Bruk!
Kinas meletakkan tasnya sembarangan. Terlihat muka capek di raut wajahnya. Ya, walau hanya belajar 6 jam, mukanya terlihat sangat capek.
"Itu kakak kelas siapa sih?! Sok deket banget deh, panggil-panggil dedek-dedek. Geli ngerti nggak?"
Ucapnya kesal.
"Hahahaha! Dia suka lo kali. Sumpah deh bakalan lucu kalo kalian pacaran atau semacamnya. Hahahah."
"Rei! Amit-amit banget! Boro-boro juga gue ngapain mau pacaran sama dia. Yang ada, gue di apa-apain sama dia."
"Eeehh! Asal lo mikirnya. Siapa tau didalemnya dia itu orangnya baik, nggak genit, penyayang. Siapa tau loh?"
"Lagian disini nggak boleh pacaran. Rumor-rumornya, ada alumni sini yang ketauan pacaran sama adek kelasnya. Terus diturunin deh pangkatnya dari papan leaders."
"Papan leaders? Gue nggak pernah denger."
"Besok deh, liat."Setelah itu, kami mengganti baju kami dan tidur siang. Tak lupa, kami menyalakan alarm untuk materi sore atau biasa disebut night class.
"Setiap night class, masing-masing harus membawa peralatannya sendiri." Ujar sang tentor memberitahu murid-muridnya.
Night class hanya diperuntukkan kepada anak-anak Musik1,2,3 dan SeniMusik1,2,3.
"Pembagian kelompok alat musik akan dimulai sebentar lagi. Jadi, tolong siapkan bolpoin untuk mengisi daftar nama."
Disitu tercantum empat pilihan. Gitar, piano, biola, dan harmonika.
Piano; mengingatkanku kepada hari lalu dimana aku pertamakali melihatnya. Alunannya yang indah, membuatku seolah ingin kembali lagi mendengarkannya memainkan piano."Kalian pada milih apa?" Kata Sandya seraya menghampiri Raina dan Kinas yang tengah bimbang memilih kelompok apa.
"Belom tau gue."
"Sama. Lo apa San?"
"Gue harmonika. Kayaknya seru.""Wih! Besok kalau udah pinter main-nya boleh laah sekali-kali denger lo main." Ujar Kinas memberi semangat.
"Pastii laah."15 menit kemudian.
"Baiklah. Cepat saja, kelompok harmonika, silakan berkumpul dibagian kiri aula. Kelompok biola dibagian kanan. Kelompok gitar tengah, dan kelompok piano ikuti saya saja." Ucap kakak kelas itu dengan bahasa sopannya.
Kinas memilih biola.
Sandya memilih harmonika.
Aku memilih piano.Jadi, kami tidak akan ada dalam satu lingkaran atau satu kelompok setiap malamnya.
Kami (kelompok yang memilih piano) mengikuti kakak kelas tadi yang memberi perintah untuk mengikutinya. Kami dibawa keluar, lalu menuju ruang musik.
Sesampainya diruang musik,
Dug! Dug! Dug!
Ternyata ada Aditya juga disitu. Ini awkward sebenarnya. Tapi Aditya belum tahu namaku. Jadi, tidak akan aneh kalau dia bakal memanggilku 'dik' atau bahkan 'lo'."Oke. Acara malam ini perkenalan aja. Gue Randi Kamil. Panggil aja Raka. Dia (sambil menunjuk ke salah seorang temannya) Naomi, Lukas, Aditya, Diandra."
Sambil mengenali wajah-wajah itu dan menghafal namanya. Tentu, Aditya lah yang paling ku hafal.
"Silakan perkenalkan diri kalian masing-masing. Dimulai dari kamu yang pakai baju biru."
Ucapnya sambil mendongakkan sedikit kepalanya untuk memberi petunjuk."Gue Nabila. Panggil aja Bila."
"Gue Yasinta."
"Gue Zaskia." Dan begitu sampai tiba giliranku.Aku lihat Aditya menatapku. Aku sedikit gugup, antara melihatnya atau jangan melihatnya. Tapi aku tetap berbicara.
"Gue Raina."
Setelah itu hanyalah pemberian materi untuk dipelajari. Lalu kami kembali ke aula untuk dipersatukan kembali dengan kawan-kawan kami. Lalu kami dipersilahkan untuk kembali ke kamar dan tidur.
Sang along to Drive - Bersama Bintang for your sleep lullabies.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angin Pada Raina [End]
Ficção AdolescenteSegalanya tersurat dalam sebuah buku bertuliskan *diary* Jangan lupa Vote dan masukin ke Perpustakaan kalian ya :) Simak kelanjutannya di KoalaTalk