Chapter 3

3.4K 87 1
                                    

Sambil berbaring diatas kasurku, aku memikirkan tentang kejadian tadi siang. Bodohnya, aku lupa tanya siapa namanya. Hehhh

"Ngapain lu senyum-senyum? Jangan bilang gara-gara habis disamperin kakel tadi?!" Ucap Kinas sambil menyenggol bahuku.
"Eh, apaan. Enggak!"

Tiba-tiba, seseorang datang kedekat kasurku.
"Hai."

"Hay. Kenalin gue Kinas. Dia kawan yang paling aneh sedunia. Namanya Raina." Sewot banget ya ni anak.

"Hahahah. Kan udah pernah perkenalan. Masa temen satu kamar sendiri ga kenal. Wkwk"

Dia ramah. Kelihatan sejak pertama kali bertemu.

Aku beranjak bangun dari kasurku. Berniat untuk mengajak bicara. Atau sekedar menyapa kembali-lah.

"Hahah. Raina," kataku sambil menjabat tangan. "Santy kan?"

"Sandyaa." Ternyata salah.

"Ehh sorry salah."
"Hahaha. Enggak papa."

Ini malam pertama aku tidur di asrama ini. Cukup seru untuk hari ini. Memuaskan. Teringat oleh ayah dan Dimas pun hanya sesekali. Aku bukan anak cengeng.

Terbiasa ditinggal ayah bekerja, Dimas yang sedang kuliah, dan bunda yang memang selalu meninggalkanku. Tapi aku yakin, hati mereka selalu ada disampingku.

Bukan saatnya untuk bersedih!

"Biasanya kalo malem ada kegiatan apa aja sih?" Tanya Sandya memadamkan keheningan diantara kita bertiga.

"Nggak tau ya. Kalo kata Kak Cantika biasanya ada kelas tambahan." Jawab Kinas

"Kelas tambahan buat apa? Biasanya kan guru-guru bakal pulang jam empat."

"Hmmm.. Nggak tau juga sih. Tapi katanya kalo kelas tambahan itu diajarnya sama kakel."

"Kakel? Emang buat apasih?" Aku bingung. Tapi ingin tahu. Yah, begitu-lah.

"Mau modus lu?" Celetuk Kinas.
"Apaan? Nggak! Cuma tanya."

"Alah, ngomonga aja lu. Menderita banget nge-gebet orang tapi nggak tau namanya."

"Jahhhahahahah. Lu nge-gebet kakel Rei?" Sandya memang belum tahu. Ya, karna baru sejak tadi dia bergabung bersama kami.

"Enggak. Apaan sih. Udah deh gue mau tidur. Ngga jelas banget ih kalian." Bilangku kepada mereka sambil menaiki tangga kasur. Lalu memeluk gulingku dan menutupi tubuhku dengan selimut.

Pagi! Pagi ini aku sangat terkejut. Ternyata, setiap kamar di setiap asrama sekolah ini memiliki alarm yang dipasang untuk membangunkan para siswanya.

Rame! Bunyinya ayam yang berkokok. Alarm itu berbunyi setiap jam lima pagi. Belum berhenti sampai ada yang memencet kembali tombol off-nya.

"GUE MANDI PERTAMAAA!!" Teriak salah seorang teman sekamar. Gladis. Anaknya heboh. Tapi disiplin.

"GUE ABIS GLADIS." Sahut temannya yang ada disamping Gladis.

Selanjutnya, semua orang mulai teriak-teriak untuk mengantri mandi. Alhasil, aku mendapat antrian paling terakhir, karena aku hanya bisa melongo melihat semua teman-teman yang histeris ini. Hanya untuk mandi. Garis bawahi.

"Yah, kira-kira gini deh setiap paginya. Biar ga telat subuh mandi bro! Hahahah." Ujar Kinas agar suasana tak nampak gelisah.

Tok tok tok.

Disela-sela waktu menunggu antrian mandi.

Krieeekkk... pintu terbuka.
Oh, Kak Cantika.

"Nanti untuk kelas Seni-Musik1 bawa alat alat untuk melukis ya."

"Sip." "Oke." "Yaa." Semua menyahut.

"Oh iya! Jam 06.15 semuanya berkumpul di aula ruang makan asrama putri untuk sarapan."

"Siap!"

Tunggu! Jam 06.15? Seriously? Ini udah jam 05.30 dan baru tiga orang yang mandi. Emang cukup?!

"Kin! Liat jaaammm!!" Kataku sambil menyenggol bahu Kinas.

"Hah! Udah jam berapa ini?!"

Baru mau menjawab, Kinas sudah berteriak,

"WOOOOYYY!!! LIAT JAM DOONGG! DIKAMAR MANDI ADA JAM GAK SIIIHHH!? NADIYAA?"

Semuanya melongo melihat kelakuan Kinas yang tiba-tiba naik ke kasur tingkat dan teriak-teriak seperti gorilla.

Tiga detik kemudian, ruangan pecah dengan suara tawa.

Angin Pada Raina [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang