Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah sekaligus hari dimana MOS dilaksanakan.
05.30 dengan dua koper dan satu tas ransel, Raina sudah siap untuk pergi berangkat ke sekolah baru.
"Udah belom semuanya? Jangan sampai ada yang ketinggalan ya. Nanti males gue nganter baliknya." Ucap kakak lelakinya, Tian berusaha menghibur Raina.
"Udaaah." Jawab Raina
"Yaudah, yuk. Masuk ke mobil, nanti telat loh!" Saut ayahnya, Vandi.Tian ikut mengantar Raina ke sekolahnya. Raina sendiri yang memilih sekolah itu. Biasanya, anak anak SMA lebih memilih untuk menjadi anak fullday, daripada anak asrama. Tapi entahlah Raina memang begitu. Beda dari yang lain.
Sesampainya didepan gerbang sekolah Danees Knack Boarding School yang biasa disingkat DAK, Vandi memarkirkan mobilnya diparkiran. Suasana sekolah sangat ramai. Ditambah masuknya siswa baru.
Belum ada yang diberitahu siapa teman sekamarnya dan dimana kamarnya berada. Ruang berapa, lantai berapa. Belum ada yang tau kecuali kelas apa yang akan mereka tempati.
"Baik baik ya nak, nanti kalau ada apa apa telfon ayah ya. Kalau ayah nggak bisa bales, telfon kakak." Ucap ayahnya sambil mengecup jidat Raina.
"Iya."
"Kalau kangen gue nggak usah nangis ya!" Saut Tian
"Apaan sih lo, siapa juga yang mau kangen sama lo.""Tes, tes. Baiklah, sepuluh menit lagi, silakan semua murid baris sesuai kelas. Barang-barang dapat diletakkan disisi kanan kalian, didekat UKS. Orangtua bisa meninggalkan sekarang. Permisi."
Suara seorang anak muda yang terdengar lumayan sopan itu memberikan kami perintah untuk segera mebuat barisan.Ayah dan Tian sudah pergi meninggalkan.
Tinggallah diriku sendiri disini, mencari-cari kartu identitasku. Mati gue, batinku saat mengetahui bahwa kartu identitasku tidak ada di dalam ransel warna unguku itu.Saat tengah sibuk mencari, ternyata waktuku tinggal lima menit. Gawat!
"RAINA?? RAINA NATASHA?"
Buset, itu siapa manggil manggil gue? Batinku saat seseorang meneriakkan namaku. Kuangkat saja tanganku jadi dia bisa tahu aku.
"Eh, lo Raina ya? Nih. Kartu identitas lo gue temuin di lantai koridor."
Oh ternyata! Untung banget kartuku ditemuin. Yah, walaupun sama orang yang agak miring.
"E-eh i-iya. Makasih ya."
"Kenalin, gue Kinas. Lo anak Seni-Musik1 ya?""I-iya. Salam kenal Kin. Lo anak kelas apa?" Balasku seraya mengalungkan kartu identitasku supaya tidak hilang lagi.
"Sama kita! Hehe, bisa gini ya.""Murid murid MOS silakan baris dihalaman sekarang. Hitungan mundur 10, 9, 8, ......"
"E-eh itu udah dipanggil. Yuk!" Kinas menarik tanganku dengan erat. Aku bisa saja jatuh kalau aku tidak segera lari mengikutinya.
Kami berbaris membuat kira kira 10 banjar untuk masing-masing kelas 2 banjar. Halaman sekolah ini cukup luas, tapi dibagi menjadi 3. Yaitu lapangan basket dan futsal. Sehingga dapat mencakup kurang lebih 350 orang.
Setelah kami berbaris, kami membuat bundaran-bundaran besar perkelas ditengah lapangan. Didalam bundaran-bundaran inilah kakak-kakak OSIS memberitahu dimana letak kamar dan kelas kami.
Baru dua orang yang aku kenali disekolah ini. Kinas dan kakak OSIS Cantika. Bersama kelima 'calon' teman kamarku dan Kak Cantika, kami digiring menuju letak kamar kami.
Kamar ini luas untuk lima anak dan perabotannya. Memiliki balkon kecil yang dapat kami gunakan untuk menghirup udara segar. Kamar yang terletak di gedung perempuan ini berada di lantai paling atas. Yaitu lantai empat.
Untunglah, Kinas sekamar denganku. Sungguh tuhan sangat adil padaku. Sehingga sudah ada teman yang dapat aku ajak bicara sebelum berkenalan dengan teman lain.
"Yaudah, jam 08.30 semua turun bawa alat tulis terus kumpul ke gedung inti ya. Nanti setelah itu dikasih tau mau ngapain."
"Baik kak." Ucap kami serentak.
"Oke, gue tinggal dulu ya. Kalau ada apa-apa, keluar kamar aja terus teriak 'TOLONG!! TOLONGG!!' ntar semuanya bakalan dateng oke?"
"Hahahahahah" tawa kami pecah mengisi ruangan yang awalnya sunyi ini.
Kak Cantika keluar kamar dan meninggalkan kami.
Cerita ini berdasarkan bukan kenyataan. Jadi kalo ada yang sama mohon dimaklumi karena kita punya ikatan batin. Heheheh :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Angin Pada Raina [End]
Teen FictionSegalanya tersurat dalam sebuah buku bertuliskan *diary* Jangan lupa Vote dan masukin ke Perpustakaan kalian ya :) Simak kelanjutannya di KoalaTalk