"Aditya maksud dia."
Anjir! Kinaaasss dasar o'on! Mati gue mati gue mati gue.
"Aditya? Siapa itu?" Tanya Tian.
Raina hanya menengokkan kepalanya kebelakang sambil menunjukkan muka :- kepada Kinas.
"Heeh. Ditanya malah bengong." Tanya Tian kembali sambil menyentil kepala adiknya itu.
"Nggak. Kakak kelas dia."
"Kakak kelas apa kakak kelas?"
"Ya kakak kelas. Pinter dia main pianonya. Banyak yang ngefans."
"Lo juga?"
"Enggak, lah."
"Awas ya kalo punya cowok nggak bilang-bilang, langsung gue suruh putusin tu cowok."
"Ah apaan sih, lo. Lebay deh."
"Beneran."
"Iyaudah."
Mobil Mazda 2 itu memasuki halaman DAK. Lalu memarkirkannya ketepi halaman. Tujuannya bukan untuk parkir, melainkan nge-drop Raina dan Kinas. Semua orang juga begitu.
"Udah sampe. Turun sana. Belajar yang bener. Jangan pacaran."
"Iya ih."
"Hiiihhh." Aditya sambil menjewer pipi Raina dari dalam mobil.
"Udah ah. Bye."
Setelah melihat mobil kakaknya itu pergi, Raina memalingkan wajahnya ke Kinas.
"KIIIINNN!! SUMPAH DEH!"
"Apaan?" Anak ini merasa nggak bersalah sama sekali.
"Lo bilang apaan? Anjir lo! Lo hampir aja ngasih tau ke Bang Tian kalo gue suka sama Aditya!"
"Hampir aja? Udah kali."
"Oh iya ya. Udah." Raina belum sadar. "HIIIIHHH!!" Ia pun menjiwit kuping cewek tanpa rasa bersalah itu.
🎠🎠
RAINA
Sebentar lagi akan ada camping. Acaranya sih perangkatan. Awalnya, gue bakal ngira kalo Aditya bakalan ikut. Eh, taunya perangkatan. Yah.
Pembagian kelompok sih, gue sama Kinas, Sandya, sama Aspyn. Boleh milih sendiri. Enak.
"Oke. Kalo udah semua, gue bisa balik ke asrama, kan? Soalnya gue mau ada urusan sama Bu Pipin." Tanya Aspyn. Aspyn itu orangnya disiplin, pintar, dan ramah. Entah, kenapa sampe sekarang dia belum menemukan teman. Atau mungkin sudah? Tapi jarang bareng?
"Oke. Gue juga duluan ya. Mau ketemuan."
"Bye." Ucap Aspyn sambil keluar kelas dan melambaikan tangannya.
"Urusan sama siapa, San?"
"Sama Sandi."
"Iya? Boleh ikut?" Tiba-tiba Kinas mendekat.
"Mau apa ikut?"
"Yaaa. Refreshing."
"Hah?"
"Refreshing mata maksud lo?"
"Yup!" Adeh, ni anak. Jujur amat ya dari tadi.
"Alah. Mau lihat Juna aja!"
"Enggak. Sok tau banget sih."
"Lah sewot?"
"Udaaah. Nggak usah ribut. Lagian gue ketemu dia cuman di UKS aja."
"Yaudah deh."
Setelah itu, Sandya keluar kelas. Begitu juga Raina dan Kinas. Cuman beda jalur. Sandya ke arah UKS. Sedangkan Raina dan Kinas keluar gerbang gedung utama.
Raina sama sekali tidak memperhatikan jalan, ia sedang mengamati lukisan-lukisan yang ada di buku yang ia pinjam beberapa hari yang lalu di perpustakaan.
Bagus banget. Teknik watercolour macam apa ini? Gimana cara mbuatnya coba?
"Rei,"
"Hm." Masih sambil melihat gambar lukisan yang ada di buku tersebut.
"Reei."
"Hmm?"
"REI!"
"Apaan si-" Saking jengkelnya ia memalingkan wajahnya dari buku tersebut. Lihat apa yang terjadi. "Nas? Loh? Ini kenapa."
"Lu si ah! Makannya dari tadi dengerin."
"Ini kenapa berantakan semua jalan ini? Toko jajanan pada tutup. Terus banyak kert-"
"SHHT! SHHT!" Belum selesai menebak, seseorang memanggil mereka. Merekapun mencari dari mana asal suara tersebut.
"Woooy!" Suaranya pelan, tapi terdengar seperti memanggil. Suaranya siapa sih? Hmm. Oh! Kak Cantika. Mana orangnya?
CANTIKA
"Wooy!"
Dasaaarr. Kupingnya bud*g apa ya? Adeeh. Kudu lari ini.
Dep dep dep dep dep
"Oh? Kenapa?"
"Cepetaaann lari kesini."
Mereka berhenti lari dibelakang pilar gerbang gedung utama.
"Ngapain?"
"Pelanin suara!"
"Ngapaaiinn?" Suara berbisik terdengar.
"Kalian siap-siap lindungin diri sendiri kalo tiba-tiba mereka lihat kita. Hampir jam-nya!"
"Hah?"
490 reader will be return. Salam author :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Angin Pada Raina [End]
Novela JuvenilSegalanya tersurat dalam sebuah buku bertuliskan *diary* Jangan lupa Vote dan masukin ke Perpustakaan kalian ya :) Simak kelanjutannya di KoalaTalk