Cinta dan Jones

214 25 1
                                    

Author : iamtrhnf

*******

Perkenalkan nama gue Jonathan Nestapa. Temen-temen gue biasa manggil gue jones. Ya, karna kebetulan yang amat sangat pula, gue udah menjomblo sekitar lima tahun lamanya. Eitsss ... gue jomblo bukan karna nggak laku ,ya! Hanya saja Tuhan belum menemukan sang bidadari yang cocok dan akan di jodohkan dengan gue.

Nyokap yang mulai bising setiap harinya nanyain ke gue tentang kapan gue akan mengakhiri masa jones gue, contohnya kaya sekarang ini, nih.

"Mana nih calon mantu buat mamak kau ini? Si Dianto saja baru pula lulus kuliah, langsung sebar undangan. Nah kau? Sudah umur berapa sekarang? Masih saja menjomblo," kata nyokap dengan logat Bataknya yang begitu kental. Gue pun bangkit dari sofa yang sedari tadi gue tiduri.

"Belum sempat hunting, Mak," kata gue santai sambil meneguk teh di meja hadapan gue.

"Apa pula kau ini hunting hunting itu!" Gue pun langsung beranjak dari hadapan nyokap menuju kamar tanpa lagi-lagi memerdulikan nyokap yang mulai bernyanyi, menceritakan sepupu gue si Dianto itu yang mau menyebar undangan. Padahal mah si Dianto itu menikah juga karena ceweknya hamil duluan. Ya kali dah gue hamilin anak orang dulu biar nggak jones lagi.

Ngomong-ngomong soal umur, umur gue baru menginjak duapuluh sembilan tahun. Masih terlalu muda untuk menikah, bukan?

Gue pun memutuskan untuk pergi dan menjalanin rutinitas gue setiap di hari libur seperti ini. Ngojek online.

Gue membuka aplikasi Ngo-jek milik gue dan mencoba mencari penumpang. By the way, gue punya pekerjaan tetap sebagai karyawan swasta di bank ternama dan juga posisi yang lumayan enak. Tapi gue pilih ngojek sebagai pekerjaan sampingan karena kebetulan gue hobi banget jalan-jalan dengan motor kesayangan gue ini dan siapa tau gue bisa nemuin cewek cantik sebagai penumpang gue yang bisa gue ajakin nikah hahaha

Tak berapa lama ponsel gue bergetar, pertanda gue sudah mendapatkan penumpang.

'Cinta Laura!?' batin gue dan gue membaca sekali lagi namanya, ternyata Cinta Laurina bukan Cinta Laura.

Gue pikir gue bakal ngojekin Cinta Laura gitu ya, kan.

Gue pun langsung menghubungi sang Cinta. Alah cinta, hahaha.

"Halo, Mbak. Saya Dari Ngo-jek, posisinya di mana ya, Mbak?"

"Ini, Pak. Saya di depan Indonesia Mart. Pake baju putih kerudung abu-abu ya, Pak," kata si Cinta dari seberang telepon sana. Suara nya begitu lembut membuat gue sedikit tersyahdu.

"Oke, Mbak. Saya siap meluncur kesana," kata gue dan langsung siap memakai jaket dan helm bersiap menjemput si Cinta.

Sesampai di tempat tujuan, gue langsung menghubungi Cinta dan memberi tahukan gue sudah sampai di posisi untuk menjemputnya.

"Halo, Mbak. Saya sudah di depan Indonesia Mart, ya," ujar gue dan langsung di jawab 'sebentar' oleh Cinta.

Gue pun menunggu si Cinta sambil sesekali melirik kanan kiri siapa tau si Cinta sudah keluar, tak berapa lama gue merasakan pundak gue di tepuk oleh seseorang. Gue pun langsung menoleh ke sumber tersebut. Dan Subhannallah, maha besar Allah. Seorang bidadari cantik berdiri tepat di sebelah gue, gue menatapnya dengan saksama.

"Maaf, Mas," ujarnya membangunkan gue dari lamunan menatapnya.

"Eh, iya maaf. Mbak Cinta, ya?" tanya gue sambil menggaruk belakang kepala gue yang tidak terasa gatal ini.

"Iya," katanya dengan senyum yang menawan rupanya.

"Oke, Mbak. Ke Puri Cendana, ya?" tanya gue membacakan tujuan si Cinta.

Realita JONESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang