33: Kisah

221 15 0
                                    

33
Vira

Trip sudah selesai. Kami sudah pulang. Aktifitas sehari-hari kembali. Rutinitas yang sama. Berangkat pagi, pulang sore, sampai rumah istirahat sebentar, belajar, makan, belajar, lalu tidur. Setiap hari siklus yang sama hanya terus di ulang tanpa kejadian apa pun setelah satu hari yang panjang pada saat trip. Hari di mana kami mendapat surat kedua dari Anita setelah surat fitnah. Anita sepenuhnya menghilang, tanpa jejak. Ia tak ada di sekolah. Rumahnya di mana juga kami tidak ada yang tahu. Ia benar-benar hilang, seperti tak pernah hadir dalam hidup kami sama sekali.

Soal Anita yang ternyata seorang teman palsu atau biasa disebut fake friend, pembohong dan pengkhianat tak begitu kupedulikan. Aku tidak menyimpan dendam padanya sama sekali. Sungguh aneh memang, setelah semua yang ia lakukan, setelah ia menjatuhkanku dalam jurang dalam di mana aku terus difitnah dan dijauhi oleh sahabatku sendiri, aku hanya memafkannya semudah itu. Aku memaafkannya meskipun ia tak tahu itu.

Baru-baru ini aku teringat pesannya di surat soal email yang ia kirimkan kepadaku. Pesan itu tertulis di surat yang ia berikan pada kami. Ia bilang di email itulah ia menceritakan semuanya, tentang dendamnya padaku. Sebuah perasaan yang ia simpan padaku karena suatu hal yang telah kuperbuat padanya, entah apa pun itu. Aku tidak ingat bahwa Anita pernah ada di masa laluku, apa lagi mengingat pernah membuat kesalahan padanya.

Maka, hari ini, yang di awal berlangsung seperti biasa, menjadi sedikit melenceng dari siklus. Kuubah alur hari ini sehingga waktu belajarku tersita, namun itu bukan masalah. Aku sengaja menyempatkan diri untuk melihat email. Aplikasi itu tak pernah kubuka sama sekali. Sekalinya kubuka hanya ketika aku lupa password akun Instagram-ku yang membuatku harus me-reset-nya lewat e-mail.

Kulihat notifikasi yang ada. Dari Wattpad. Youtube. Instagram. Aplikasi-aplikasi yang lain. Sampai akhirnya kutemukan hal lain yang terselip. Ini dia, pesan dari Anita.

Aku men-scroll bagian yang tidak penting. Aku hanya ingin langsung membaca isinya. Intinya, hal apa yang ingin ia ceritakan. Dan aku menemukan sesuatu; sebuah cerita yang terpendam di masa laluku.

Ingatkah kau? Ini terjadi sembilan tahun yang lalu, saat seorang Jeinna Alvira Shyarina masih berada di sebuah taman kanak-kanak.

Itu paragraf pertama, singkat, hanya satu kalimat yang mengandung nama lengkapku. Rasa pertama yang mendatangiku adalah heran. Anita hapal nama lengkapku yang bahkan jarang kusebutkan. Di tugas dan hal-hal lain, nama yang kutulis hanya 'Vira S.' Ah, sudahlah, tidak terlalu penting. Kulanjutkan membaca ke paragraf kedua.

Alvira, panggilan anak itu semasa TK. Tetapi dengan singat dan jelas ia berkata pada teman-teman sekelasnya bahwa ia lebih suka dipanggil Vira saja, maka semuanya menurut. Vira adalah anak yang ceria dan selalu menghadapi semua hal dengan senyuman. Disaat yang lain bersedih karena hal kecil, ia akan menghibur mereka semua. Itu juga hal yang ia lakukan pada seorang anak. Anita Melanie Larzio, nama anak itu. Panggilannya Melanie, tapi Vira suka menyingkatnya menjadi Lanie, katanya itu lebih imut dan cocok untuknya.

Seketika, pikiranku melayang kembali ke masa lalu. Alvira dan Melanie. Vira dan Lanie. Itu yang pertama kali terberisit di otakku. Panggilan lamaku dan nama seorang anak yang pernah kuhibur dulu. Anak perempuan yang lebih pendek dariku, rambutnya selalu dikepang dua, dan wajahnya begitu manis.

Hey. Ciri-ciri itu. Bukankah itu ciri-ciri yang familiar? 

Lanie selalu bersedih. Tidak seperti anak-anak lain yang dihibur Vira, yang hanya menangis karena jatuh saat berlari atau makanannya diambil anak lain. Masalah Lanie lebih rumit. Lanie tidak punya orang tua. Orang tua Lanie sudah lama meninggalkan dunia karena sebuah kecelakaan. Lanie diasuh nenek kakeknya yang hidup serba sederhana. Kasarnya nenek kakek Lanie adalah keluarga yang tergolong.. miskin.

Real Friends? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang