan terjauh dari tempat dimana bunda.

Duk

Seseorang kembali mengetuk bahuku. Kini lebih keras.
"Pulang sama Bunda, nak."

"Pergi!!"

Semakin ia mencoba berlari, semakin susah kakinya diangkat. Bunda pun semakin mendekat dengan langkahnya yang cepat.

Tubuh Raina mulai berkeringat. Segala organ tubuhnya susah digerakkan. Membeku. Sangat susah untuk bergerak.

Rainapun terjatuh.
"Pergi!!!! Kamu bukan Bunda, pergiiiii!!!"

Dirasa, tak berguna ucapannya. Keadaan menggelap. Ia tidak bisa melihat apapun disekitarnya.

Sampai suatu ucapan terdengar ditelinganya. Sebuah bisikan nan tajam, mencekam.
"Pulang." (Whisper)
Stop musik

790 next episode.

Angin Pada Raina [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang