11: Ruang BK

348 18 0
                                    

11
Danny

#2£1%4&3%5£6*?30?!6*!?!!!!

Dasar Dylan!!! Gara-gara ulahnya yang konyol yaitu minta ditemenin bolos, aku jadi harus masuk ruangan ini. Males banget. Mendingan ngerjain soal Matematika, nggak bikin reputasiku hancur!

Bu Sarah menghela napas. "Dylan. Kenapa kamu itu selalu saja bikin ulah? Sampai bosan ibu melihat kamu di ruangan ini."

"Ya makanya ga usah suruh saya kesini Bu, gitu aja gak susah kan?" jawab Dylan santai.

"Mending disuruh kesini atau disuruh pulang sambil bawa surat dari saya buat orang tua kamu?"

Mau jawab apa lagi kamu Dyl?

"Ya mending kesini, lah Bu!" lagi-lagi ia berkata dengan santai.

"Makanya!

"Kamu, Dave, kenapa ikutan bolos juga? Kamu sudah hebat bisa terpilih jadi petugas upacara tujuh-belasan. Kalau ketahuan bolos begini, tugasmu itu bisa ibu pindah ke orang lain!"

Dave langsung tersentak. "Eh, tidak Bu! Saya bisa jelaskan!"

"Jelaskan," pinta Bu Sarah tanpa basa-basi.

"Tadi saya diminta keluar sama Pak Iwan untuk manggil Danny yang gak balik-balik dari toilet. Terus ternyata Danny...─"

"Saya disuruh Dylan buat nemenin dia bolos, Bu," aku memotong kalimat Dave.

Bu Sarah langsung menatap tajam ke arah Dylan. "Benarkah itu, Dylan?"

"Fitnah Bu!"

Lah? Masih bohong juga anak itu? Parah.

"Justru Danny yang minta saya temenin dia bolos!"

Haduh... Apaan lah Dylan ini. Bu Sarah terlihat sangat frustasi menghadapi alasan-alasan kami. Beliau memegangi kepalanya sambil geleng-geleng. "Ibu sampe bingung hadepin kalian."

Krieett... Pintu ruangan dibuka. Dylan, Dave, Bu Sarah dan aku spontan menoleh. Di ambang pintu, terdapat tiga orang anak perempuan...

Hah?! Vira, Ayra dan Maritza?

"Astagaa, ada apa ini? Kenapa pada kesini semua sih?" keluh Bu Sarah. "Duduk, kalian bertiga."

Mereka bertiga duduk di kursi yang ada di belakangku, Dave dan Dylan. Vira menatapku sambil menggigit bibir. Aku menaikkan alis, mengisyaratkan "kenapa?" Namun Vira hanya menggeleng.

"Ibu tanyakan kepada guru kelas kalian masing-masing dulu lah, dari pada pusing kaya gini. Huhh..." Bu Sarah menggelengkan kepala, lalu berjalan keluar ruangan.

Lalu kembali lagi. "Jangan kabur ya. Ibu mau bicara sama kalian habis ini."

Ruang BK menjadi sumpek, karena diisi oleh banyak orang. Enam orang coba. Ini apaan sih? Biasanya yang ke ruang BK disini itu cuma satu dua orang, bukan enam. Hadeh.

"Kata mama, BK itu harusnya kaya buat curhat anak ke guru BK. Kenapa jadi identik dengan 'bikin-masalah-terus-masuk-BK' gini?" kata Vira.

"Alah, sekarang gurunya ga ada aja lo tetep curhat," Ayra berkomentar dengan pedasnya, sambil menatap Vira dengan sinis.

"Kenapa sih? Masalah banget," balas Vira. Kenapa mereka jadi seperti musuh bebuyutan begini?

"Sekolah udah salah mengartikan kali ya," Dave mengomentari ucapan Vira tadi.

"Iya kali," aku ikut-ikutan menjawab. Dari pada diem aja.

"Sekarang ruang BK malah jadi tempat favorit anak kaya Dylan," tambah Dave.

"Apaan sih kamu?" Dylan menjawab dengan ketus.

Ayra masih menatap Vira dengan sinis, begitu juga Maritza. Dave dan Dylan beradu mulut. Suasana ruangan yang udah sumpek ini jadi makin panas aja.

Ya Allah, cobaan macam apa ini?

Real Friends? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang