Empat belas

25 2 0
                                    

Alissa benar-benar disibukkan dengan kegiatan gravity-nya. Dia bahkan jarang pulang bersama Sheira akhir-akhir ini. Bukan. Bukan jarang lagi malah. Dia tidak pernah pulang bersama Sheira lagi. Sheira tahu kesibukan Alissa, dan dia tidak mau mengganggu sahabatnya itu. Alissa sudah cukup pusing dan lelah karena dikejar deadline gravity yang harus jadi seminggu sebelum acara ulang tahun digelar. Sheira sendiri disibukkan dengan latihan teaternya. Hanya saja, dia masih bisa menikmati waktu santainya karena tidak diburu waktu. Sebagai sahabat yang baik, kadang Sheira menemani Alissa menyelesaikan pekerjannya sampai sore. Gantian, kalau dulu Alissa sering menemaninya latihan, sekarang giliran Sheira yang menemani Alissa mengecat tembok-tembok ruang seni. Toh, waktu latihannya tidak akan terganggu karena Sheira menemaninya di saat tidak ada kegiatan seperti hari ini. Dan Sheira bersumpah dia tidak menyesal sama sekali karena ternyata kebanyakan anak seni yang ikut panitia gravity adalah laki-laki.

Hahaha. Katakan Sheira genit, ganjen, atau apapun itu. Tapi yang namanya rezeki nggak boleh ditolak kan? Ada pemandangan indah masa dianggurin. Mubadzir. Alissa bahkan sampai geleng-geleng kepala ketika Sheira memekik kegirangan. Alissa tahu Sheira tidak akan flirting dengan mereka. Sheira tidak akan berlaku demikian. Sheira bukan orang yang suka tebar pesona. Dia cuma senang aja bisa cuci mata.

"Lo beneran nggak laper, Ra?" Alissa bertanya ke sekian kalinya kepada Sheira yang dijawab gelengan oleh gadis itu.

"Gue belum laper, Alissa sayang." Sheira menjawab untuk ke sekian kalinya juga menjawab pertanyaan Alissa yang diulang-ulang.

"Tapi udah lewat jam makan siang, Sheira. Lo nanti sakit perut." Alissa tidak berhenti menceramahinya.

"Ish, sebel juga ya punya sahabat yang terlalu perhatian," ucap Sheira sebal yang dibalas kekehan kecil dari mulut Alissa.

"Harusnya lo bersyukur gue ingetin lo makan."

"Iya deh. Makasih ya, Alissa sayang." Sheira mengiyakan saja ucapan Alissa.

"Di tas gue ada roti. Lo makan itu aja, lumayan biar nggak kosong perut lo." Sheira mengangguk kemudian mengambil roti bantal di ransel Alissa. Cokelat keju. Kesukaan Alissa.

Alissa dipanggil oleh seorang rekannya untuk kembali mengerjakan desain yang harus digambar di tembok paling ujung, yang masih bersih. Beberapa yang lain sibuk mengaduk-aduk cat dan menuangkannya ke dalam wadah yang lebih kecil untuk dibagikan kepada beberapa lainnya yang sedang mengecat desain yang sudah tercetak disana. Mereka terlibat perdebatan tentang takaran campuran warna cat yang sesuai. Ada yang sibuk mengukur tembok, menggosok-gosokkan ampelas ke tembok untuk meratakannya, dan masih banyak lagi. Sheira memandang mereka semua dengan senyuman. Teriakan, seruan, bahkan cacian menjadi makanan sehari-hari bagi sesama rekan. Sheira menggeleng-gelengkan kepalanya takjub.

Sheira melirik beberapa remaja tanggung yang sepertinya masih SMP sedang berdebat. Dua laki-laki yang memegang kuas masing-masing sibuk mengoceh satu sama lain sambil menunjuk-nunjuk tembok yang sudah terpoles cat, sampai seorang perempuan seumuran mereka melerainya. Sedangkan seorang laki-laki yang dari tadi jongkok sambil membuka botol berisi minyak, mendekati mereka bertiga. Sheira memandang mereka penuh minat dan penasaran. Apa yang sedang mereka bicarakan?

Remaja tampan tadi merebut kuas yang dipegang temannya yang berkulit paling putih dan mencelupkan kuas itu ke dalam wadah yang sudah dituang minyak sebelumnya.

"Woy!"

Sheira terperanjat dan memekik kaget. Dia melirik ke belakang, orang yang mengusik konsentrasinya. "Lo mau bikin gue jantungan, hah?!"

Dimas mengelus telinganya mendengar Sheira yang berseru kencang. "Tapi enggak kan?"

"Amit-amit gue jantungan. Makanya jangan sembarangan ngagetin orang," kata Sheira dengan nada ketus. Matanya berkilat-kilat, napasnya bahkan sedikit tersengal. Sepertinya dia benar-benar terkejut.

SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang