Satu

103 8 0
                                    

Hey! Hey! You! You!
I don't like your girlfriend
No way! No way!
I think you need a new one
Hey! Hey! You! You!
I could be your girlfriend

Dering ponsel terdengar ke seluruh penjuru ruangan membuat sang pemilik segera meloncat menyambar ponsel yang tergeletak di atas nakas di sebelah tempat tidur. Tanpa melihat siapa yang meneleponnya, dia langsung menggeser layar ke warna hijau untuk menerima panggilan.

"Halo." Sapanya kepada seseorang di seberang sana.

"Halo. Assalamu'alaikum, Sheira." Nadanya terdengar sangat lembut membuat hati Sheira mendadak damai hanya dengan mendengarnya. Tanpa sadar bibirnya tersungging membentuk senyuman. Dia langsung tahu siapa seseorang di sana yang sudah berani-berani mengganggunya di pagi-pagi buta begini.

"Wa'alaikumsalam, Alissa." Ah, rasanya Sheira tidak tega mengeluarkan nada tingginya kepada orang itu. Meskipun itulah yang paling diinginkannya saat ini.

"Haha. Tumben lo nggak mencak-mencak."

"Ck! Dibaikin komen, dijudesin protes. Mau lo apa sih?"

"Haha," tuh dengar suara tawanya aja udah bikin hati adem, merdu dan syahdu.

"Udah cepetan ada apaan? Gue belum mandi nih." Mata Sheira melirik ke arah jam weker yang bertengger di nakas. Pukul 5 lewat 5 menit.

"Enggak. Gue cuma mau bangunin lo." Jawabnya.

"Idih, emang gue nggak bisa bangun sendiri. Terus apa gunanya jam weker di kamar gue dong." Sahut Sheira sewot.

"Jadi pajangan. Haha. Gue cuma mau mastiin lo nggak kesiangan."

"Apaan sih, emang gue pernah kesiangan?"

"Tiap hari."

Sheira meringis pelan dan mendecak. "Udah ah, nggak penting lo, Sa. Gue mau mandi dulu ya, bye."

"Eh, eh, tunggu."

"Apa lagi?"

"Buku gue. Awas aja lo kalau ketinggalan."

Sheira menepuk dahinya pelan. "Iya, iya. Udah ya. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam." Alissa hanya tersenyum dengan tingkah laku sahabatnya yang tidak pernah berubah, Sheira. Gadis yang cerewet dan ceplas-ceplos. Kalau orang yang baru kenal pasti langsung menjudge dia sebagai gadis nyolot yang super nyebelin. Omongannya yang nggak pernah disaring, dan segala macam keluh kesah lain seperti teman-temannya yang menumpahkan unek-uneknya kepada Alissa, selaku sahabat Sheira.

Alissa sendiri sudah berteman sejak kecil dengan Sheira. Jadi tidak heran Alissa bersikap biasa dan santai menanggapi temannya itu. Malah tak jarang Alissa dengan sengaja menyulut emosi Sheira, karena baginya, sahabatnya itu menggemaskan kalau sedang marah. Bukannya Sheira tidak tahu. Dia paham Alissa sengaja menggodanya, tetapi tetap saja itu membuatnya kesal dan emosi. Tapi hanya sebentar. Karena Sheira tidak tahan berlama-lama memusuhinya. Menurutnya, Alissa adalah seorang perempuan dengan hati selembut sutra. Maka dari itu dia tidak tega jika harus memaki bahkan berteriak kepada Alissa.

***

"Sheira."

Sheira mendongak melihat seseorang yang memanggilnya. Didapatinya Alissa berdiri dengan tegap di pintu kelasnya seraya memamerkan senyumnya yang manis sampai terlihat lesung di kedua pipinya. Rambutnya diikat setengah dengan rapi. Seragamnya kinclong dan bersih. Perlahan Alissa berjalan menuju bangkunya disebelah Sheira. Lihat, cara jalannya saja sangat anggun. Sangat berkebalikan denganku, batin Sheira. Matanya berbinar-binar dengan indah.

Sheira heran dengan itu. dari dulu, sejak pertama kali mereka bertemu, Alissa selalu memancarkan binar di matanya setiap kali melihat Sheira. Entahlah itu memang kenyataan atau hanya sekedar perasaan Sheira saja. Tapi itu yang dilihat olehnya. Namun pernah suatu hari, binar di matanya meredup, hanya menyisakan kekosongan dan kehampaan didalamnya. Yaitu ketika Bunda, panggilan Alissa kepada ibunya, meninggal dunia karena penyakit kanker darah yang dideritanya.

SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang