Jika kamu pikir seperti apa pelajaran di sekolah ini. Hanya khusus Hari Jum'at dan Sabtu untuk pelajaran UN. Hari selain itu adalah pelajaran sesuai kelas apa yang mereka pilih.
Jadi hari ini, Raina hanya memiliki satu mata pelajaran. Yaitu Seni dan Musik. Sesuai kelas apa yang mereka pilih.
"Oke. Semoga tidak ada gangguan seperti tadi lagi ya! Sebelumnya, kamu dan kamu," Bu Talia menunjuk Raina dan Kinas "perkenalkan diri dulu. Silakan maju kedepan."
Lalu kami-pun maju.
"Saya Kirana Zainab Anastasia. Panggil aja Kinas."
Wow! Baru tau nama Kinas ternyata bagus juga. Tapi, kok- nama panggilannyaa...."Saya Raina Natasha Fredika. Dipanggil Raina."
"Oke. Kenapa kalian tertarik untuk masuk kelas SeniMusik?" Tanya Ibu Talia kembali."Kalo saya karna... Karna itu. Apa ya. Eh.. Nggak tahu buk... hehehe."
"Loh! Kisna, seharusnya punya alasan kenaoa masuk kelas ini."
"E-eh. Kinas bu, bukan Kisna."Seisi kelas pun tertawa. Memecah keheningan. Walau belum saling kenal, tapi mereka berlaku seperti sudah kenal sejak seribu tahun lamanya.
"Kalau kamu kenapa Raina."
"Emmm... Waktu saya poop, saya ngerasa dapet hidayah buat ngambil kelas SeniMusik. Mungkin itu kenapa saya sekarang ada di kelas ini..." Ujarku bercanda.Teman-teman pun kembali tertawa. Sangat senang rasanya bisa melihat 'calon-calon' teman ini tertawa. Rasanya sejuk. Dekat.
"Kantin yok?" Ajak Sandya
"Emang ada?"
"Nggak tau sih. Habis ni sekolah rumit. Asrama aja dipisahin."
"Hadeeh. Lo mikir lah, Kin. Masa cewek-cowok mau disatuin?"
"Iya sih."
"Adeehh ni anak."
"Yaudah ayo keliling aja. Cari-cari kek."
"Yuk."Kami beranjak dari kursi kami kalu keluar kelas dan menuruni tangga. Karena tak tahu kemana kami hendak pergi, kami mulai dari ujung bawah. Sumpah kuker.
Itu semua permintaan Kinas."Ini pokoknya kalo gue sampe pegel, lo pijetin gue ntar malem diasrama. Gak mau tau!"
"Iyeee, elah."Tak disangka, saat melewati ruang guru, aku melihat dua lelaki yang tadi ada dihadapanku. Yang tadi kira-kira berdiri hanya satu meter jaraknya. Siapa namanya? Aditya? Juna?
Mereka sedang menghadap Ibu Talia. Nakal tapi penurut. Nakal tapi berbakat. Hmm. So interesting!
"Kin! Psstt sini!"
"Apaan sih, Rei? Kita belum ketemu nyari kantin udah lo stop aja!"
"Itu liat! Itu Kak Aditya sama Kak Juna bukan sih?"
"Eh! Iya loh!"
"Ngapain coba disini?""Mana gue tau! Udah deh Rei buruan kita cari kantin. Keroncongan gue nih!"
"Lagian kita nggak tau dimana kantinnya."
"Yaudah tanya orang kek."
"Mau tanya siapa coba? Yang ada guru-guru kalo disini.""Mampus!"
"Apaan?"
"Tengok belakang lo, Rei!"Tiba-tiba saja, saat Raina menengokkan wajahnya kebelakang, ia sudah kembali melihat dua raut wajah yang sekarang sangat amat-lah tidak asing baginya. Aditya dan Juna.
"Hai adek-adek unyu! Ngapain adek unyu kesini?" Juna dengan PD nya mengajak berbicara.
"Sumpah ya lo, playboynya nggak ilang-ilang!"
"Biarin juga. Siapa tau mau nempel nih adek-adek unyu. Kenalan yuk!"
"Lo..!"
"Sshhht! Udah biarin aja."Tanpa menunggu, Juna langsung saja mengambil tanganku untuk bersalaman dengannya. Tapi mataku masih tertuju kepada Aditya yang saat ini tengah menatapku juga.
Awkward! Gue maunya salaman sama Adit kali Jun!
"Kenalkan, gue Juna. Biasanya dipanggil Juna PeterPan sama temen-temen gue. Karena gue paling ganteng dan paling bisa ngambil hati cewek." Ujarnya panjang lebar dengan ke-PD-annya.
"Eh i-iya." Jawabku sambil deg-degan. Entah. Sebenarnya mengapa aku deg-degan. Bukan karena aku suka dia! Tapi karena Aditya masih menatapku.
Juna melepas tanganku.
"Lo kaya abis liat setan aja deh sampe-sampe tangan lo keringetan gara-gara megang tangan gue. Duh dekdek unyu!"
Seketika, Aditya mengeluarkan tangan kanannya yang tadinya ada di saku celananya. Lalu memegang tanganku dan berkata
"Gue Aditya. Panggil aja Adit."
Pertemuan tak disengaja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angin Pada Raina [End]
أدب المراهقينSegalanya tersurat dalam sebuah buku bertuliskan *diary* Jangan lupa Vote dan masukin ke Perpustakaan kalian ya :) Simak kelanjutannya di KoalaTalk