Jones Bisa Apa?

573 48 29
                                    

*****

Jony menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi kerja yang cukup empuk. Mencoba memejamkan mata dan sediki menghela napas. Membiarkan sekelebat bayangan Renata kembali merasuki pikirannya. Tak ada lagi yang bisa dia perbuat. Sebanyak apa pun dia berusaha dan berdoa, tetap tak 'kan mengubahnya. Mengubah sesuatu mustahil menjadi tak mustahil.

Orang bule bilang imposible! Ho'oh ... Very very imposible!

Dua tahun Jony selalu melihat Renata dari jauh, mencoba mendekatinya. Segala cara dia tempuh. Tetapi semuanya seakan menguap tak bersisa. Gadis impiannya. Gadis pujaannya.

Ck! Kalau saja dia tahu akan berakhir seperti ini, mungkin dia akan bertindak secepat kilat. Tanpa perlu membuang waktu lagi, mengungkapkan segala isi hatinya mengenai gadis pujaannya, Renata. Ah, lagi-lagi Jony harus menghela napas. Dia hanya bisa tersenyum pasrah diselimuti kegetiran akan kenyataan di hadapannya. Kenyataan yang menghenyak dirinya yang makin membuatnya meringis pedih.

Kepalanya tak bisa lagi menampung bayang-bayang Renata yang selalu tersenyum manis. Hanya ada Renata yang selalu membuatnya bersemangat ketika bangun pagi dan berangkat kerja.

Kembali dia melirik sebuah undangan berwarna merah hati yang di hiasi dengan pinggiran berwarna emas. Sedikit menguatkan hatinya Jony mengambil dan membukanya. Lagi-lagi dia hanya bisa meringis dalam hati. Bukan namanya dan Renata yang tercetak disana.

Fajar Al Hazmi dan Renata Ayunda.

Seharusnya nama Jony Estolano yang tercetak di samping nama Renata Ayunda. Bukan pria itu. Ingin rasanya ia langsung membuang undangan itu ke tong sampah ketika  pertama kalinya Renata memberikan kertas laknat itu. Tapi lagi-lagi dia begitu penasaran dengan siapa Renata akan menikah. Melihat bukan namanya yang berada di sana semakin membuat Jony ingin meremas dan menginjak kertas sialan itu. Apalagi ada embel-embel gelar dokter beserta gelar spesialisnya.

Sungguh terlalu!

Tak tahu kah kalau hatinya tengah menangis dan sekarang Renata malah menaburkan garam di atas lukanya. Perih! Pedih! Dan menyiksa cuy.

"Woi ... Jones!"

Sebuah suara membahana menyadarkan lamunannya. Jony yang merasa terpanggil hanya melemparkan senyum semringah menampilkan gigi kelincinya yang segede gaban.

"Elu belum pulang, Jon?" tanya Sony yang melemparkan sebuah apel pada Jony.

"Belon Bang, masih ada lembur aye," timpalnya sembari mengigit apel pemberian Sony.

"Elo jangan kebanyakan lembur dong, Jon! Ntar elo jadi jones. Kek namamu."

Jony hanya tertawa sumbang mendengar celutukan Sony. Siapa yang tak tahu julukan Jony di kantornya. Nama gantengnya Jony Estolano disingkat menjadi JONES. Sama seperti julukannya yang ia sandang semenjak lima tahun yang lalu. Jones kronis.

Seluruh kantor tahu siapa Jony. Hanya Jony yang dipanggil Jones. Dan Jones satu ini masih setia menjones selama lima tahun dia bekerja di kantornya. Bukan karena dia tak laku atau pun dandanan yang kurang necis. Hanya saja jika dia tersenyum selalu menampilkan gigi kelincinya yang segede gaban itu, membuat para wanita mundur teratur. Di tambah dengan kecerobohan dan rambut keritingnya membuat dia di depak dari daftar calon COGAN of the month.

Dan nasip sial seakan menghantuinya, kembali Jony ditolak mentah-mentah tanpa dibumbui atau direbus, apalagi digoreng. Ini yang salah nasib atau takdirnya? Kok, gak ada bahagia-bahagianya. Sialnya lagi. Sudah kelima kali dia ditolak selama lima tahun terakhir ini,

Ya, nasib! Tega nian engkau menghardikku seperti ini?

Jony menghela napas panjangnya. Melirik jam tangannya yang menunjukkan angka delapan. Jony membereskan meja kerjanya dan beranjak untuk pulang.

Realita JONESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang