Chapter 6

2.5K 82 1
                                    

"Gue Aditya. Panggil aja Adit."

Gentle, baik, tampan, berbakat, tipe anak-anak DAK banget.

"Dan... Gue bukan Peter Pan."

Hahahaha
Lucu. Lucu deh menurutku.

"Haha, Raina."
"Suka hujan ya?" Sewot Juna.
"Nggak juga sih. Tapi suka alam."
"OH MY GOD!" Jawab Juna kaget. Aku nggak tahu kenapa. Kok tiba-tiba kaget?

"Kenapa?"
"Alam? Anak Seni3?"
"Hah?"

"Bro, dia nggak tau Alam kali! Murid baru juga." Balas Adit menjelaskan.
"Eh, iya juga ya."

Disela-sela mereka berbincang, tiba-tiba saja aku teringat akan sesuatu. Kinas! Dan tiba-tiba saja, dia bilang

"Hei!"
"Eh! Sorry adek unyu yang satunya. Abis aku lupa ada kamu, karena ngelihat kecantikan kamu aja udah meleleh. Jadi sampe malu menjaba tanganmu, Adek Unyu." Jelas Juna panjang lebar.

"Apasih. Kakak kelas nggak jelas! Buruan Rei udah belom! Bisa karatan gue nungguin kalian!" Kata Kinas sambil menarik tanganku lalu pergi.

"Yah! Unyu-unyu ngambekan gara-gara nggak disapa sama Abang Pan."

Yakin! Juna itu pede orangnya. Tapi seru. Tipe-tipe sahabat.

"Sumpah sampe kapan gue mau ingetin lo, gue ngga akan bisa ngerubah sifat lo, dari yang kepedean tingkat dewa, sampe ke tingkat paling normal."
"Lo ngomong apa?"
"Anjir!"

Bel masuk berbunyi. Tanda semua siswa harus masuk ke kelas masing-masing. Kami sedang makan di kantin. Ya, akhirnya kami menemukan dimana letak kantin.

Kriiing. Kriiing. Lalu dilanjutkan dengan lagu Waltz.

"Mati gue! Belom abis ini siomaynya! Bantuin Rei!"
"Elo sih! Beli siomay banyak-banyak. Ujung-ujungnya nggak habis juga kan."
"Aslinya gue abis! Tapi udah bel ini."

Seraya menghabiskan siomay milik Kinas, datanglah Sandya dengan membawa se-keresek alat-alat melukis.

"Hai!"
"Lah? Lo nggak masuk?"
"Belom. Kan masih ada lagu, toleransi terlambat lima menit sampe lagu ini selesai."

"Oooh jadi gitu. Nih, lo makan sendiri aja! Kenyang gue!"
"San, bantuiin dooongg..." Kinas membujuk dengan mengeluarkan  puppy eyes-nya.

"Oke, oke."

Setelah siomay Kinas habis, kami pergi kembali ke kelas. Jam pelajaran usai jam 1. Setelah itu, free time. Mereka pun kembali ke asrama. Ditengah jalan kembali pulang, bertemulah mereka dengan segerombol anak geng motor.

"Halo dek." Goda seoranh anak geng motor tersebut.

"Eh apaan lo panggil-panggil?"
Kinas. Bodoh banget sih lo! Ngapain diladenin? Gila ni anak.

"Kin! Lo ngapain? Udah jalan aja. Ngapain ngeladenin mereka!"
"Habis apaan sih sapa-sapa nggak jelas."

"Dek minta nomor hp nya boleh laah..." Ujar salah seorang dari mereka.

Kami tetap jalan. Tanpa memperdulikan mereka. Tapi, ternyata kami diikuti sampai hampir masuk ke gerbang asrama.

Awalnya, mereka hanya nongkrong-nongkrong. Tapi, akhirnya mereka menggoda. Ya jelaslah siapa mau digoda dengan anak seperti mereka.

Pakaian berantakan, kalung-kalung bergambar tengkorak, motor-motor anak geng. Komplit!

Tak disangka, karena kami tak mau digoda, mereka justru mencegat kami dari depan sebelum masuk gerbang.

"Kasih nomornya dulu boleh lah dek dek imut.."
"Misi, mau lewat."
"Heits! Kasih nomor dulu baru boleh lewat."
"Awas! Pergi nggak."
"Heh! Nomor sini nomor!"

"San, pak satpamnya mana sih?!"
"Nggak tau juga. Apa kita teriak aja?"

"Heh! Rendi! Pergi! Ngapain kesini mulu lo! Pergi!" Seseorang datang. Penyelamat woy! Rupanya itu Kak Aditya. Kali ini dia tidak pakai topi lagi. Lebih cool lagi. Tau pakai apa? Headphone yang sudah dikalungkan dilehernya! Ohh myy gooodd!

Stop! Bukan waktunya buat memandang keindahan mahluk tuhan! Gue lagi dilecehkan bro!

Geng motor itupun pergi. Setelah diusir dengan Kak Aditya. Sepertinya mereka sering datang kesini. Oh! Aku ingat. Kak Aditya pernah bilang banyak perampok disini. Rupanya geng motor itu.

"Lo," Ucap Aditya setelah geng motor itu pergi. "Eh, kalian, nggak papa kan?"

"Dedek unyu nggak papa kan?" Tau-lah siapa. Juna. Tau ngomong ke siapa? Kinas. Cocok!

"Udah yuk Rei. Ayo pergi." Sontak tanganku ditarik oleh Kinas.

"Yeeeh! Bukannya makasih, malah pergi. Hadeeh."
"Udah Jun. Ayo balik."

Lelelelleel lama banget updatenya. Terakhir update ini ya. Lanjut mingdep hari rabu :)

Angin Pada Raina [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang