Chapter 13

1.9K 59 0
                                    

Hari, bulan, dan tahun pun berlalu. Kini Raina sudah memasuki kelas 2. Memiliki adik kelas, mengurusi nighclass, membantu memasak sebagai pilihan extranya membuatnya sering jatuh sakit.

Ayah Raina akhir-akhir ini sering datang untuk menjenguk. Sangatlah khawatir sebagai seorang single parents ayahnya.

🎠🎠

Sambil menyanyikan nada nada lagu dengan mulutnya yang ditutup itu, Raina sedang menulis nada/note lagu yang hendak diajarkan olehnya untuk nightclass nanti malam.

"Yaudah. Nanti ya, jam 7. Jangan telat." Kata Aditya sambil mencubit pipi Raina. Setelah itu dia pergi keluar dari perpustakaan.

Mereka memang sering bertemu semenjak Raina menjadi pengajar night class. Simpelnya, dia belajar untuk menjadi tentor yang baik dari Aditya.

Raina menutup buku-bukunya yang berserakan dimeja dan mengembalikan beberapa kembali ke rak.

Tes.

Sesuatu jatuh. Sangat lembut. Tapi berbekas. Darahnya jatuh lewat hidung. Mimisan. Sesuatu yang satu tahun ini belum pernah terjadi.

Segera ia mengambil tissue yang ada di saku kanannya lalu mengelapkan lembaran itu keatas kertas.

Ck. Ini bakalan berbekas.

Tes tes tes.

Tiga tetes lagi. Kini lebih banyak dan hampir memenuhi ruang kertas.

Yatuhan pusing banget.

Ia kembali mengambil sisa tissue yang sekarang ada diatas meja. Lalu mengelapkanya pada hidungnya dan mulai berjalan keluar.

Saking sibuknya berjalan sambil menahan tissue dihidungnya dan buku-buku tebal ditangannya, ia tertabrak seseorang.

Bruk.

Bukunya jatuh.

Wallahi yatuhan ini repit banget.

"Rei?"

Raina menengokkan mukanya keatas sambil membereskan bukunya.

"Eh? Lo? Hidungnya," itu Cantika. Untung aja cuman Cantika. Gue nggak perlu repot-repot minta maaf.

"Kak, bantuin dong."

"Eh iya. Tapi, sini sini. Bukunya gue bawain."

"Nggak usah nggak papa. Gue mau langsung ke kamar."

"Lu bego? Ke UKS lah!"

Setelah itu Cantika menarik tanganku berlari ke UKS.

Ternyata, darahnya sudah sampai baju. Jadi, dasi dan sisi-sisinya berubah menjadi warna merah.

"Ini parah banget. Coba gue temenin ke kamar mandi terus lo ganti baju pake baju ini." Salah seorang petugas UKS menjulurkan baju berwarna biru muda dan mengantarku ke kamar mandi.

"Makasih."

"Habis ini, lo minum obatnya ke Hana terus lo bakal dianter ke kamar lo. Gue udah mau tuker jam."

"Iya, makasih."

🎠🎠

Aku terbangun. Suasana sangat sepi. Angin sepoy-sepoy masuk dari celah jendela. Aku mencoba bangun dari tempat tidur dan melihat jam.

Hah? Serius ini jam 8 lewat. Aduh. Kan ada janji sama Aditya.

Cepat-cepat aku berdiri, mengambil buku lalu keluar kamar. Angin malam langsung menampar mukaku.

Aku berlari menuruni lantai koridor dan menyebrangi lorong. Karena alasan tangga depan ditutup, aku harus melewati lorong disamping gudang, UKS, dan kamar mandi umum.

Udahlah nggakpapa. Lagian cuman mitos.

Memang saat berlari melewati lorong itu, angin terasa lebih dingin. Mencekamlah. Gelap lagi!

Plok plok plok.

Suara sandal berhenti memasuki ruangan. 

"Rei! Sini!" Panggil Kinas dari salah satu tempat duduk.

"Aditya mana?"

"Oh iya! Tadi dia nyariin lo. Tapi gue bilang kalo lo habis aja mimisan dan masih istirahat di kamar."

"Terus dia bilang apa?"

"Dia bilang Ooh oke deh. Gue duluan ya, Nas."

"Haaaassss. Gue lari-lari di lorong sendirian gelap-gelap, eh taunya nggak jadi."

"Hahah!"

Lesu. Yaudah deh harapan gagal.

"Eh, tuh Aditya dateng." Ucapan Kinas membuat semangat Raina tumbuh kembali.

Cepat-cepat aku mengambil kembali buku ku dan berlari ke arah Aditya.

"Kak!"

"Loh? Udah sembuh?"

"Udah. Sorry ya, tadi kelamaan tidurnya."

"Beneran udah sembuh? Gue malah ngira besok pagi aja biar lo tambah fit. Langian kan cuma latihan. Tapi bagus deh kalo udah sembuh."

"Heheheeh."

"Gue lupa ngebawa buku gue. Habis gue kira nggak jadi. Sini deh duduk dulu."

"Iya."

Tak terasa mereka sudah bercakap dan bercanda tawa sampai jam night class selesai.

"Kak, udah dulu ya. Udah selesai nih."

"Oke. Hati hati ya."

"Iya."

"Jangan lupa mandi."

Heh? Oh iya! Aduuuhhh! Gue belom mandi dari tadi. Tau dari mana coba?

"Eh? Oh iya! Tapi, tau dari mana? Gue bau ya?"

"Hahaha! Enggak kok. Tuh baju lo masih pake baju UKS."

Aduh! Malu banget. Gue nggak sadar juga tadi kesini pake baju apa. Yang penting kan gue ketemu Aditya.

"Oh iya! Aduh lupa banget. Sorry banget ya, Kak."

"Hahahah! Nggak papa."

"Bye." Kataku sambil melambaikan tangan dan berjalan bersama Kinas menuju ke kamar.

SORRY YA NGGAK UPDATE BERMINGGU-MINGGU. AUTHOR HABIS SAKIT NGHEHE.

Angin Pada Raina [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang