4: Latihan Lagi

641 29 0
                                    

4
Dave

"Kamu atau Dylan mesti jadi petugas upacara. Biar orang-orang liat kalau ada bule yang cinta Indonesia dan bisa baris berbaris kaya gitu."

Aku teringat ucapan Bu Neida─guruku yang lumayan gaul─ minggu lalu. Hal yang membuatku jadi berdiri disini sekarang.

"Saya bukan bule, Bu."

"Ya kan setengah bule. Mayan lah."

Akhirnya aku mengiyakan saja. Dylan sudah ditanyai juga, tetapi dia gak mau. Bad boy kaya dia, mana mau baris berbaris. Cukup membanggakan juga kok jadi petugas upacara 17-an.

Sekarang hari Minggu, 16 Agustus. Besoklah waktunya. Harusnya hari ini aku santai-santai di rumah, tapi tetep harus ke sekolah untuk latihan lagi. Aku gapapa sih, ada banyak temen juga.

Aku tak menyadari bahwa dari tadi aku memperhatikan Vira. Ya, teman sekelasku yang juga terpilih menjadi petugas.

Saat sadar, aku langsung mengalihkan arah pandangku. Tidak, aku tidak menyukai Vira. Aku tetep harus jadi sahabat baik buat Danny yang sudah menyukainya sejak sangat lama. Semua orang tau itu.

Mereka nggak terlalu dekat kelihatannya, tapi aku tau mereka sering ngobrol tanpa sepengetahuanku. Mungkin chat atau telponan saat lagi enggak di sekolah.

"SIAAAPPP..... GERAK!" suara Hendrik─si komandan upacara─menyadarkanku dari lamunan.

Zret. Semuanya langsung bersiap.

"MAJUUUU.... JALAN!"

Kami maju, membentuk sebuah barisan. Ini cuma briefing, belum upacaranya.

Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling lapangan upacara. Ada teman-temanku yang juga petugas berbaris rapi, guru-guru yang melatih, dan orang tua murid yang mengantar.

Di antara orang tua murid, aku melihat seorang anak laki-laki seumuranku. Loh, Danny? Kok dia disini?

Ia membawa sebuah tas. Tumben. Biasanya cowok ga pernah bawa ta─

Eh. Itu bukan tasnya. Kuperhatikan, warnanya pink muda, wkwkwk. Ga mungkin lah cowok kaya Danny bawa tas warnanya gitu.

Oiya, aku inget. Itu tasnya Vira. Wth, dia nungguin Vira?

Aku menepis pemikiran anehku. Yaudah sih Dave. Emangnya kenapa?

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Dasar aneh aku ini. Aku ga suka Vira.

Lalu tiba-tiba saja cewek itu ada di sebelah Danny. Lah, kapan dateng juga?

Ia mengambil botol minum dari tasnya yang sedang dibawa Danny tadi, minum, lalu pergi menjauh lagi. Ia menuju posisinya─

Wait what? Semuanya sudah berpindah ke posisinya masing-masing, artinya latihan upacaranya sudah mau mulai!

Astaga. Aku melamun?!

"DAVID KENNEDY! Woy! Bengong aja!" bentak Hendrik.

Aku yang masih belum lepas dengan pemikiran tentang Vira jadi salah bicara..

"Eh iya maaf Vir!" seruku.

Ups.

Semua langsung memandang ke arahku.

Guru-guru, para petugas upacara,

Vira.

Juga Danny.

Damn.

You're dead, Dave.

Real Friends? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang