KARENA JONES INGIN DIMENGERTI

5.1K 362 223
                                    

Author : Icha_cutex

.
.
.
.
.
.
.
.

***

Siti memainkan ujung rambut ikalnya dengan ujung garpu sambil kakinya diayunkan pelan. Garpunya masih bersih, tentu saja. Bukan bekas menusuk daging yang berlumuran saus pedas, apalagi garpu pedagang siomay. Kakinya menggantung, tak berpijak di tanah. Bukan karena dia sejenis Suketi ataupun Nyai Kunthi. Siti makhluk sejenis manusia, yang bernyawa dan makan nasi. Hanya saja tubuhnya tak setinggi Raisa, tapi tak sependek temannya Mbak Yul yang bernama Ucil juga. Karena itulah saat duduk di berbagai kursi, kakinya selalu menggantung bebas.

Diedarkan pandangannya pada meja-meja yang sudah dipenuhi pasangan. Entah pasangan kekasih beda jenis maupun sesama jenis, pasangan muda-mudi hingga usia senja, bahkan pasangan beda generasi yang selalu membuat cetar di mana pun berada. Hanya dirinya, sendirian. Duduk dengan wajah dilipat layaknya tagihan hutang. Begitu rapat tersembunyi enggan menampakkan diri terang-terangan. Hatinye menjerit dalam kegamangan tertahan, "Hidup ini pedih, Tuhan!"

Siti menyesal memilih tempat ini sebagai tujuan melarikan diri dari malam minggunya yang mengenaskan. Anak kos yang tinggal jauh di perantauan, hanya bisa menerima saja keadaan yang ada. Seperti dua tahun terakhir ini, ia harus rela menjadi obat nyamuk bagi teman satu kamar kosnya. Hampir setiap hari, terlebih di malam minggu seperti ini.

Kekasih Rini, teman satu kamarnya, amat rajin berkunjung ke kos. Sudah seperti minum obat yang sehari tiga kali. Tukang koran saja kalah jika intensitas kehadirannya dibandingkan dengan Dodi. Matahari belum sempat mengintip saja, Dodi sudah berdiri di depan pintu sambil membawakan nasi bungkus untuk sarapan Rini. Siangnya, saat Siti pulang dari kampus, matanya sudah dinodai oleh drama makan siang dari pasangan kekasih yang mendadak usianya mundur ke masa remaja. Belum lagi saat malam, seperti saat ini. Keduanya akan duduk dengan Rini bergelayut manja atau menempelkan bokong berlapis celana pendek seragam tidur bergambar totol-totol keluarga Dalmation, di atas paha Dodi. Kalau sudah begini, apa salah jika Siti merasa frustasi dan pindah lapak ke sebuah warung pinggir jalan. Meskipun di tempat ini, keadaannya juga tak jauh beda. Bahkan lebih menyeramkan karena pasangan yang dilihatnya lebih dari satu. 

Bukan pertama kali Siti melarikan diri seperti ini. Bahkan ia pernah lari ke sawah dan memilih kencan dengan belut, daripada ia jones dalam kamar sementara Rini dan Dodi asyik memadu kasih di bawah pohon cabe depan rumah kos. Lebih baik Siti memadu kasih dengan belut di bawah pohon pisang. Setidaknya, ia punya pasangan. Walaupun berbeda jenis, generasi, rupa, dan habitat.

Kalau hujan dan tak bisa melarikan diri keluar, Siti memilih masuk ke kamar mandi. Mengunci rapat-rapat kemudian mengucurkan air kran dengan kencang. Tak peduli ibu kos akan mengomel tentang tagihan air. Di dalam sana, Siti menjerit dan meraung-raung sampai suaranya habis. Menjerit di dalam air, menjadi pilihan Siti. Sekalian bisa minum jika kerongkongan terasa kering karena berteriak. 

"Tuhan kirimkanlah aku ... kekasih yang baik hati. Yang mencintai aku ... apa adanya."

Sudah menjadi doa rutin Siti setiap kali merasakan nasibnya yang tak kunjung mendapatkan kekasih. Jika memang belum mendapatkan dalam waktu dekat, tidakkah Rini dan Dodi memadu kasihnya di tempat lain saja. Jangan di depan matanya, di dekat tubuhnya, di samping pantatnya, juga jangan di bawah meja untuknya belajar.

Mana hati nurani temannya itu? Tertinggal di dalam mulut saat bertukar saliva di depan kamar? Atau tertelan bersama nasi uduk yang disuapkan setiap pagi? Mungkin juga sudah larut bersama sianida yang ditelan Mirna. Entahlah. Siti hanya berharap dirinya yang jomblo, dimengerti statusnya. Agar ia tak semakin menjambaki rambut, mencakari tembok dan menggigiti kasur lipat saat rasa iri itu datang.

Kaki Siti menapak lantai. Dengan cepat ia berjalan menuju seorang laki-laki yang duduk manis menerima uang. Begitu kasir menyebutkan angka dari kalkulator berlapis plastik kusam, Siti langsung menyodorkan uangnya. Cukup dua puluh lima ribu saja ia keluarkan untuk dua porsi makan malam dan segelas es teh. Murah sekali untuk kantong kaum kere sepertinya.

"Kok sendirian aja, Neng," tanya laki-laki yang menjabat sebagai kasir di warung tersebut pada Siti.

"Memangnya nggak boleh ya kalau dateng sendirian?" tanya Siti balik dengan nada malas menanggapi.

"Boleh aja sih. Kan malem minggu, biasanya yang dateng ke sini pada bawa pasangannya." Si lelaki tampak menaikkan alis kanannya dan kembali bertanya pada Siti, "Neng ... jomblo ya?"  

"Kok situ kepo amat sih!" ketus Siti.

"Nggak kepo, cuma penasaran aja. Kalau makan di warung sendirian itu ... selain karena nggak ada temen, alasan lainnya karena jomblo. Iya kan? Temennya pasti sibuk pacaran dan neng lagi jomblo," tebak si kasir yang nyatanya sangat amat tepat dan akurat.

Siti tidak tahan lagi. Ia menyambar uang kembalian yang disodorkan kasir kepo tersebut. Langkahnya cepat meninggalkan warung sialan, dengan amarah yang mulai menampakkan diri bak jilatan api monas di atas kepala. Sudah cukup ia mendapatkan rasa iri karena Rini dan Dodi mengumbar kemesraan di kos dengan suara kikikan manja, erangan genit, desah tertahan juga kecup menggila. Jangan lagi ia harus ditanya apa statusnya. Ia J-O-M-B-L-O. Cukup tahu saja, tidak usah diperjelas, diungkit, dipertanyakan juga alasannya. Hatinya sudah miris terluka, jangan disiram kuah seblak level pedas mampus. Lama-lama Siti bisa gila juga.

Apa salah kalau dirinya yang jomblo hanya ingin dimengerti. Seperti Bang Doni yang mau mengerti wanita lewat tutur lembut dan laku agung. Apa perlu Siti menulis surat pada DPNJ ( Dinas Pemerhati Nasib Jomblo) agar memberi peringatan tegas pada kaum berpacaran, agar tidak sembarangan memadu kasih di dekat kaum jomblo. Agar nasib jomblo tak ngenes-ngenes amat.

___________________

Mari ramaikan cerita ini dengan tawa bahagia kalian.

@AndiAR22, @whiteghostwriter, @glbyvyn, @nisaatfiatmico, @irmaharyuni, @c2_anin, @deanakhmad, @Nona_Vannie, @megaoktaviasd, @umaya_afs, @meoowii, @Icha_cutex, @rachmahwahyu, @windazizty, @0nly_reader, @summerlove_12, @bettaderogers, @vielnade28

@Iamtrhnf, @spoudyoo, @TriyaRin, @Reia_Ariadne, @TiaraWales, @beingacid, @nurul_cahaya, @somenaa, @realAmeilyaM, @fairygodmother3, @destiianaa, @opicepaka, @RKSnow, @umenosekai, @aizawa_yuki666

@veaaprilia, @MethaSaja, @sicuteaabis, @brynamahestri, @EnggarMawarni, @NyayuSilviaArnaz, @xxgyuu, @SerAyue, @Bae-nih, @nurr_salma, @intanrsvln, @YuiKoyuri, @herauzuchii, @holladollam, @Juliarosyad9, @fffttmh, @Anjaniajha, @Keizia09

Jangan lupa, tinggalin recehan untuk Siti. Atau cowok pun boleh, biar enggak ngenes banget!

Happy reading, all!

Cipok basah dari admin.

Tim UE:
@chocodelette, @KedaiCerpen1, @demimoy, @Riaa_Raiye, @alvisyhrn, @dyaragil

Realita JONESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang