Sheira memerhatikan Alissa yang sibuk membereskan peralatan tulisnya dan menyimpannya ke dalam ransel tosca miliknya.
"Lo nungguin gue?" Tanya Alissa melihat Sheira yang duduk daritadi padahal bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.
Alih-alih menjawab pertanyaan Alissa, Sheira malah berkata begini. "Lo bolos aja deh, Sa."
Alissa menatap tajam Sheira yang mukanya tertekuk. Bete.
"Daripada gue bolos, mending lo ikutan."
"Maksud lo?"
"Tari." Jawab Alissa pendek kemudian mengambil baju ganti dari ranselnya.
"Nggak, makasih."
"Lo lagi pms ya, Ra. Jutek banget daritadi."
"Plis, Alissa-ku sayang. Nggak usah bahas begituan."
Alissa nyengir melihat Sheira yang makin bete. "Terus lo mau nungguin gue nyampe sore?"
"Ogah, mending gue pulang."
Sheira pergi meninggalkan Alissa yang terkekeh melihat responnya. Dia melangkahkan kakinya lebar keluar dari kelas menuju gerbang sekolah.
Bruk!
Sheira meringis mengusap bahunya yang bertabrakan dengan seorang laki-laki di hadapannya. Wangi.
"Kalau jalan pakai mata." Desis laki-laki di hadapannya.
Sheira mendongak menatap laki-laki yang ikut meringis karena insiden tadi.
"Lo?" Sheira mendengus pelan. "Dimana-mana jalan itu pakai kaki. Mata gunanya buat nge-lihat. Lo bego apa goblok sih gitu aja nggak tahu."
"Serah lo deh, nenek lampir. Minggir, gue mau lewat."
"Siapa yang lo bilang nenek lampir?" Mood Sheira yang tadi buruk semakin buruk mendengar kalimat menyebalkan keluar dari mulut Dimas.
"Siapa lagi? Elo lah." Jawabnya santai sambil berjalan melewati Sheira. Tidak lupa, dia sengaja menabrak bahu kanan Sheira yang menyebabkan tubuh gadis itu sedikit oleng.
Sheira yang tidak terima segera membalikkan badan dan langsung menarik ransel hitam milik Dimas yang menempel di punggung laki-laki itu. Tak ayal hal ini membuat sang pemilik ransel mundur ke belakang. Hampir saja dia terjungkal.
Sheira segera kabur melarikan dirinya sebelum mendapat semprotan dari Dimas.
"SHEIRAAA!!!"
Sheira tertawa terbahak-bahak mendengar teriakan membahana Dimas yang menggema di sepanjang koridor. Rasain lo!
***
"Jadi, lo ikutan kelas teater?"
"Hm." Sheira bergumam menjawab pertanyaan Alissa. Mereka berdua kini berada di Starbucks ditemani Caramel Machiato dan Hazelnut Signature Chocolate ukuran Grande. Sheira senang sekali dengan kopi pahit, berkebalikan dengan Alissa yang tidak terlalu suka dengan kopi. Selain itu, penyakit maagnya juga membuat gadis manis itu menghindari minuman favorit sebagian orang di dunia ini.
"Memangnya di sekolah belum cukup?" Alissa membalik majalah di pangkuannya.
"Kata Mama sih belum, padahal sebenarnya gue males banget ikutan kaya gitu di luar." Sheira menjawab sembari memainkan sedotan, siap meminum Machiato-nya.
"Biar makin mantep kali."
"Hm." Sheira kembali bergumam.
"Terus latihannya hari apa?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet
Teen FictionDimas Putra Kusuma. Seorang laki-laki yang membuat Sheira harus menahan kesal setiap berada di dekatnya. Selalu mendebatkan semua hal jika bersamanya. Saling umpat dan saling hina. Namun bukan sakit hati yang Sheira rasakan, melainkan sesuatu yang t...