"Aku cuma nganggep kamu sebagai adik aku."
Ini adalah ucapan paling SIALAN yang pernah gue dengar. Jadi apa maksud dari semua perhatiannya selama ini? Kata-kata manisnya yang membuat gue melayang sampai langit ke tujuh, hingga perlakuan special-nya yang membuat gue terjangkit virus baperable.Oke, gue akui, gue emang jomblo, tetapi bukan berarti gue haus kasih sayang hingga butuh sumbangan perhatian cuma-cuma dari cowok kayak dia. Gue menggigit bibir keras-keras, mencoba menahan perih yang menjalar ke ulu hati. 'Wake up! Lo juga punya harga diri!' racau gue dalam hati, kepada diri sendiri.
"Gue juga nganggep lo sebagai tukang ojek aja, thanks ya buat ojek gratisnya selama ini." Langkah kaki gue memanjang, menjauh dari sosok itu. Ada setetes air yang tak sadar mengucur deras dari mata gue.
SHIT!
DAMN!
BRENGSEK!
GUE BENCI COWOK!
~~~
Waktu bergulir semakin cepat, tak terasa sudah lima tahun peristiwa itu terjadi. Sejak saat itu gue nggak pernah deket sama cowok manapun, sama sekali. Bukannya trauma, ngapain trauma cuma gara-gara cowok kampret itu, hanya saja gue sedang menikmati masa sendiri gue. Gue bangga jadi Jomblo! HIDUP, JOMBLO!
Tapi ternyata, Tuhan masih belum berbaik hati sama gue, status jomblo gue justru jadi sebuah malapetaka. Kalau lo jomblo saat masih pelajar, lo masih bisa tenang, tapi beda cerita kalau lo jomblo di usia dua puluh delapan tahun. Usia di mana lo udah bisa dibilang mapan dan siap untuk berumah tangga, siap-siap aja lo jadi bahan bully-an seantero jagat raya, seperti lo seorang makhluk yang paling bersalah di muka dunia.
Oke, lo bilang gue lebay.
Tapi coba lo berada di posisi gue. COBA!
"Itu si Siti, tetangga sebelah kemarin dilamar," ucap nyokap gue, pas gue lagi asyik-asyiknya nyemilin kentang goreng di depan TV sambil tidur-tiduran manja. Tenggorokan gue yang penuh dengan makanan langsung tersedak, gue sambar aja minuman yang untungnya udah gue sediain di meja.
Setelah itu gue melirik ke arah nyokap yang tersenyum sinis, macam mak lampir yang siap meminta tumbal gadis perawan cantik nan imut seperti gue. SIAL! Gue tahu percakapan ini akan menjurus kemana.
"Terus kapan anak kita dilamar ya, Nyak?" Bokap mulai membuka suara.
DOUBLE SIAL.
Selalu saja seperti itu, ujung-ujungnya pasti bahas gue.
"Mana ada sih yang mau sama dia, Beh. Jarang mandi, nggak bisa masak, males bersih-bersih rumah." Ini kakak tertua gue yang ngomong sambil netekin anaknya.
TRIPLE SIAL.
Apa dosa gue, Tuhan? Apa?
"Ya ... kalau belom dapet jodohnya mau gimana, Nyak, Beh, Mpok," kata gue sambil bersungut sebal, melempar piring plastik berisi kentang goreng yang sedari tadi gue bawa, mendadak nafsu ngemil gue hancur sudah.
"Ya, usaha dong, Mpok. Lo kate jodoh itu kayak mangga jatoh, mak gedebug, terus tinggal mungut." Sekarang gantian adik gue yang berceloteh.
Dasar adik durhaka! Mentang-mentang udah punya pacar, seenaknya aja ngatain kakaknya, gue ini lebih tua dari lo, Tong! Gue lempar kentang goreng ke arahnya dan ia langsung meliukkan badan, menghindar, dan berhasil.
RESE!
Makin jumawa aja itu bocah, pake geol-geolin bokongnya di depan gue lagi, KAMPRET! Belum pernah lihat serigala ngamuk? Gue juga belum pernah sih. -__-
KAMU SEDANG MEMBACA
Realita JONES
Cerita PendekIni adalah kumpulan cerpen dari All Member WWG yang akan mengangkat sisi lain JONES. √ Lucu √ Menghibur √ Menohok √ Menyentil √ Dan yang pasti cerita di sini bakal buat baper kamu kambuh. *Wonderful cover by @NisaAtfiatmico