Chapter 12

1.9K 54 0
                                    

"Hah?"

Tiba-tiba ada bunyi rusuh seperti geng-geng motor hendak lewat. Mereka menggunakan baju merah dari sisi kiri. Bertemulah mereka dengan sisi kanan pengguna baju hitam.

Mereka mulai melempar batu, memukul, menyeret, kejam sekali. Baru pertama kali Raina melihat sesuatu sekejam ini secara live.

15 menit berlalu. Masih saja mereka melakukan itu sampai beberapa polisi datang. Entah mengapa tidak ada satpam DAK yang datang, padahal kejadiannya hanya 2 meter jauhnya dari gerbang DAK.

Setelah polisi mengamankan hingga semua sepi, baru kami keluar. Keadaan sangat kacau. Banyak batu berserakan. Darah berceceran. Potongan kayu. Serpihan kaca. Macam-macam.

Kaca toko semuanya pecah. Pemilik-pemilik toko tersebut semuanya sudah tau kalau akan ada tawuran seperti ini. Makannya, sejak tadi siang toko mereka sudah sengaja tutup.

"Ini makannya gue nyuruh kalian langsung kesini. Ye, malah bengong." Ucap Kak Cantika memberi penjelasan.

"Habis gue nggak tau kalo mau ada beginian. Sepi banget sih jalannya tadi. Jadi gue kira nggak ada apa-apa." Jawab Kinas.

"Emang ini kenapa sih, kok bisa ada tawuran segede dan sekejam ini?"

"Nggak tau deh, kayaknya setau gue sejak 3 tahun sekali, ini itu rutinitas."

"Anjir, rutinitas kok tawuran."

Mereka-pun memasuki gerbang asrama putri. Masing-masing menuju ke kamarnya. Cantika menuju lantai 1 sedangkan Raina dan Kinas menuju lantai 3. 

Hari sudah mulai gelap. Mereka melewati lorong yang digosipkan angker. Tidak biasanya mereka lewat lorong itu. Cuman, karena tadi mereka ke kamar Cantika, mereka harus melewati lorong tersebut. Lorong itu jarang sekali dilewati para murid. Lorong itu terletak di sebelah gudang, uks, dan kamar mandi umum. So creepy.

"Rei, lo pasti taukan yang gosipnya kalo lorong ini tuh berhantu. Berpenghuni gitulah. Tau nggak?"

"Lu nggak usah bicarain itu kali, Kin."

"Iiihh. Bukan gitu maksud gue. Ini cuman kita berdua doang yang jalan disini. Horror Rei sumpah."

"Gausah bikin parno deh."

"Gue nggak bikin par-"

Belum selesai Kinas membalas perkataan Raina, sesuatu berbunyi sangat keras.

Kreeekkk

"REI SUMPAH ITU APA?" Kinas langsung memegang lengan Raina dengan erat.

"Ah apaan sih lo. Nggak usah gituuu. Parnonya nambah ini."

"MAU NGAPAIN INI REI?"

"Lo tuh ya santai aja."

Tiba-tiba ada bunyi lagi. Kali ini lebih keras, lebih dekat, dan lebih nyata. 

Ngeeekk

Tanpa peduli apapun, Raina langsung lari meninggalkan Kinas.

"YOOO KIN LARI!!"

"WOY GUE JANGAN DITINGGAL ANJIR."

Malam itu benar-benar malam yang sangat mencengangkan bagi Raina dan Kinas. Pasalnya, setiap anak yang berani melewati lorong itu dan terjadi sesuatu pada anak itu, mereka akan terus diganggu.

Night class mereka diliburkan untuk sementara. Entah, mungkin kakak kelas yang biasa mengajar perlu istirahat. Yah, berhubung sebentar lagi mereka akan melaksanakan UN.

Semenjak night class diliburkan, kami diperbolehkan untuk "berkeliaran" malam-malam. Ya nggak gitu juga sih, maksudnya kami diperbolehkan keluar asrama sebelum jam setengah sembilan. Walaupun hanya didalam gedung asrama, tapi free gitu deh.

Raina

Malam ini aku, Kinas, Sandya, Gladis, Gita, dan Nadya membuat acara kecil-kecilan untuk mengisi malam ini. Kita menggelar sejumlah karpet lembut untuk alasnya dan sejumlah bantal.

Beberapa kakak kelas juga melakukan ini. Sudah semacam kebiasaan kalau kata mereka. Setiap libur night class mereka melakukan ini. So, why not?

Angin Pada Raina [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang