Dua Puluh Dua

26 2 0
                                    

Sheira berada di perpustakaan bersama teman-teman sekelasnya. Mereka mendapatkan tugas Sejarah untuk merangkum dua judul bab pelajaran di buku tulis. Tetapi yang terlihat, gadis itu sibuk melamun dengan pandangan mata menerawang, memikirkan sesuatu dengan keras.

Masih terngiang jelas di kepalanya perjalanannya kemarin dengan Dimas. Dia bingung kenapa Dimas harus repot-repot menjelaskan tentang perasaanya dengan Alissa. Ditambah kenangan mengenai adiknya yang sudah tiada.

Jujur, Sheira sedikit tersanjung karena itu. Dia merasa Dimas telah memberikan kepercayaan kepada dirinya. Tidak mungkin seseorang akan mengungkapkan masalah atau masa lalunya kepada seseorang yang tidak bisa dipercaya bukan?

Namun di sisi lain Sheira masih ragu. Dia meragukan tentang kebenaran hubungan Dimas dengan Alissa. Well, sebenarnya Sheira tidak perlu memikirkan hal ini sampai sedalam ini. Hanya saja pikiran ini terus bercokol di kepalanya.

Menyerah dengan pemikirannya yang tak berujung, Sheira melihat sekelilingnya di mana teman-temannya sibuk sendiri-sendiri. Merampungkan tugas, membaca novel, mengobrol, sampai berkutat dengan ponsel secara sembunyi-sembunyi.

Tugasnya belum selesai. Sheira baru merampungkan setengah dari tugasnya merangkumnya. Kepalanya diletakkan di atas meja dengan pandangan ke arah Alissa di sebelahnya yang tampak serius mengerjakan tugasnya.

"Udah selesai?" Tanya Alissa tanpa menghentikan kegiatan menulisnya.

Sheira hanya bergumam kecil menjawab pertanyaan Alissa. Baru saja menutup kedua matanya, pukulan kecil di kepalanya langsung membuatnya terjaga.

Sheira melotot ke arah Alissa yang menaikkan alisnya. Gadis itu mengerucutkan bibirnya seraya merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena kepalanya yang terkulai di meja tadi.

"Kerjain, bukannya tidur!"

Sheira menipiskan bibirnya lalu melihat buku Alissa yang hampir penuh. Sepertinya temannya itu hampir menyelesaikan seluruh rangkumannya.

"Kalo udah punya gue sekalian ya," kata Sheira sembari mendorong bukunya ke arah Alissa.

Alissa melirik Sheira melalui sudut matanya. Mendengus kecil, Alissa kembali menyodorkan buku itu ke arah Sheira. "Ogah. Gue sibuk," jawabnya.

"Dih, sibuk ngapain coba? Nulis doang."

"Daripada lo tiduran."

Sheira mendecakkan lidahnya kemudian menarik kasar bukunya. Dia melanjutkan tugas merangkumnya dalam diam. Hal ini membuat Alissa tersenyum kecil.

"Loh, Dimas?"

Suara Alissa menghentikan sejenak tangan Sheira yang sedang mencatat. Kepalanya mendongak dan mendapati sosok yang sedang dipikirkannya tengah berjalan ke arah meja mereka dengan senyuman lebar yang menghilangkan wajahnya.

Sheira mendengus kecil sebelum melanjutkan pekerjaannya.

"Ngerjain tugas?" Tanya Dimas yang berdiri di seberang meja.

"Iya, gurunya nggak masuk," terang Alissa.

"Kamu udah selesai?" Tanya Dimas lagi seraya melihat buku Alissa yang terlihat penuh dan buku Sheira yang baru terisi seperempat halaman.

"Belum, bentar lagi."

Dimas memperhatikan Sheira yang tampak serius mengerjakan tugas. Keningnya sedikit mengerut membuat wajahnya terlihat lucu.

"Tumben diem."

Sheira masih sibuk mencatat. Dia belum mendongakkan kepalanya lagi, karena mengira Dimas masih berbicara dengan Alissa. Padahal sekarang cowok itu berdiri persis di depan mejanya.

SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang