Malaikat Juga Jones

600 57 37
                                    


Apakah kamu pernah bertanya, apa seorang malaikat pernah jatuh cinta?

Tentu saja pernah, dan disini aku akan menceritakan kisahnya.

---

Kita menyebutnya malaikat, sosok manusia dengan sayap putih di punggungnya. Mereka bertugas untuk menjemput arwah-arwah yang berhasil hidup dengan baik di dunia. Mereka tak memiliki nama, namun mereka dapat bahagia dengan kehidupannya. Walaupun terkadang, mereka selalu bertanya tanya mengapa ... karena mereka sang Malaikat bersayap putih, hanya menjemput arwah orang orang baik.

"Kita harus segera pergi ke distrik A! Terjadi penembakkan membabi buta di stadium yang sedang menyelenggarakan konser," ujar salah satu malaikat yang kebetulan sedang bersamanya di distrik B.

"Baiklah." Ia menjawab dan segera bergegas untuk terbang bersama kumpulan malaikat bersayap putih, maupun hitam.

Setibanya di tempat kejadian, ia langsung membantu satu per satu arwah yang berada di sana untuk berjalan ke arah cahaya. Tentunya dengan bantuan benda semacam tablet yang dibawa oleh setiap malaikat. 

Ia melihat arwah terakhir yang harus dibawa olehnya, sedang duduk melihat kerumunan malaikat yang sedang menuntun manusia menuju cahaya itu.

"Aku ... sudah mati?" tanyanya saat sang Malaikat menghampirinya.

"Ya, dan aku bertugas untuk menuntunmu masuk ke cahaya itu." Balas malaikat itu. Arwah itu mengernyit dan melihat sekelilingnya.

"Aku tak melihat sebuah cahaya. Lagi pula, aku belum mau mati!" ucap arwah itu dengan tegas.

"Apa ada sesuatu yang membuatmu penasaran? Aku akan membantumu. Karena tugasku tak akan selesai sebelum aku menuntunmu menuju cahaya itu." Malaikat itu kembali menjawab pertanyaannya.

"Aku tak memiliki satupun rasa penasaran. Impianku sudah terwujud, setidaknya beberapa jam yang lalu sebelum penembakan membabi buta ini terjadi," ucapnya santai. "Dan namaku Clara."

---

Sudah berhari hari berlalu, tapi Clara belum juga berhasil dituntunnya menuju cahaya. Membuat sang Malaikat kebingungan harus melakukan apa pada arwah itu, sementara ia pun harus sibuk mengantarkan para manusia yang sudah meninggal. 

"Hei, Putih! Apa kamu memiliki nama?"

Sang Malaikat mengernyit tak suka saat Clara memanggilnya dengan sebutan 'putih'.

"Semua malaikat tak memiliki nama," jawabnya singkat. Clara mengangguk seakan ia mengerti dan memikirkan sesuatu disaat yang sama.

"Kalau begitu, mulai sekarang namamu adalah Alistair," putus Clara sambil memegang bahu sang Malaikat.

Alistair... Batin sang Malaikat yang berbicara. Sepertinya itu lebih baik dibanding putih.

"Terserah apa katamu. Seharusnya kamu segera pergi dari dunia, apa kamu tak ingin masuk ke dalam cahaya?" tanya Al, sang Malaikat. 

"Memang ada apa di dalam cahaya itu?" Clara membalasnya dengan sebuah pertanyaan. Membuat sang Malaikat terkekeh pelan dan menerawang jauh ke atas langit.

"Aku ... tak tahu," ujarnya. "Aku bertugas hanya untuk menuntun, bukan untuk membawa kalian langsung ke sana. Para sayap hitam berkata ia membawa para arwah itu ke neraka, apa artinya kami para sayap putih membawa kalian ke surga?" Sang Malaikat berujar tak yakin.

"Omong omong, ayo kita ke suatu tempat," ajak Clara, "ternyata meninggal itu ada keuntungannya juga. Aku bisa terbang dan tak perlu melakukan aktivitas yang melelahkan."

Realita JONESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang